Confession 4.3

1.1K 41 0
                                    

Sesuai saran dari agnes hari ini Risha akan bersikap seperti biasanya  dan menganggap seolah olah Fadhil tidak pernah mengatakan itu.
Meskipun dari luar dia kelihaan tenang tapi sebenarnya di dalam dirinya dia sangat khawatir jika Fadhil tiba tiba mengungkitnya kembali. Untungnya kedatangan Agnes membantu mengurangi rasa khawatirnya, tapi sepertinya Agnes sudah sangat mengerti dengan bahasa tubuh Risha sehingga Agnes bisa sangat mudah mengetahui bahwa sekarang Risha sedang gugup.

"Santai aja kali Ris, doi gak bakal begitu kok"
Risha mengalihkan tatapannya ke Agnes dan menatapnya.

"Iya gua tau, tapi lo tau Fadhil kan? Gua cuman khawatir aja"

"Lagian kalau menurut gua, doi pasti juga malu, dan kayaknya dia juga bakal bersikap sama kayak lo karena kalian berdua itu sama sama gengsi, padahal apa sih susahnya buat ngungkapin perasaan?"

"Siapa yg suka sih? gua gak suka tuh sama dia"
Agnes menggelengkan kepalanya heran dengan sahabatnya itu yang selalu menyangkal tentang perasaannya, memangnya dia tidak lelah membohongi perasaannya terus menerus, l yasudah lah Agnes lebih baik menunggu sahabatnya itu sadar daripada dia harus repot repot berbicara sesuatu yang bahkan sahabatnya sendiri tidak mau mengakuinya.

***

"Ris, tadi bu Asih bilang apa aja sama kalian?"

"Ooh cuman ngasih tahu tentang tugas doang"
Saat ini Risha dan Agnes sedang berada di kantin di meja biasa mereka, sambil menyantap bakso.

"Tugas gimana?"

"Iya, kan gua pernah izin tuh, nah pas gua izin ternyata ada presentasi tentang materi yang udah dia bagiin, karena gua dan yg tadi pada maju itu gak ikut presentasi jadinya kita di kasih tugas bikin makalah tentang materi kita, dan paling lambat dikumpulinnya hari sabtu nanti"

"Oooh gitu"
Jawab Agnes mengerti, tadi saat pelajaran PPKn Risha dan beberapa temannya di panggil ke depan karena terdapat nilai mereka yang masih kosong dan hal itu membuat Agnes penasaran, karena dia sangat mengetahui bahwa Risha tidak mungkin melewatkan satu tugas pun di kelas.

"Ris, tapi itu beneran hari sabtu?"
Tanya Agnes tidak percaya
"Iya, emang kenapa nes?"

"Ya gak masalah sih, cuman kayak mager aja gitu, secara kita hari sabtu harus berkorban kesekolah hanya demi mengumpulkan tugas setelah itu pulang, kek pemborosan baju gak sih, yaaa kecuali kalau lo ikut ekskul"

"Bener juga ya, tapi mau gimana lagi, kalau tugas mah gak bisa ditinggalin"

"Eh tapi kenapa lo gak nitip aja sama yang bakal ngumpulin tugas juga, Nadia misalnya tadi gua liat dia maju juga"

"Klo gitu berarti gua harus ke rumah Nadia juga lagian rumah dia jauh, kecuali gua satu perumahan sama dia"

"Iya juga sih, kasihan banget sih lo, yang sabar ya Ris. Gua gak bisa ngebayangin harus nugas di hari sabtu"
Risha tertawa mendengar tanggapan dramatis Agnes.

"Gua bakal ngumpulin pagi pagi kok, jadi gua bisa bareng ayah gua, biar hemat ongkos"

"Fighting Ris, klo lo butuh bantuan chat gua aja ya"

"Siap nes"

***
Fadhil menatap Risha yang sedang tertawa sambil berbicara dengan Agnes, sejujurnya Fadhil lebih tenang bila melihat Risha saat ini, karena dia tidak perlu khawatir tentang Risha yang akan terjatuh kedalam pesona Hariz ketika mereka sedang bersama, meskipun dia akan lebih senang lagi bila Risha dapat tertawa karena dirinya.

"Serius banget ngeliatin Risha nya dil, takut di ambil orang?" Ejek Aldo kepada Fadhil yang sedari tadi hanya fokus memerhatikan Risha

"Lo masih suka sama Risha?"
Tanya Daffa to the point kepada Fadhil, sebenarnya dia sudah mengetahui kalau Fadhil memang masih menyukai Risha namun dia hanya ingin mengetahui apakah temannya itu juga menyadari perasaannya sendiri.

Pacar Pura - PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang