The Last Day 2.1

1.3K 48 0
                                    

Aku sedang membaca novel favorit ku sambil sesekali memerhatikan dua sejoli yang sedang bercengkrama. Semenjak Fadhil mengatakan bahwa Calysta sudah punya pacar, aku jadi penasaran dan segera mencari tahunya sendiri. Tadi saat aku hendak menuju ke kantin aku tidak sengaja melihat Calysta sedang berbicara dengan seorang laki laki, aku pun mengikuti mereka dan sampailah aku di perpustakaan. Aku melihat nya sedang memilih buku bersama laki laki itu, kemudian mereka sering kali bertukar buku yang mereka baca. Aku bisa menebak bahwa pacar Calysta ini adalah seorang yang kutu buku, terbukti dari dia yang memakai kacamata dan mampu mengajak Calysta pergi ke perpustakaan, padahal aku tau hanya beberapa persen saja siswa yang suka datang ke perpus ini, dan Calysta tidak termasuk salah satunya, tapi kalau laki laki itu aku memang sudah sering melihatnya berada di sekitar sini sambil membaca buku buku tebal. Menurutku pacar Calysta tidak terlalu buruk, malah kataku melebihi dari Fadhil (oke mungkin aku telah jahat karena membandingkan pacar sendiri), karena meskipun dia memakai kacamata, dia tidak kelihatan culun dan terkesan cool, wajah nya yang ramah pun selalu terpancar sehingga tidak heran kalau Calysta sampai kepincut sama dia. Tapi sepertinya dia masih pertama kali pacaran, karena beberapa kali dia bersikap canggung bersama Calysta, namun sifat Calysta yang asik bisa membuat suasana nya kembali hidup.
Aku tersenyum melihat keakraban mereka, aku ikut senang melihat kebahagiaan Calysta, akhirnya dia bisa menemukan seseorang yang baik untuknya daripada menunggu seseorang yang jelas tidak menyukainya.
Aku kemudian keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju taman belakang sekolah.
Sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi, namun aku tidak berniat untuk kembali ke kelas. Aku memilih untuk bolos satu pelajaran lagipula setelah ini hanya pelajaran penjas teori, dan gurunya pun biasa tidak masuk.

Aku menatap bunga bunga di sekelilingku, tadi saat menuju ke sini aku sempat mendengar suara bel masuk berbunyi, setelah itu aku langsung bergegas menuju ke taman belakang. Aku tidak terlalu khawatir akan ketahuan guru karena membolos, karena jarang ada guru guru yang melewati taman ini, letaknya yang berada di belakag kantin membuat taman ini tidak banyak di lewati oleh guru guru. Sebenarnya aku bingung apa yang sedang kurasakan saat ini. Sejujurnya aku senang melihat Calysta sudah bisa move on dari Fadhil tapi di sisi lain aku juga merasa sedih karena setelahnya aku akan putus dengan Fadhil. Tunggu dulu, tunggu dulu. Jangan bilang aku punya perasaan dengan Fadhil. Ya ampun Risha kamu benar benar sudah gila, kamu itu hanya pacar pura pura nya, tidak mungkin kamu punya perasaan kepada nya. Aku memukul mukul kepala ku sendiri merutuki kebodohan ku yang bisa bisanya menyimpan rasa kepada Fadhil.

"Jangan dipukul pukul terus, nanti lo jadi bego lagi"
Aku seperti mengenal suara itu. Aku menoleh ke arah sumber suara dan terkejut mendapati Fadhil sedang berada disini sambil berdiri menyender di bawah salah satu pohon.

"Kalau gua bego itu bukan urusan lo juga kan"
Fadhil tersenyum mendengar perkataan ku yang langsung membuat ku deg degan melihatnya kemudian berjalan menghampiriku.
"Urusan gua juga lah, kan gua pacar lo"
Dia mengatakan itu santai seolah olah memang kami masih berpacaran, padahal dia sendiri tau bahwa Calysta sudah tidak mengejarnya lagi dan berarti dia tidak akan menjadi pacar ku lagi

"Pacar? Gak lama lagi kita juga putus"

"Kalau gua gak mau gimana dong?"
Tanya nya dengan wajah sengak nya yang menyebalkan lagi. Jujur pengen rasanya sekali kali aku memukul wajah sok ganteng nya itu dengan talenanan!.

"Sayangnya gua mau kita putus"
Aku merasa sedikit sesak di dadaku setelah mengatakan itu, sebenarnya aku memang tidak mau putus tapi sesuai perjanjian awal kami, kami memang harus putus.
Fadhil terlihat sedikit terkejut mendengar perkataan ku, apa mungkin dia ? Ah itu tidak mungkin lagipula dia yang membuat perjanjian itu mana mungkin dia menjilat perkataan nya sendiri.

"Lo pasti udah tau tentang Calysta kan? Tadi gua liat lo di perpus lagi mata matain mereka"
Aku langsung menatapnya heran kemudian langsung tertunduk malu. Kenapa dia bisa tau? Apa dia memang sengaja mengikutiku atau saat itu dia memang sedsng ada disana.

"Tadi kebetulan gua memang ada di perpus, jadi gak usah kegeeran dan ngerasa kalau gua ngikutin lo"
Seakan bisa mengetahui isi kepalaku Fadhil mengatakan hal itu dengan tenang membuatku semakin malu mendengar perkataan nya.
Aku menatap ke arah lain sambil berusaha menutupi rasa gugup dan maluku karena telah ketahuan memata matai Calysta.
Kemudian aku tersadar bahwa aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan Fadhil, karena dia pasti akan semakin gencar mengatakan hal hal yang semakin membuat ku malu dan kesal. Aku pun memikirkan alasan yang tepat untuk membalas perkataan nya

"Kalau lo gak ngikutin gua, terus kenapa lo bisa tahu gua di sini"

Skak mat Fadhil terdiam tidak bisa menjawab namun mimik wajah nya masih terlihat tenang, sepertinya dia sangat pandai menyembunyikan mimik wajahnya supaya terlihat datar.

"Gua gak ngikutin lo, cuman tadi pas gua keluar dari kantin gua gak sengaja ngeliat lo"
Aku memutar bola mataku mendengar alasannya, sudah jelas itu tidak mungkin karena letak taman ini jelas jelas berada di belakang kantin, sedangkan jalan keluar dan masuk dari kantin itu sama, jadi tidak mungkin dia sampai melihatku.

"Terserah lo deh"
Kataku judes, sungguh aku lelah bila harus berdebat dengan nya, karena bukannya selesai justru perdebatan kami malah skan semakin panjang.

Setelahnya keheningan di antara kami, aku tidak berniat bicara begitupun dia, pikiran ku terus berpikir kapan kira kira aku bisa menanyakan hal itu padanya? Atau lebih tepatnya kapan dia akan mengakhiri sandiwara ini? Sampai kapan kami harus berpura pura pacaran sedangkan tujuan awal alasan kami berpacaran sudah tercapai? Aku benar benar bingung dengan Fadhil, sepertinya aku memang harus menanyakannya duluan, kalau tidak mungkin dia akan tetap membiarkan keadaannya tetap seperti ini.

"Fadhil"

"Risha"

Ucapku dan Fadhil berbarengan.

"Lo duluan"
Kataku meminta dia yang berbicara dulu.

"Nanti pulang sekolah, lo ada acara gak?"

"Emm gak ada, emang kenapa?"

"Nanti lo temenin gua ya, kita ke karnaval"

"Hah?"
Tunggu dulu, ada angin apa tiba tiba Fadhil mengajak ku ke karnaval? Apakah dia mau mengajak ku berkencan lagi? Tapi baru 2 hari berlalu dan dia sudah mengajak ku berkencan lagi?

"Gantian, tadi lo mau ngomong apa?"
Aku terdiam menatapnya bimbang, setelah tadi dia mengajakku berkencan, apakah harus aku menanyakan nya tentang keinginan ku untuk putus? Dia pasti akan sangat kecewa setelah aku mengatakan maksudku, lagipula aku harus percaya dengan Fadhil, mungkin saja dia memang telah memilih waktu yang tepat untuk kami putus nanti, lebih baik aku tidak jadi membicarakannya saja.

"Gak jadi, gua lupa"
Kataku sambil menunduk menatap rumput yang kupijak. Tiba tiba angin datang menerpa rambutku yang terurai membuat helaian nya menimpa wajahku. Kemudian aku bisa merasakan sebelah tangan Fadhil menyelipkan rambutku ke telingan sambil menatapku lekat membuatku tidak bisa untiluk tidak menatapnya.

"Pulang sekolah, lo langsung temuin gua di parkiran"
Setelah berkata begitu dia langsung bangkit kemudian berlari meninggalkanku disini. Aku hanya terdiam menatap kepergiannya, masih bisa kurasakan detak jantungku yang masih berdetak cepat akibat perlakuan nya tadi.

Pacar Pura - PuraWhere stories live. Discover now