Kesepakatan

2.1K 68 5
                                    

Suara peluit mengembalikan kesadaran ku dan langsung membuat ritme detak jantungku semakin kencang.
Aku berdiri dengan gugup kemudian melangkahkan kaki ke lapangan.
"Semangat Ris, lo pasti bisa"
Aku tersenyum mengangguk menanggapi dukungan semangat dari Agnes.
Sekarang ini kelasku sedang pelajaran olahraga dan kali ini kami akan praktik lari jarak pendek 20 meter dalam waktu kurang dari 5 detik untuk putri dan kurang dari 3 detik untuk putra.

Sebenarnya aku takut sekali. Karena aku jarang banget sprint bahkan gak pernah, soalnya biasanya setiap minggu aku cuman lari marathon saja, itu pun tanpa di batasin waktu. Jadi aku takut kalau aku lari nya sampai lebih dari 5 detik dan malah kena remedial.

Aku berjalan menuju garis start bersiap siap mengambil posisi. Ketua kelas ku yang menjadi pemberi aba aba nya.
"Bersedia"
Aku mengarahkan pandangan ku ke garis finish sambil terus mendengar kan aba aba selanjutnya.

"Siap"
Detak jantungku kembali berdegup kencang kali ini aku benar benar gugup, bismillah aku pasti bisa

"Ya"
Begitu suara peluit berbunyi aku langsung mulai berlari secepat cepatnya. Nafasku tersengal, detak jantungku semakin kencang. Sejauh ini tidak ada masalah. Tinggal sedikit lagi menuju garis finish. Dan... yak suara peluit yang berbunyi menandakan aku sampai di garis finish.  Aku masih terdiam di tempat ngos ngosan setelah berlari cepat kemudian berjalan ke arah teman teman ku duduk. Baru separuh jalan aku menuju teman teman ku. Tiba tiba aku merasakan rasa sakit di kaki kanan ku. Argh rasanya sakit banget, sepertinya kakiku terkilir. Aku jatuh terduduk sambil memegang kaki kananku.
Aku meringis kesakitan menahan nyeri di kaki ku. Agnes yang menyadari aku kesakitan langsung bergegas menghampiriku.

"Ris lo gak papa?"

"Kayaknya gue keseleo deh nes"
Wajah Agnes terlihat khawatir. Dia seperti ingin memanggil seseorang tapi dia juga tidak ingin meninggalkan ku.

"Ris gue panggil pak guru nya dulu ya biar lo di bawa ke UKS aja, lo gak papa kan gue tinggal sendiri?"

Aku mengangguk, tidak sanggup menjawab. Aku masih kelelahan habis lari cepat dan sekarang malah terkilir. Nasib deh.

"Ris lo keseleo?"
Fadhil yang datang pertama kali menghampiri ku setelah Agnes memberitahu. Kenapa harus dia coba?. Disusul pak guru dan teman teman yang lain.

"Fadhil kamu tolong antarkan Arisha ke UKS dulu biar bapak menyelesaikan praktek larinya"

"Baik pak"

Guru olahraga ku kemudian kembali ke tempat semula, disusul teman teman ku yang belum praktik.

Dan sekarang tinggal aku, Agnes dan Fadhil. Aku kembali meringis saat rasa sakitnya datang kembali.

"Ris lo harus ke UKS sekarang, biar gue yang anterin"
Aku memberikan tatapan sebal ke arah Fadhil dan menatap Agnes dengan tatapan memohon.

"Nes lo mau kan nemenin gue ke UKS,  please"

"Maaf Ris gue gak bisa, gue masih ada praktik susulan, lo tau kan minggu kemaren gue gak ikut praktek"

"Iya sih, tapi masa gue sendiri nantinya"

"Lo gak sendiri Ris, kan ada Fadhil yang nemenin"
Kata Agnes sambil menyunggingkan senyum dan mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
Aku berdecak pelan, di saat seperti ini dia masih saja sempat meledekku.

"Iissh gue gak mau nes, lagian lo tau sendiri kan gue sebel banget ngeliat wajahnya yang ngeselin itu"

"Udahlah Ris, sekali kali lo baikkan sama dia, gue tinggal dulu ya, sori banget nih. Selamat menikmati kencan berdua"
Kalimat yang terakhir Agnes ucapkan dengan berbisik kepadaku.
Aku menggeram hendak bangkit menjitak Agnes tapi aku menyadari bahwa sekarang aku sedang tidak bisa berjalan.

Pacar Pura - PuraWhere stories live. Discover now