BAB 20

23.6K 2.4K 384
                                    

Ibra menjelma menjadi sosok yang begitu berbeda di mata Alexandra. Lelaki yang biasanya dia lihat berpenampilan rapi namun terkesan santai itu kini berubah menjadi seorang eksekutif muda yang terbungkus pakaian formal. Pembawaannya yang terlihat ceria dan sesekali konyol itu berubah menjadi sikap tenang yang diselimuti ketegasan penuh. Bahkan, Alexandra sampai benar-benar memuji sikap berani Ibra saat menyangkal beberapa detail presentasi Barsena yang dianggapnya tidak masuk akal. Alexandra dibuat tidak percaya atas apa yang dia saksikan, bahwa Ibra yang selama ini dia ketahui sebagai seorang guru musik dengan keahlian merayu rupanya memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Terlebih saat dia dengan cermat dan lugas menerangkan materi proyek menurut versinya—dan yang sebenarnya bagi Alexandra memang jauh lebih masuk akal daripada apa yang diterangkan oleh Barsena.

"Saya rasa proyek ini akan memakan dana yang besar, dilihat dari perencanaan yang saya buat," kata Barsena dipenuhi sikap penuh wibawa. Tipikalnya.

"Kalau begitu, berapa kira-kira taksiran anda?" Di tempatnya duduk, Ibra menyahut ucapan Barsena.

"Tiga triliun. Itu sudah sangat pas sesuai apa yang ingin saya kembangkan."

"Tiga triliun hanya cukup untuk membangun sepertiga bagian saja."

"Oya, lalu berapa nominal yang sesuai menurut anda?"

Tanpa perlu menunggu terlalu lama, Ibra langsung menjawabnya. "Sepuluh triliun."

"Sepuluh triliun?" tanya Barsena dengan suara meninggi. Tatapannya tertuju lurus pada Ibra yang duduk di dekat tempatnya berdiri. Berbeda dengan mimik kaget yang diperlihatkan Barsena, Ibra justru nampak tenang. Mirip permukaan air danau yang tidak tersentuh angin sedikitpun.

"Apa ada masalah dengan nominal tersebut, Tuan Barsena?" balas Ibra.

"Itu bukan nominal yang masuk akal untuk melaksanakan proyek ini."

"Oya? Tapi menurut saya nominal tersebut sangat pantas saya ajukan mengingat proyek yang akan kita kerjakan ini begitu besar. Dan nominal itu tidak menjadi perkara bagi perusahaan Tanubrata, karena kami selalu bekerja secara maksimal." Ibra mengambil pulpen dari sisi dokumen yang ada di depannya, lantas menggunakan pulpen tersebut untuk menunjuk layar proyektor yang menampilkan rancangan beberapa bangunan. "Kita bukan lagi membangun apartemen atau hotel biasa, tapi kita akan menciptakan kota. Dan untuk menggarap lahan seluas delapan puluh hektar itu, kita membutuhkan dana yang tidak main-main. Ini investasi besar dan kalau dari segi pembangunan saja kita masih memikirkan nominal yang harus dikeluarkan, tidak terbayangkan bagaimana hasilnya nanti. Saya ingin bekerja secara seratus persen karena saya yakin nantinya saya akan mendapat dua ratus persen sebagai hasilnya."

Barsena terlihat geram. Wajahnya memerah namun sebisa mungkin dia tutupi itu semua. Dia tidak mau berbuat hal konyol di depan banyak orang, apalagi di depan lelaki yang sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya, Alexandra.

"Keyakinan anda masih saya ragukan," ucap Barsena lalu mendengus. "Selama ini, perusahaan kami sudah menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan property. Pengalaman kami sudah melebihi batas dan kami sangat tahu apa yang terbaik bagi proyek ini. Sementara anda, disini anda hanya menggantikan ayah anda. Apa anda memang benar-benar paham mengenai dunia bisnis yang sedang kami geluti? Atau jangan-jangan anda hanya asal bicara saja."

"Perusahaan Tanubrata sudah berdiri sejak saya masih kecil. Perusahaan tersebut dibangun sendiri oleh ayah saya dan segala ilmu yang beliau miliki diberikan sebagian untuk saya. Meski selama ini saya tidak menggeluti dunia bisnis seperti anda, tapi kemampuan otak saya masih sangat mumpuni hanya untuk membahas proyek semacam ini," jawab Ibra tanpa takut. "Bahkan sejujurnya, saya yang harusnya sangsi dengan anda. Selama ini anda dikenal sebagai seorang CEO tapi kenapa menyusun materi presentasi saja masih begitu berantakan? Apa anda membuatnya sendiri? Ah, atau anda meminta sekretaris anda untuk membuatnya sementara anda hanya terima jadinya saja? Apa dulunya anda juga begitu saat menyusun materi skripsi?"

Secret Pleasure ✔Where stories live. Discover now