Hujan Sore Hari

1.5K 58 3
                                    

"Ris, lo kemana aja selama istirahat tadi?"
Baru saja aku masuk ke kelas, Agnes sudah menyerbuku lagi.

"Eee itu gue habis ketemuan sama Fadhil"

"Ketemuan? Kalian kan emang sekelas, kenapa gak ketemuan di kelas aja"
Aku berjalan menuju tempat duduk dengan tergesa, aku memikirkan kali ini alasan apa yang bisa aku gunakan untuk mengelak pertanyaan dari Agnes.

"Yaaa, kan sekalian gue ke perpus"

"Perpus? Sejak kapan lo jadi suka ke perpus?"
Aku mengutuk diriku yang malah mengatakan tempat aku dan Fadhil bertemu. Tuh kan benar saja dugaan ku Agnes pasti curiga kalau mendengar aku pergi ke perpus.
Untungnya semenit setelah pertanyaan Agnes, bu Asri guru seni budaya kami datang, aku jadi memiliki alasan untuk mengakhiri percakapan. Huh lain kali aku harus lebih hati hati kalau ingin kabur dari Agnes supaya setelahnya aku tidak bakal di tanya yang macam macam.

***

Aku merapikan peralatan menulisku dengan terburu buru lalu mengatakan kepada Agnes bahwa kali ini aku tidak bisa pulang bareng bersamanya kemudian langsung melesat keluar kelas menuju lapangan basket. Setibanya aku disana aku langsung di sambut suara riuh anak perempuan yang meneriaki Fadhil. Pantas saja mereka berteriak histeris, sekarang Fadhil sedang melempar bola basket dari tengah lapangan (atau istilahnya three point). Setelah itu disusul teman nya yang lain. Kadang aku heran sama kumpulan anak perempuan itu, padahal anak basket yang lain wajahnya lebih tampan dan  lebih keren dari Fadhil, tapi kenapa mereka semua lebih tertarik pada Fadhil daripada yang lain? Baiklah itu bukan urusanku, tapi kalau aku jadi mereka, jelas pasti aku akan memilih menjadi fans nya Aldo daripada Fadhil.

Aku kemudian duduk di bangku penonton di barisan paling belakang, sebenarnya aku tidak terlalu tertarik  melihat anak basket latihan, kalau saja Fadhil tidak menyuruhku melakukannya sekarang aku pasti sudah sampai rumah dan bisa bersantai.

Pukul setengah lima latihan mereka selesai, para anak perempuan itu langsung menghampiri mereka dan langsung menempeli mereka sambil menawarkan air putih, termasuk Fadhil yang sekarang sudah dikerumuni oleh para fansnya, aku lebih memilih untuk duduk di tempat semula sambil memakan roti yang tadi kubeli untuk mengisi perut. Namun, dari sini aku seperti melihat anak perempuan yang sekarang sedang mengamit lengan Fadhil sambil menyeka keringatnya dengan menggunakan handuk yang dia bawa. Mungkinkah itu yang namanya Calysta?
Mataku bertemu dengan Fadhil dia terlihat seperti menyuruhku menghampirinya, seperti nya aku tahu maksud dari tatapan nya, dia menginginkanku untuk menunjukkan diri bahwa aku adalah pacarnya. Baiklah mungkin ini saat nya aku beraksi. Aku berjalan menuju Fadhil melewati kerumunan anak perempuan lain, kemudian tersenyum manis kepadanya.

"Fadhil sayang kamu udah selesai latihan? Maaf ya tadi aku agak telat datang"
Aku menghampiri Fadhil kemudian mengamit lengannya menarik nya melepaskan pegangan tangan Calysta.
Aku kemudian menatap Calysta dngan pandangan sinis.
"Sebentar, lo siapa ya? Gue gak pernah liat lo sebelumnya"
Calysta kelihatan sedikit terkejut karena pertanyaanku barusan, aku memasang senyum mengejek ke arahnya. Ya ampun sekarang pasti aku terlihat seperti perempuan menyebalkan.

"Gue temen deketnya Fadhil, lo sendiri siapa, gak tau diri banget, langsung gandeng tangan Fadhil segala"
Kata Calysta sambil memasang wajah angkuhnya, hmm sepertinya aku bisa mengetahui kenapa Fadhil tidak menyukai Calysta.

"Gue pacarnya, dan lo bilang kalau lo temen deket nya? Emangnya lo yakin Fadhil ngakuin lo sebagai temen deket?"
Calysta terkejut mendengar perkataan ku, mungkin dia kaget mengetahui bahwa aku pacar Fadhil (yeah meskipun pura - pura) tapi kemudian dia memasang wajah sedatar mungkin.

"Tentu aja gue yakin, Lagian kita  temenan udah lama"

"Hanya temenan ya? Sayangnya sekarang Fadhil udah punya pacar. Jadi mendingan sekarang lo mulai ngejauhin Fadhil, atau lo mau hidup lo gak bakal tenang lagi"

Pacar Pura - PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang