Yang namanya cinta pasti akan membuat semua orang lebih bersabar.
☕☕☕
Jam istirahat dimulai, tepat saat hujan mulai berhenti. Tidak sepenuhnya, hanya saja gerimis masih menjadi teman terbaik bagi Natalie. Tanpa teman, tanpa Ridan, tanpa Icha. Tidak masalah, dia akan mencoba.
Gadis itu duduk di kantin sendirian. Hanya bengong dan mengaduk es teh manis yang dia pesan. Biasanya, Icha, atau pun Ridan sudah ada di sini. Tertawa, bahagia. Tapi sekarang berbeda, mereka pergi meninggalkan Natalie yang sedikit terluka.
Nata melirik ke jam tangan mikiknya. Waktu istirahat masih berlangsung tiga menit, berarti waktu untuk sendiri masih lama. Untungnya, di kelas dia masih bisa berteman dengan Melani dan tidak sendiri.
Sebenarnya, Nata bisa saja menghampiri orang danengajakn menjadi teman. Conyohnya Haydar atau Revin. Tapi dia bimbang. Perasaann tidak enak, kalau harus berteman dengan keduanya.
Pasalnya, dia terlihat seperti provokator. Karena Revin dan Haydar tidak saling akrab. Apalagi setelah Nata menolak permintaan Haydar untuk membantunya.
Dia tahu kalau Revin dan Haydar tidak ada yang salah. Keduanya membenarkan alibi masing-masing karena itulah yang sebenarnya.
Haydar ingin anak-anak itu di rumah, sedang Revin tidak ingin mengungkit masa lalunya yang kelam. Dan Natalie, tidak punya hak untuk memaksa Haydar atau Revin.
Membahas soal itu di hatinya, tiba-tiba saja dia melirik ke arah pintu kantin yang baru dimasuki oleh seorang lelaki tinggi dengan paras tampan yang dipaksakan untuk tersenyum kepada beberapa anak lelaki yang menyapanya.
Lelaki itu Haydar.
Dia melangkahkan kakinya dengan cepat setelah melihat Batalue duduk di mei, tepat kejadian katak kemarin berlangsung. Haydar mengeluarkan pose wajah terbaiknya.
"Hay Nat!" sapa Haydar. Dia duduk di depan Natalie dengan mudahnya.
"Apa?" tanya Natalie liruh, nada suaranya sangat pelan.
"Hujan gini minum es?"
Gadis itu sedikit tersenyum. "Ga hujan lagi!"
Haydar mengangkat bahunya lalu menggosokkan kedua telapak tanganya satu sama lain. Dia pergi sebentar, lalu kembali secepat kilat. Nata tahu pasti dia baru memesan sesuatu untuknya.
"Gue udah paham kok, sama pemikiran lo." ujar Haydar.
Natalie menyeruput teh dinginnya lalu memelototi Haydar heran. Dia bahkan tidak paham soal perkataan Haydar.
"Sebenernya gue ga bilang Revin jahat, tapi sifat dia kayanya mojokin gue banget." katanya lagi.
Nata semakin bingung dibuat lelaki itu.
"Maksudnya?"
"Dia manja banget. Permintaan dia harus diturutin sama bokap nyokap gue. And one thing again, dia itu ngerasa kalau dia paling menderita kalau permintaannya ga diturutin. Lo paham kan?"
"Ehm." Nata mendeham pelan. "Maksud lo dia ga mau ngalah?"
"Kurang wow." respons Haydar.
"Sifatnya kaya raja?"
"Yap!" Haydar menggertak meja. "Lo paham juga."
Natalie mengerucutkan bibirnya. Dia tahu, Haydar masih berusaha mempengaruhinya untuk membujuk Revin. Tapi dia juga tahu satu hal yang lebih penting, kalau rasa sayang Haydar kepada anak-anak itu tidak main-main. Dan itu suatu kebanggaan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Teen FictionCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!