BAB 16

27.6K 1.8K 108
                                    

Entah setan apa yang merasuki otak Barsena sehingga pagi-pagi sekali dia sudah bertandang ke kediaman keluarga Angkawidjaja hanya untuk menunjukkan selembar foto yang menunjukkan kelakuan Alexandra diluar sana. Andriko Angkawidjaja semula membiarkan anak perempuannya mengambil waktu sejenak untuk berlibur, tapi begitu melihat gambar Alexandra sedang berada di pelukan seorang lelaki, Andriko langsung naik pitam. Pria paruh baya itu melempar foto tersebut secara kasar. Sama kasarnya dengan suara napas yang keluar dari bibirnya.

Andriko berkacak pinggang, menatap nyalang foto besar keluarganya yang terpajang di belakang meja kerjanya.

"Anak itu benar-benar keterlaluan." Suara Andriko terdengar tegas. Pria itu berbalik cepat, melihat Barsena yang tengah duduk di salah satu sofa selurus dengan posisinya berdiri. "Apa kamu tahu siapa lelaki itu?"

"Aku tidak tahu, Om. Genny tidak mau memberitahuku siapa lelaki kurang ajar yang sudah menyentuh Alexandra."

Andriko mengepalkan tangannya. Emosi telah menguasai seluruh dirinya. Dia seolah tidak mengenal lagi sosok putrinya. Alexandra baginya kini telah berubah menjadi seorang yang liar, jauh dari didikan yang telah dia berikan selama ini.

"Maka dari itu aku kemari," kata Barsena lagi. "Om pasti tahu keberadaan Alexandra sekarang. Tolong Om beritahu aku dimana dia dan aku berjanji akan segera membawanya pulang."

"Apa selama ini kamu tidak berusaha mencarinya?"

"Sudah. Tapi sialnya semua anak buahku telah dibungkam oleh Oma. Mereka tidak lagi mau membantuku dan lebih menurut pada perintah Oma. Satu-satunya jalan adalah dengan menemui Om."

Andriko berjalan mendekati tempat Barsena duduk, namun pria itu tidak menempati satu sofa yang ada di depan Barsena, melainkan memilih duduk di sisi pegangan sofa sebelah kanan.

"Sebenarnya selama ini Om tahu dimana keberadaan Alexandra."

Satu kalimat yang Andriko ucapkan sukses membuat Barsena menyentakkan kepala. Dia tahu, dia tidak salah pergi ke tempat ini.

"Tapi Tante menyuruh Om membiarkan Alexandra menikmati waktu liburannya sejenak. Katanya anak itu butuh waktu untuk sendiri dulu. Dan Om menurut. Lagipula Om tahu betul bagaimana sifat Alexandra, setiap kali dia marah, hanya dia sendiri yang tahu cara mengembalikan mood-nya. Om kira dia memang benar-benar ingin sendiri dulu, tapi nyatanya, anak itu sudah bertindak diluar batas. Bisa-bisanya dia tidur dengan lelaki lain yang bukan tunangannya sendiri."

Mendengar setiap kata yang Andriko ucapkan, ada kelegaan memenuhi hati Barsena. Sebuah senyum tipis dia perlihatkan diam-diam. Setidaknya, dia akan selalu mendapat dukungan dari pria di depannya ini. Tanpa dia harus memenuhi syarat yang diberikan oleh Astina.

"Jadi, sebenarnya ada dimana Alexandra selama ini, Om?"

Andriko melirik Barsena sekilas, sebelum akhirnya membongkar rahasia yang selama beberapa hari ini terpaksa dia tutupi. "Dia ada di Singapura, tinggal di sebuah apartemen yang dia akui milik temannya. Om jadi sangsi sekarang, jangan-jangan teman yang dia maksud adalah lelaki kurang ajar itu."

"Ternyata dia tidak bisa pergi terlalu jauh," gumam Barsena. Dia bisa benar-benar merasa lega sekarang. Sebentar lagi dia pasti bisa bertemu dengan Alexandra. "Apa Om bisa memberikan alamat apartemen yang ditinggali Alexandra? Aku akan segera berangkat untuk menjemputnya pulang."

Andriko menyetujui ucapan Barsena. Dia mengambil ponselnya dan membuka sesuatu, lantas memberi unjuk ponselnya tersebut pada Barsena.

Sementara tanpa mereka berdua ketahui, Sasmita telah berdiri di balik pintu dan mencuri dengar pembicaraan mengenai putrinya tersebut. Satu hal yang harus cepat Sasmita lakukan sekarang yaitu menelepon Alexandra dan meminta penjelasan darinya.

Secret Pleasure ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora