The Last Day 2.2

1.3K 48 0
                                    

Aku tidak bisa mengalihkan pandangan ku dari arah meja Fadhil. Sebenarnya apa yang telah terjadi padaku? Sejak tadi aku kembali masuk ke kelas sampai sekarang ketika sudah mau pulang aku tidak bisa berhenti untuk tidak melirik ke arah mejanya. Padahal sepertinya Fadhil biasa saja tuh.

"Gua sebel banget sih sama pak Bams, padahal baru minggu kemaren dia ngasih tugas makalah dan sekarang dia ngasih tugas yang sama lagi, emangnya dia pikir tugas gua cuman di pelajaran dia aja"

Aku tersenyum mendengar keluh kesah Agnes, memang benar guru biologi kami sangat menyebalkan, beliau tidak pernah menjelaskan namun seringkali memberikan tugas yang banyak banget. Tapi menurutku itu tidak masalah selama tugas nya tidak melenceng dari materi nya.
Dan lagi lagi Aku kembali menengok ke arah tempat duduk Fadhil, dan dia sudah tidak ada?
Tidak heran kalau dia keluar duluan, dari awal kami berpacan dia memang seperti itu, seolah olah tidak mau menunjukkan bahwa kami berpacaran, tapi memangnya apa yang ku harapkan dari hububgan kami? Aku juga tidak terlalu suka bila semua orang tahu bahwa kami berpacaran.

"Ris lo dengerin gua gak sih?"
Gerutu Agnes kepada ku, aku hanya menoleh kepadanya sambil menatapnya bingung.

"Hah? Emang tadi lo ngomong apa?"

"Tuh kan, lo kenapa sih, ada masalah sama Fadhil?"

"Maksudnya"

"Ckck, mulai deh error nya, yaudah gua balik duluan, lo mau bareng gak?"
Aku menggeleng menolak tawarannya. Mungkin saat ini pikiranku memang sedang kacau, aku menghela nafas berat, kenapa saat ini aku merasa sedih? Apa karena aku memang tidak ingin putus dengan nya? Tapi kenapa? Ah sudahlah, kenapa sekarang juga aku jadi memikirkan hal hal yang tidak penting seperti ini.urŕ

"Mukanya jangan di tekuk mulu dong, nanti dikira gua ngapa ngapain lo lagi"

Aku menatap nya heran sambil berusaha meredakan rasa jengkel ku kepadanya, bukannya menghiburku dia malah membuatku semakin sebal.
Dengan perasaan setengah hati, aku menghampirinya kemudian mengenakan helm yang diberikannya. Baru saja aku hendak memakainya, tau tau saja dia sudah merebut helm itu dan meletakkannya di kepalaku. Aku menggeram sebal kepadanya karena tindakannya itu malah membuat rambutku semakin berantakan.

"Gua bisa make sendiri"

"Gua tahu, makanya gua sengaja makein"

"Hah? Terus faedah nya apa?"

"Gak ada, gua cuman suka ngelakuin itu"
Aku berdecak kesal mendengar alasannya yang aneh, apa apaan sih dia?

"Dasar aneh"
Umpatku pelan, kemudian kami pun menuju tempat karnaval.

***

Suasana karnaval terasa sangat ramai, aku tersenyum memerhatikan sekeliling ku. Sudah lama rasanya aku tidak pergi ke sini. Semenjak aku SMA aku selalu disibukkan oleh urusan sekolah, kalaupun aku sempat berlibur itu pun hanya liburan keluarga yang sedikit membosankan.

"Lo mau makan atau langsung main?"

"Emm kayaknya mending makan dulu deh, soalnya tadi pas istirahat gua belum makan"

"Yaudah, ikut gua"

***

Aku duduk di bangku taman dekat karnaval sambil menunggu kedatangan Fadhil, dia bilang bahwa dia akn pergi sebentar untuk membelikan ku makanan. Aku menurut saja, karena dia lebih mengenal tempat ini.
Beberapa menit kemudian Fadhil sudah ada di hadapanku sambil membawa bubgkusan plastik yang ternyata isinya adalah, cilok?.

Pacar Pura - PuraWhere stories live. Discover now