"Pagi Itu.."

6.2K 256 12
                                    

Kamu bukan atlet lari. Jadi jangan berlarian di pikiranku!

☕☕☕

"Soal Revin!" ulang Haydar.

Natalie menggumam tidak jelas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang baru saja dilewati tiga orang teman satu kelasnya. Dia tersenyum ke arah temannya itu. Sekedar mengalihkan perhatian.

"Jawab dong Nat!" Haydar duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja Nata.

"Okey!" kata Natalie kemudian. "Gue ga berani nanya."

"Apa?"

"Apa?"

"Kenapa ga berani?" tanya lelaki itu.

"Gue udah nanya. Tapi dia bilang karna dia ga mau aja. Lagian lo juga ga bisa maksa gue dong, Haydar."

"Gue ga maksa lo kali!" pekik Haydar sembari mengerutkan keningnya.

Ekspresinya lucu. Seperti orang yang baru saja tertangkap kamera saat sedang serius. Natalie sempat tertawa, kemudian diam karena dia tahu kalau Haydar tidak main-main.

"Jadi ngapain lo bilang gue harus bantu lo?"

Haydar menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Suara hujan mengganggu pikirannya dan membuat segalanya pecah. Sekarang, lelaki itu tidak tahu lagi harus bilang apa. Yang jelas, dia sedikit kesal karena gadis itu masih saja memikirkan keberadaan Revin di balik penderitaannya.

"Revin itu jahat banget ya Nat." ucapnya.

Natalie mengernyit. Pasalnya, tidak ada yang jahat dari sifat Revin, kecuali saat dia berubah suhu tiba-tiba. Tidak ada yang lebih mengerikan dari itu.

"Dia ga jahat!" protes Natalie dengan pelan.

Dia kembali duduk menghadap ke arah Haydar, lelaki yang entah kenapa menganggap Revin itu jahat. Padahal tidak. Tidak sama sekali.

"Maksud lo?"

"Denger gue ya Haydar!! Dia ga nerima sembilan anak itu karna dia ga mau masa lalunya diungkit." Natalie menyilangkan tangannya di dada.

"Urusan gue apa? Mau masa lalunya baik atau engga, urusan sama gue apa?"

"Kalau gitu urusan dia juga apa? Kalau lo sedih karna anak buah lo ga bisa masuk ke rumah, urusan Revin apa?"

Haydar memutar bola matanya kesal. Dia pikir kali ini Natalie akan berpihak padanya dan mendukup alibi dari Haydar. Sayangnya tidak! Natalie bahkan masih bisa menyuguhkan pendapat yang sangat rapi dan mengesankan.

Sembari beranjak dati tempatnya, Haydar sempat menatap dengan penuh harapan kepada Natalie. Namun hasilnya tetap saja nihil. Nata bahkan beralih ke arah teman-temannya yang asik bergosip di depan.

Rasanya, Haydar akan semakin sial kalau lama-lama ada di sana. Selain Natalie dengan sifat keras kepalanya, juga ada suara hujan yang semakin lama semakin membuatnya pusing. Ribut sekali!

"Gue balik ke kelas." kata Haydar akhirnya.

"Ok, hati-hati Haydar!" teriak Natalie.
Haydar tersenyum ciut dan menghilang di pintu. Sedang Natalie mengintip lelaki itu dari jendela, dia berjalan cepat menuju pintu kayu kelas dan melongok sana sini.

Lelaki itu sudah hilang dimakan tikungan dan derasnya hujan. Sekarang, Natalie berpikir kalau tidak apa untuk menemui Ridan. Mungkin saja lelaki itu sudah hadir.

Lagian, Icha tidak akan mengganggunya kalau Ridan ada di sana.

Natalie melenggang indah ke arah kelas Ridan lagi. Sesamoainya di sana, dia berjalan lambat untuk berjaga-jaga. Setidaknya kalau Revin tidak ada, dia bisa kabur dari si aneh Icha.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang