BAB 01

89.6K 2.2K 28
                                    

Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Alexandra. Berawal dari pertengkarannya dengan Barsena yang berujung dengan sikap diamnya selama seharian ini. Alexandra mengabaikan semua panggilan dan pesan dari Barsena. Selain karena dia masih malas menanggapi lelaki itu, Alexandra juga didera pekerjaan yang menyita banyak waktunya. Bahkan untuk menikmati makan siang saja, Alexandra gagal melakukannya karena dia harus menghadiri rapat dengan salah satu rumah mode kenamaan yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. Perlu diketahui, Alexandra Angkawidjaja adalah seorang kepala redaksi majalah fashion nomor satu di Indonesia. Perusahaan milik keluarga Angkawidjaja yang telah diasuhnya selama hampir tiga tahun. Sebagai putri tunggal, Alexandra mempunyai kekuasaan sepenuhnya karena sang ayah sudah memberikan perusahaan itu seutuhnya padanya.

Kembali pada Barsena.

Alexandra tahu Barsena adalah lelaki brengsek. Kenyataan yang tidak dapat disangkal karena dia telah mengetahui sendiri bagaimana kelakuan buruk lelaki itu. Buruk disini dia artikan dengan kebiasaan lelaki itu berganti wanita hampir setiap tiga kali seminggu. Padahal, dia juga sering meminta Alexandra menemaninya. Dan terkutuklah Alexandra dengan sikap lemahnya. Dia sebenarnya sudah bosan meladeni fuck-guy jahanam macam Barsena, namun dia juga perempuan biasa yang membutuhkan asupan kepuasan untuk merilekskan diri setelah penat dengan segala aktivitas yang wajib dilakoninya. Bergelut dengan Barsena di atas ranjang merupakan momen yang mampu membuatnya nyaman sekaligus menaikkan semangatnya untuk dapat bekerja esok hari.

Sekali lagi, terkutuklah Alexandra.

Perempuan itu menghela napas cukup panjang. Dia merasa letih. Badannya terasa pegal dan sepertinya berendam adalah cara paling ampuh untuk meluruhkan kelelahannya. Maka Alexandra segera beringsut ke kamar mandi pribadi di dalam kamar di apartemennya. Dia mendekati bathub, menyalakan keran hingga air mengalir jatuh dan perlahan mengisi cekungan luas tersebut. Sembari menunggu, Alexandra menggelung asal rambut panjangnya, lalu mulai melepas pakaiannya satu persatu.

Tidak nyaman rasanya jika hanya berendam dalam air bening biasa. Alexandra mengambil beberapa butir bath bomb warna pink dari tempat penyimpanan yang ada di sisi wastafel lantas memasukkan benda itu ke dalam kubangan air yang sudah mencapai setengah. Pelan-pelan, air berubah warna. Yang tadinya bening kini berubah menjadi serupa warna permen kapas. Dan yang Alexandra butuhkan lagi sebagai pelengkap adalah aromatherapy. Maka setelah semuanya lengkap, Alexandra memutuskan untuk segera masuk ke dalam air.

Dirinya kini telah resmi memanjakan diri.

Nyaman sekali rasanya saat bagian tubuhnya bertemu dengan air segar. Seolah kesegaran yang menjilati badannya dapat langsung naik ke otak dan membuat efek yang sama juga. Alexandra baru akan menurunkan tubuhnya agar kepalanya dapat bersandar saat tiba-tiba dia mendengar suara seseorang memanggil namanya. Alexandra refleks berdecak. Dia tahu siapa orang itu, karena cuma orang itu yang bisa seenaknya masuk ke kamarnya tanpa permisi. Alexandra kembali mendengar Barsena menyebut namanya, tapi dia terlalu malas untuk menyahut sampai suara lelaki itu berganti dengan suara pintu yang digeser.

Lelaki brengsek itu berdiri bersandar pada badan pintu, dengan mata sayu namun lapar menatap Alexandra di dalam bathub.

"Apa enaknya berendam sendiri?"

Alexandra tidak menjawab, dirinya justru asyik memijat pelan bahu kanannya.

Merasa diabaikan, Barsena akhirnya melangkah masuk. Jas hitam yang dia gunakan saat bekerja tadi sudah dia tanggalkan lebih dulu. Kemeja putih yang tersisa lengannya sudah digulung sampai ke siku dan sekarang dia berjalan mendekati Alexandra sambil melonggarkan dasinya. Cepat saja, dasi itu sudah terlepas dan dibuang sembarangan oleh pemiliknya tanpa peduli bahwa harga dasi itu setara dengan penghasilan sopirnya selama satu tahun. Barsena kemudian melepas kancing kemejanya secara urut—yang lantas dia lempar juga sampai tidak sengaja tersampir di wastafel. Barsena bahkan tidak peduli kalau itu adalah kemeja putih favoritnya yang dia beli saat menemani Alexandra ke Paris beberapa waktu lalu.

Secret Pleasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang