"Dia Revin (3)"

11.2K 296 10
                                    

Cinta adalah tentang dua hati. Jika kau bersedia, kau boleh menganggap aku sebagai cinta.

☕☕☕

Bel berbunyi menandakan istirahat. Keseluruhan siswa mulai membulatkan matanya karena bahagia. Sebentar lagi mereka akan keluar dari kelas yang tampak sangat penat dan panas. Jangankan untuk sekedar menutup buku pelajaran, untuk keluar kelas dan mereka sudah sangat siap. Dan tempat yang paling menggiurkan setelah bunyi bel ialah kantin sekolah. Apa lagi?

Kantin sekolah akan terus ramai selagi uang jajan para murid belum kandas. Tidak akan ada yang tahan oleh giuran wangi dari makanan yang ada di kantin. Mungkin semua berpikir begitu, tapi beda hal dengan Revin yang selalu menghabiskan waktu di kelas dengan komik-komiknya.

Namun berbeda kali ini, lelaki itu tampak bersemangat untuk keluar dari kelas. Entah apa yang ada di otak lelaki itu sehingga dia bisa sangat bersemangat menuju suatu tempat. Namun gejolak semangat Revin tibw-tiba bilang ketika melihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan kelasnya tersenyum ke arah Revin dengan mata yang bulat dan rambut terurai.

Icha! Gadis itu nyaris sama dengan Jhuna, alias tidak kenal kata menyerah walaupun sudah di detik akhir perjuangannya. Icha tampak sangat berharap walau sebenarnya Revin tidak lebih hangat kepadanya daripada kepada Nata. Karena sifat dingin Revin adalah mutlak. Tidak kenal dia berhadapan dengan siapa, tetap saja sifatnya akan begitu. Jadi harus apa lagi?

"Ngapain?" tanya Revin sembari melirik kanan kiri.

"Hai Rev!" balas Icha sembari melambaikan tangannya.

Sebelum Revin membalas sapaan Icha, tiba-tiba tampak beberapa orang laki-laki datang dari arah kanan. Membuat Revin memutar bola matanya kesal. Dia tidak berharap kalau Jhuna dan teman-temannya yang menyebalkan itu datang mengusik dirinya. Apa mereka sekua tidak mengerti tentang hati Revin atau mereka kurang peka, tidak tahu.

"Dengerin gue Cha!" Revin menatap gadis itu dengan lekat. "Apa lo yakin gue bakal nembak lo di sini? Gue, gue ga bakal jadian sama lo!"

"Apa?" Icha mengerutkan dahinya, sembari mundur satu langkah. Saat sebelumnya dia yakin kalau Revin benar-benar akan menyatakan perasaannya.

Jhuna dan teman-temannya juga membulatkan matanya, mereka nyaris tidak percaya atas apa yang barusan diucapkan oleh Revin. Namun, hati Jhuna sedikit longgar juga mendengar itu. Sesak dadanya seolah hilang, dan berpindah pada Icha. Gadis itu speechless, dia merasa sebagai orang paling aneh ketika beberapa siswa mulai berkumpul mengelilingi mereka.

Gosip itu memang sudah menyebar, bahwa Icha akan menjadi pacar Revin. Tapi, mereka semua terkejut setengah nyawa ketika mengetahui kalau Revin adakah orang yang suka lelucon. Nyatanya, dia tidak akan menembak Icha. Beberapa dari banyak siswa itu mengerutkan dahi karena heran, tapi ada juga yang menarik napas lega karena tahu siapa Icha yang sebenarnya. Tentu mereka tidak akan terima kalau Revin jadinya kepada Icha.

"Revin, lo serius?" Jhuna mendekat ke arahnya.

Lelaki itu mengangguk pelan, kemudian berjalan lurus meninggalkan Icha, gadis yang sekarang masih menahan air mata yang sudah ada di ujung matanya. Sedang Revin pergi diikuti oleh kepergian siswa-siswa lainnya, Jhuna datang mendekat ke arah Icha. Dia tahu bagaimana Icha jika sedang sakit hati, bukan hanya sehari atau dua hari. Bisa sampai seminggu.

"Cha?" panggil Jhuna.

"Lo ga paham perasaan gue!" teriaknya kuat ke depan wajah Jhuna. "Siapa lo makanya bisa datang manggil-manggil nama gue? Ha???"

Gadis itu berlari menjauh. Tidak heran, Jhuna hanya menghembuskan napas kuat. Dia menaikkan bahu ke arah teman-temannya. Mereka sudah paham bagaimana Icha kalau sudah marah begitu. Tidak peduli siapa yang membuatnya marah, siapa yang menenangkannya, yang jelas dia akan marah kepada semua yang dekat dengannya. Jangan tanya kenapa banyak orang yang gagal untuk menumpang tenar kepadanya.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang