Perpustakaan

1.6K 64 2
                                    


Fadhil benar benar tidak bercanda tentang menjadikan ku pacar pura puranya. Hari pertama setelah ajakan itu, Fadhil langsung membuat status di semua akun medsosnya yang menyatakan bahwa aku adalah pacarnya. Beberapa menit setelah itu grup kelasku langsung riuh membahas tentang aku dan Fadhil. Jujur aku malu setengah mati, banyak yang tidak percaya kalau aku bisa pacaran dengan Fadhil, tapi lebih banyak lagi yang setuju tentang hubungan kami! Gile ini benar benar diluar dugaan ku. Agnes bahkan langsung mengirimkan ku chat berkali kali, yang semua isi chat nya hanya menanyakan tentang bagaimana bisa aku berpacaran dengan Fadhil padahal sebelumnya kami terus bertengkar? Aku memilih untuk mengabaikan pesan itu dulu. Sungguh bahkan belum sehari kami pacaran aku sudah merasa lelah, bagaimana bila seminggu? Atau hingga sebulan? Fadhil bilang kan pacaran sandiwara ini berakhir ketika Calysta sudah menjauhinya, lalu kalau misalnya Calysta tetap tidak menjauh dan malah semakin gencar mendekati Fadhil itu berarti kami akan semakin lama pacaran? Argh.... kenapa aku menyetujuinya sih? Kenapa aku mau terlibat dengan masalah serumit ini? Sepertinya semua hal yang menyangkut tentang Fadhil benar benar menyebalkan.

From :Fadhil
Ris, udh tidur belum?

Getaran dari handphone ku membuatku terbangun dari lamunan ku.

To: Fadhil
Belum, kenapa?

From: Fadhil
Gue mau minta maaf ya Ris, karena udah ngebawa lo dalam situasi ini. Gue janji setelah semua nya selesai gue bakal ngejauhin lo.

Aku mengernyitkan dahi membaca pesan darinya, dia chat jam segini cuman buat minta maaf?

To: Fadhil
Iya, gpp lagian gue gak keberatan kok

From: Fadhil
Oh iya, gue harap lo gak ngasih tau siapa2 tentang pacaran kita yang cuman sandiwara ini, termasuk ke Agnes. Gue gak mau nantinya malah ketahuan sama Calysta dan semuanya jadi berantakan.

To: Fadhil
Tenang aja, gue gak akan ngasih tau siapa2 kok.

From: Fadhil
Sip kalau gitu. Night ya

Aku tersenyum mebaca pesan yang terakhir, memilih untuk tidak membalas pesan tersebut dan bersiap tidur. Besok hari mungkin akan lebih banyak kejutan yang harus aku hadapi.

***

Aku menatap lemas ke arah Agnes, memohon ke pada dia supaya berhenti bertanya hal yang sama. Hari ini adalah pelajaran sejarah Indonesia, dan guru kami pak Yanto sedang asik bercerita tentang masa politik etis. Good bahkan aku hanya mengerti judul dari materi yang disampaikannya dan bukan isi materinya. Ditambah dengan Agnes yang terus menanyakan hal yang sama. Rasanya membuat kepalaku semakin pusing.

"Please nes, udah berapa kali gue bilang, kalau gue emang pacaran sama Fadhil, udah itu aja"
Kataku sambil berbisik kepada Agnes, tidak ingin mengganggu cerita pak Yanto.

"Ya tapi gue penasaran ris"

"Ya lo bisa nanya itu nanti nes, udahlah gue mau merhatiin pak Yanto dulu"
Aku langsung menatap ke depan mencoba berkonsentrasi dengan materi yang disampaikan (meskipun aku tidak yakin akan mengerti atau tidak). Aku benar benar tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Seharusnya aku tidak menerima tawarannya, sekarang aku harus menjelaskan kepada teman temanku tentang hal ini (tentu saja aku tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya, hanya memberitahukan garis besarnya saja), terutama ke Agnes yang seperti nya sudah gatal ingin mengetahui tentang hubungan ku dengan Fadhil.

***

From: Fadhil
Ketemuan di perpustakaan, datang masing2 aja.

Aku membaca pesan masuk dari Fadhil, tidak berniat membalasnya. Aduuuh aku harus gimana ini? Agnes sudah memboking ku untuk mengajak ku ke kantin, gak mungkin kalau aku tiba tiba bilang kepadanya bahwa aku ingin ke perpustakaan, itu terlalu mencurigakan. Agnes sudah mengetahui sifatku yang ke perpustakaan di saat tugas pelajaran saja.
Suara bel tanda istirahat berbunyi membuat ku semakin panik. Agnes sekarang sedang sibuk merapikan alat tulisnya, aduuuh masa aku harus izin dulu sama dia kalau aku ingin ke perpus? Itu tidak mungkin. Baiklah tidak ada cara lain, aku memilih untuk pergi diam diam dari kelas, setelah melewati segerumbulan teman teman ku yang hendak keluar kelas, aku langsung berlari kencang menuju perpustakaan. Sampai aku menabrak beberapa siswi dan membuat sedikit keributan.
Baiklah sekarang aku sudah sampai di depan perpustakaan, ketika aku hendak membuka handle pintu aku mendengar ada dua orang yang berbicara di belakangku.

"Eh lo tau gak katanya Kak Fadhil pacaran?"
Aku berhenti membuka pintu perpustakaan dan mendengarkan percakapan mereka.
"Ah serius lo, eh tapi udah biasa kali. Fadhil kan emang playboy, terus pacarnya yg suka deket sama dia itu kan. Calysta kalo gak salah namanya"

"Bukan, katanya pacarnya tuh temen sekelasnya sendiri"

"Serius lo? Gilee tuh cewek mau aja jadi mainannya kak Fadhil"
Mereka kemudian berlalu melewatiku masuk ke perpustakaan. Sementara aku diam termangu setelah mendengar percakapan dua anak perempuan itu. Apa aku tidak salah dengar? Mainan? Memangnya seberapa parahkah sifat playboy Fadhil?
Aku menggeleng berusaha menghilangkan semua pikiran negatifku tentang Fadhil. Ingat Risha ini hanya sementara, palingan hanya seminggu aku menjadi pacar pura pura nya. Setelah nya aku bebas, dan tidak akan memiliki hubungan apa apa lagi dengan Fadhil. Aku kemudian menarik nafas pelan mencoba untuk tidak memperdulikan semua omongan tidak baik dari orang lain. Aku masuk ke perpustakaan, menatap sekeliling lalu mendapati Fadhil sedang bersandar di sudut perpustakaan sambil membaca buku. Ketika aku sedang menatapnya Fadhil mengalihkan pandangannya dari buku, hingga pandangan kami bertemu. Fadhil tidak tersenyum, tidak juga jutek, tapi entah kenapa melihat Fadhil yang hanya memandangku diam seperti ini membuat detak jantungku tak menentu.
Dia kemudian meletakkan buku yang tadi dia baca, kemudian berjalan menghampiriku.

"Kenapa lama banget ris?"

"Eeeh tadi gue ada urusan bentar"

"Oooh ya udah, kita bicara di pojok perpus aja biar gak ada yang denger"

Entah hanya perasaanku saja atau sikap Fadhil kali ini benar benar aneh. Setahuku Fadhil itu sifatnya slenge'an, tidak pernah serius, suka bercanda. Tapi kali ini, dia bersikap tenang, tegas, dan sedikit cuek. Dan memangnya apa yang harus dia bicarakan sampai mengajak ku ke perpus? Atau jangan jangan dia mau membatalkan rencana untuk menjadi pacar bohongannya? Kalau iya,ini berarti berita bagus.

"Jadi langsung aja ya ris. Gue mau nanya, nanti sepulang sekolah lo ada acara gak?"

"Kayaknya sih enggak. Kenapa?"

"Lo mau gak nemenin gue latihan basket nanti sore. Soalnya hari ini gue harus latihan basket"
Aku berpikir, mencoba menebak nebak apa yang mungkin terjadi seandainya aku ikut menemani Fadhil latihan basket. Sebenernya kedengaran menyenangkan aku akan bisa melihat cowok cowok ganteng yang sedang latihan, tapi nanti di sana pasti rame banget, apalagi fans nya Fadhil lumayan banyak, dan aku tidak mau menjadi kambing congek di sana.

"Gini deh Ris, kalau lo gak ikut, nanti Calysta mulai deketin gue lagi. Mungkin hanya sekarang aja dia gak deketin gue karena berita gue pacaran itu. Tapi kalau dia misalnya gak pernah ngeliat gue jalan sama pacar gue, nanti dia ngiranya gue berita gue pacaran itu cuman bohongan. Gimana lo mau kan?"

"Yaudah gue mau,tapi lo latihan nya jangan lama lama. Gue juga mau belajar"

"Siap bos, yaudah lo belum makan kan, nih gue bawain roti, kita makan disini aja. Gak akan ketauan kok kalau di pojok perpus"
Aku tersenyum menatap roti yang di berikan Fadhil, menurutku sikap Fadhil kali ini benar benar manis. Tapi aku tidak boleh baper, semua ini hanya pura - pura, entah kenapa aku merasa sedikit sedih ketika mengingat kenyataan bahwa kami hanya pura pura berpacaran.

"Gak usah senyam senyum terus, nanti lo suka lagi sama gue"
Aku mengernyitkan dahi mendengar perkataan Fadhil, lalu menatapnya horor

"Dih pede banget lo, ya gak mungkin lah, lagian ini kan cuman sandiwara"
Fadhil menghentikan kegiatan makannya. Terdiam sebentar kemudian menatapku dengan entahlah tatapan yang tidak kumengerti, sepertinya tatapan bingung, atau sedih kurasa. Dia bangkit dari duduknya lalu menatapku.

"Kalau udah selesai makannya gue tunggu di meja depan, gue harus pergi, ada yang perlu gue lakuin"
Aku hanya mengangguk, bingung harus menjawab apa. Tapi entah kenapa aku merasa sedih ketika Fadhil pergi, seperti ada sesuatu yang hilang, dan apa aku telah mengatakan sesuatu yang salah hingga membuat Fadhil pergi?
Aku menghela nafas perlahan, kemudian melanjutkan makan roti dengan perasaan campur aduk.

Pacar Pura - PuraOnde histórias criam vida. Descubra agora