"Cinta Namanya"

6.2K 246 0
                                    

Bukannya tidak lelah untuk selalu mengejarmu, hanya saja aku belum mau berhenti.

☕☕☕

Natalie memasuki ruangan kelasnya. Sudah ada lima tas yang tambah setelah dia pergi dari kelas itu sekitar beberapa menit yang lalu. Tapi toh saja, semua orang yang sudah datang mungkin pergi ke kantin. Tergoda oleh rayuan aroma mie kuah hangat di kala hujan seperti ini.

Gadis itu kembali ke kursinya, meraih jaket bomber hitam miliknya. Di suasana dingin seperti ini, Natalie hanya ingin diam menunggu matahari.

Baiklah, jujur dia merindukan Revin. Sepertinya, kedekatan kemarin itu membuatnya terasa dekat dengan lelaki itu. Padahal belum tentu Revin bermaksud demikian.

Sebaik apapun lelaki itu kepadanya, toh saja Revin itu adalah es. Tidak ada yang bisa mengelak soal hal yang satu ini. Karena bagaimana pun, es hanya akan mencair kalau  diberi kehangatan mentari.

Nata bersandar di kursi lalu meregangkan otot lehernya. Kemarin, setelah Revin dan Nata Bersungur-sungut karena cctv, Revin pun pulang. Sedang Natalie duduk di balkon berharap kalau lelaki itu muncul. Sayangnya tidak!

Nata hanya bisa menikmati segelas cokelat hangat di balkonnya.

"Semoga aja Revin ga beku hari ini." ucapnya dalam hati.

Tiba-tiba, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di belakangnya. Sepertin, ada panci di dalam tasnya, mungkin. Nata beralih ke tasnya, dia membuka kancing lalu merogoh ke dalam.

Dengan cepat, dia meraih sebuah kotak dari dalam tasnya. Lalu menariknya.

"Apaan nih?" tanyanya dalam hati.
Sembari membuka kotak, ada sebuah kertas yang terjatuh dari himpitan antara kedua tutupnya.

Natalie membulatkan mata, sebuah jam tangan putih bersih yang sama persis dengan jam miliknya. Tidak terlalu spesial, pasalhnya dia punya tiga jam tangan yang sama persis seperti itu di rumah.

Kecuali kalau di tahu siapa yang mengirim, kalau benar-benar dari orang spesial, mungkin bisa menjadi istimewa.

Dia meraih kertas yang terjatuh itu, laku memandanginya sebentar. Kemudian dia membuka perlahan. Dan kalimat pertama yang dia lihat adalah, sesuatu yang aneh. Seperti bukan surat.

"Seorang remaja putus sekolah kemudian bergaya layaknya seorang anak yang bersekolah. Kelompok anak sekolah menjadi acuan dalam dirinya untuk berprilaku dan bertindak. Contoh tersebut dapat dikategorikan sebagai ....
a. Membership group
b. Ingroup
c. Outgroup
d. Reference group
e. Informal group"

Natalie mengerutkan keningnya. Dia pun menoleh ke atas kertas tersebut, isinya,

"Nama: Rahmat.
Kelas: XI ips 4.
Mata Pelajaran: Sosiologi.
Tanggal: Sekarang tanggal berapa ya buk? Saya lupa."

Sejenak Natalie terdiam. Dia berpikir keras. Siapa pengirim kado ini? Dan kenapa ada ujian Rahmat dengan nilai yang menjijikkan di dalamnya?

Natalie meraih kotak hitam tersebut, lalu membalikkan kotaknya dengan seksama. Dia melihat bahwa ada tulisan kecil di tutup kado, bertuliskan "untuk Natalie, dari Revin."

Gadis itu mengernyit. Sekarang dia semakin bingung karena pasti hadiah itu berasalh dari si match maker yang berusaha menyatukan Revin dan Nata. Dan adanya kertas ujian Rahmat adalah teka-teki baru. Atau satu langkah menguakkan soal ini.

"Gue harus nemuin Revin!" katanya.

Natalie melenggang cepat menuju ruangan Revin yang sangat khas. Terletak di dekat kantin pertama sekolahan dan mengarah membelakangi lapan sekolah.

Mr. Ice (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora