"Katak"

7.8K 322 12
                                    

Cinta adalah perkara kecil dengan dampak yang besar.

☕☕☕

Gibran. Teman baik Revin dalam team basket sekolah. Lelaki itu berjalan mendekati Revin dengan tangan terkepal dan mata melotot yang menatap tajam ke arah si lelaki dingin. Dia melenggang laju saat guru yang sedang mengajar keluar dari kelas untuk beberapa saat.

"Maksud lo apa?" gertak Gibran sembari memukul meja Revin dengan kuat.

"Apa?"

"Jangan lo pura-pura ga tau! Karna gue tau!"

Gibran tampak emosi kali itu, tampak ketika urat-urat lehernya yang menegang, sedang Revin tetap memasang wajah datarnya yang begitu menyebalkan.

'Gue benar-benar ga paham!" balas Revin.

"Lo gantiin diri lo sama Jhuna iya kan?"

Revin memandang ke arah Gibran sekejap lalu membuang muka lagi. "Iya, tapi ini gue lakuin karena harga diri gue!"

"Diam lo!" teriak Gibran membuat seluruh murid menatap ke arah mereka. "Harga diri lo bukan harga diri team, tapi harga diri team yang harga diri lo! Lo tau? Kita udah cape buat ngangkat team dari nol sampai saat ini, hebat. Tapi lo gampang banget buat ngejatuhin. Gila lo ya? Jangan karna lo anak andalan Pak Thomas!" Gibran menghempaskan buku-buku Revin ke lantai.

"Santai!" kata Revin. "Lo tau kenapa gue ga ikut? Karna gue pengen lo yang diandalin buat kali ini. Jadi iri lo bisa kurang."

Gibran naik darah, tidak tahan kalau dipermainkan oleh Revin begini. Segera dia mencengkram ke udara siap untuk menonjok pipi Revin. Suasana semakin panas ketika murid-murid mulai mengelilingi mereka tanpa ada yang berani melerai.

Namun Gibran terhenti. Sekesal apapun dia kepada Revin, tetap saja mereka adalah sahabat dan keluarga. Apapun yang terjadi. Dia melepaskan tangannya dari baju Revin.

"Gue masih anggap lo jadi temen gue."

Revin menaikkan satu alisnya. "Lo bisa nanya ke Pak Thomas kalau mau tau lebih lanjut."

Gibran mengernyit dan menarik napas panjang mengurangi emosinya yang sudah mencapai ubun-ubun. "Lo ikut gue."

Mereka berjalan meninggalkan kelas dan meninggalkan murid-murid yang sekarang tengah membicarakan hal yang baru saja terjadi. Sedang keduanya menyusuri koridor untuk mencari kelas yang sedang dipimpin oleh Pak Thomas.

Langkah mereka terhenti di sebuah ruangan kelas yang dipenuhi oleh suara Pak Thomas. Entahlah mengapa lelaki tua itu ada disana, yang jelas ketika Revin ingin masuk, dia ingat kalau kelas itu adalah kelas seorang gadis yang dikenalnya bernama Natalie Sanjaya. Ya ampun.

"Permisi Pak!"

"Oh, anak basket. Revin, Gibran. Masuk."

Keduanya masuk beriringan membuat seluruh kelas langsung ribut membicarakan tentang betapa kerennya dua pahatan tangan Tuhan yang baru masuk ke dalam ruangan itu. Beda dengan Nata yang hanya bisa membulatkan matanya melihat Revin berjalan mendekati Pak Thomas.

"Pak, Gibran ga terima!" protes Gibran. "Jelas ga terima kalau Jhuna harus masuk ke team. Kita semua tau kalau di pernah dikeluarin dari organisasi. Karena dia minim pengetahuan soal basket. Iya kan?"

"Kenapa begitu emosi, Gibran?" tanya Pak Thomas seraya berdiri mendekati lelaki itu.

"Pokoknya gue ga pernah terima kalau Jhuna masuk. Ini sama aja nyerang team dari dalam."

"Ga ada salahnya ngasih kesempatan kedua buat Jhuna." ucap Revin tiba-tiba membuat Gibran menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.
Murid-murid di kelas itu lagi-lagi ribut mendengar apa yang baru dikatakan oleh Revin. Mereka berpikir, selain tampan dan mempesona, ternyata lelaki itu juga punya hati yang baik. Namun bagi Natalie tidak, sama saja kalau Revin adalah lelaki dengan temperature yang berubah dan suka mengoyak hatinya.

Mr. Ice (END)Where stories live. Discover now