1.6 || Rumah Pohon

102K 6.8K 578
                                    

Sejak hari itu, hari dimana Aletha datang ke rumah Alfa. Semuanya berubah. Alfa sudah mulai tidak kasar padanya, walaupun sifat dinginnya belum hilang dan kata yang diucapkan juga kadang kurang jelas bahkan kadang Aletha tidak mengerti apa yang diucapkan Alfa. Tapi setidaknya sifat Alfa sudah berubah, walaupun sedikit.

"Alfa, kita ke danau yang waktu itu yuk!" ajak Aletha kepada Alfa yang masih sibuk dengan bukunya.

"Hm," jawab Alfa tanpa menoleh.

"Ish, hm itu artinya iya atau enggak?" tanya Aletha dengan menaikkan kedua alisnya.

"Ya," sahut Alfa cuek.

"Tuh kan, dinginnya mulai lagi, males deh. Gue pergi sama Kak Erik aja kalau gitu," ucap Aletha lalu ia segera mengambil tasnya dan baru saja ia hendak meninggalkan meja Alfa, Alfa mencengkal pergelangan tangannya.

Alfa menghembuskan nafas. "Jangan."

Aletha berbalik dan tersenyum jahil. "Cembukur ya?"

Alfa mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti dengan ucapan Aletha. Aletha hanya menggelengkan kepala melihat reaksi Alfa.

"Yaudah, gausah dibahas. Ke sana sekarang yuk!" seru Aletha sembari menarik tangan Alfa.

Aletha bersenandung selama berada di dalam mobil sambil memejamkan matanya pelan. Alfa tau lagu itu. Lagu yang selalu ia dengarkan ketika merindukan adiknya. I'll Be Missing You. Lagu itu yang sekarang Aletha senandungkan, Alfa melirik sedikit ke arah Aletha dan kembali fokus ke jalanan.

"Lo tau gak lagu yang tadi gue senandungin?" tanya Aletha dan Alfa langsung mengangguk.

"Serius?" Alfa mengangguk lagi.

"Nyanyi lagu itu dong. Suara lo kan bagus," kata Aletha membuat Alfa menggeleng.

"Enggak."

"Ih, bagus tau! Gue kan sempet denger waktu lo lagi nyanyi di kamar Prita," celetuk Aletha seraya menutup mulutnya.

Mampus! Kok gue keceplosan sih, ketauan nih kalo gue jadi paparazzi.

Alfa membuka suara. "Lo bohong."

Aletha menyengir lalu ia membentuk jarinya menjadi "V" dan tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih bersih.

"Kan ga lucu, kalau gue ketahuan ngikutin lo. Gak keren gitu," sahut Aletha mengelak.

"Bohong ya bohong," kata Alfa tidak mau kalah.

"Iya, maaf deh. Abisnya gue kepo sama apa yang lo bawa sampe dikardusin gitu. Warna kardusnya juga bagus lagi. Makanya gue ikutin," jelas Aletha.

"Kenapa mesti dibungkus pake kertas warna hitam putih? Mau diapain kardusnya?" tanya Aletha sambil mencari-cari lagu di radio mobil.

Aletha berdecak. "Ck..kenapa lagunya gaada yang bagus sih? Jam berapa sih ini, semua siarannya jelek-jelek."

Alfa sedikit tersenyum. "Prita suka itu."

Aletha menoleh dan mengernyitkan dahi bingung. "Suka apa? Suka radio? Atau suka sama lagu yang tadi gue nyanyiin?"

"Warna," jawab Alfa singkat membuat Aletha mengatupkan bibirnya sambil mengangguk

"Karena itu lo bawa kardus warna hitam putih?" tanya Aletha lagi.

Alfa mengangguk lalu memberhentikan mobilnya. "Turun."

"Udah sampe? Cepet amat yah," ujar Aletha sembari membuka pintu mobil lalu ia turun.

Mereka berjalan beriringan menuju sebuah danau yang beberapa minggu lalu mereka datangi. Lalu mereka memilih untuk berbaring di atas rumput sambil menikmati udara sejuk di daerah danau. Danau itu sepi, mungkin tak banyak yang tahu tentang letaknya.

Impressed [Completed]Where stories live. Discover now