"Natalie Vanness"

6.2K 244 1
                                    

Aku hanya ingin kau mengerti tentang cintaku. Agar kau tahu rasa sakitnya hati.

☕☕☕

Natalie sudah siap. Bahkan saat siap ketika dia berjalan santai melewati gerbang tanpa harus melirik sedikit pun ke arah pak satpam. Sekali dalam sejuta tahun rasanya dia bisa sebebas itu. Walau dia takut akan terjadi apa-apa terhadap pak satpam, tapi rasa senangnya menutupi segalanya. Daripada mendekap di rumah dan meminta izin pada orangtuanya,ending pergi sekarang saja bersama Haydar. Apalagi Haydar suka membuat kejutan tak terduga pada Natalie. Jadi, tidak perlu suntuk kalau Haydar yang mebgajaknya kabur. Pasti akan lebih menarik.

Sesampainya di depan gerbang, Natalie melirik pada Haydar yang sedang berdiri di samping motor ninja hijau miliknya. Sebenarnya Natalue ingin pergi bersama anak-anak yang diasuh Haydar, tapi mereka tampak tidak bersama Haydar. Apa ini jalan-jalan berdua? Padahal Natalie sebenarnya sangat senang mendengar tawa dari tingkah merela yang lucu. Seakan-akan dia kembali ke masa kecilnya yang indah.

"Mau kemana sih Dar?" ujar Nata sembari menerima helm yang diberikan Haydar. Helm merah jambu dengan motor hijau, benar-benar warna yang kotras.

"Ikut aja!" kata Haydar, lalu menaiki motornya diikuti oleh Natalie.

Secepat kilat motor itu melesat di jalanan dan beradu dengan motor lainnya. Natalie jadi ingat dengan Revin kalau begini. Tapi, seharusnya dia bisa melupakan Revin di saat Haydar dengan tulus menemaninya. Lagian, Haydar toh tidak lebih buruk datipada Revin. Kalaupun si Revin punya wajah yang sebegitu tampan, kalau sifatnya begitu, Nata tidak akan ingin bersamanya.

Siang itu sinar matahari begitu hangat, dan Natalue memilih untuk memejamkan mata dan menerka-nerka kemana dia akan dibawa. Semoga tempat indah yangbisa dijadikannya inspirasi atau pengubur kenangan tentang Revin. Tunggu! Kenapa Nata menjadi lebay begini?

"Lama banget!" teriak Natalie sembari sesekali membuka mata.

"Sabar aja!" balas Haydar.

Natalie mengangguk dan kembali menunggu. Dia menutup mata dan merasakan angin menerpa wajah dan rambutnya. "Gue harap lo ga ngecewain gue. Maksudnya, bisa aja lo bawa gue ke tempat yang biasa bange--"

"Udah Nat! Lo diem, ngoceh waktu udah sampe!"

Natalue membekap mulutnya. Dia lupa kalau Haydar tidak suka untuk mengobrol di perjalanan. Teringat kejadian saat dia bertemu Haydar di jalanan. Hampir saja mereka terlambat kalau Natalie mengajaknya ngobrol kali itu. Tapi berbalik dengan Nata yang suka berbicara. Baginya adalah suatu keanehan jika harus diam padahal memiliki teman berbicara.

"Udah sampai!" ucap Haydar.

Natalie merasakan motor berhenti. Angin masih saja menerpa wajah gadis itu dan dia tidak sabar untuk mengetahui dimana dia berada. Apa di padang rumput? Laut? Atau tempat yang sangat romantis? Dia berharap begitu. Tapi tidak mungkin mencapai tempat-tempat itu dalam jangkauan waktu dua puluh menit.

Perlahan Natalie membuka matanya. Mulai melihat hamparan hijau di depannya. Suara air dan tetesannya sangat jernih. Saat gadis itu melebarkan mata, dia terbelalak. Taman hijau dan danau kecil di depannya. Memancarkan warna lumut. Tetesan air dari pohon-pohon di sekitar itu membuat gelombang-gelombang yang indah. di tengah hamparan rumput, terbentang sebuah tikar kecil. Ini piknik Minggu.

Luar biasa.

"Dimana ini?" tanya Natalie masih dengan nada kagum.

"Lo tau gue bisa bawa lo ke Amazon sekalipun."

"Gue tinggal dari kecil di kota ini, bahkan sekarang gue ga tau gue ada dimana."

"Makanya!" Haydar tersenyum dengan lebar. "Lo harus baik ke gue. Bisa aja kan gue ninggalin lo."

Mr. Ice (END)Where stories live. Discover now