2.9 || Sadar

86.1K 5.9K 268
                                    

"Nek, dia adik Alfa, jadi memang seharusnya Prita ada di sini nemenin Alfa," kata Aletha sambil berjalan mendekati Prita yang duduk di sofa.

"Ita, itu ada Nenek kamu, ayo bangun terus salam," kata Aletha sementara Prita menggeleng pelan.

"Ita takut kak, Nenek gak pernah sayang sama Ita," jawab Prita yang sebenarnya masih bisa di dengar oleh neneknya.

"Sstt...enggak boleh ngomong gitu, semua keluarga kamu, enggak ada yang saling benci satu sama lain. Begitupun dengan rasa sayang Nenek ke Ita," ujar Aletha yang membuat sang nenek menoleh lalu tersenyum simpul.

"Nak Aletha, boleh Nenek bicara sebentar?" tanya nenek, Aletha langsung menoleh lalu mengangguk.

"Tunggu sebentar ya, kakak mau ngobrol sama Nenek kamu," ucap Aletha sembari mengusap rambut panjang Prita. Lalu Prita mengangguk. Setelah itu, Aletha berjalan mengikuti arah Nenek Alfa.

"Aletha udah lama kenal sama Alfa?" tanya Nenek Alfa ketika mereka berdua sudah duduk di kursi panjang yang tidak jauh dari ruang rawat Alfa.

"Emm, kira-kira baru dua bulan Nek," sahut Aletha sembari ia tersenyum. Mungkin ini saatnya.

"Nek, Aletha kasian ngelihat Prita. Disaat kondisi dia lagi kayak begini, cuma Bi Rum yang Prita punya, Prita suka nangis Nek kalau ngelihat kondisi abangnya. Aletha enggak tega ngelihatnya. Kenapa Tuhan harus kasih banyak cobaan buat Prita, Nek?"

Nenek Alfa terdiam. Perkataan Aletha mampu membuat dirinya memiliki perasaan bersalah. Ia salah karena telah memiliki pikiran buruk tentang cucunya sendiri.

"Prita butuh dukungan, Nek. Prita butuh dorongan dari keluarga dia," kata Aletha.

"Dia cuma perlu kalau Nenek ada di samping dia disaat kayak gini. Dimana abangnya dalam keadaan yang sulit dijelasin, coba Nenek sekarang samperin Prita dan bilang kalau Nenek sayang sama dia." Nenek Alfa langsung bangkit tanpa menjawab. Sementara Aletha tersenyum manis. Mungkin ia berhasil.

—————— Impressed ——————

Aletha berjalan sambil menenteng sebuah plastik yang berisi dua bungkus makanan menuju ruang rawat Alfa setelah kembali dari rumah makan di dekat rumah sakit. Lalu ia sampai di depan pintu berwarna cokelat itu. Ia memegang knop pintu lalu perlahan membukanya dan ia langsung mendongak.

"Kak Alethaaa!" seru Prita yang berada di samping ranjang Alfa.

"I-iya," jawab Aletha terputus-putus.

"Kayaknya kita berdua harus keluar, Ta," kata Nenek Alfa kepada Prita dan Prita mengangguk saja. Lalu nenek menggandeng tangan Prita sambil mengajaknya berjalan ke luar ruangan. Sekarang hanya tersisa dirinya dan manusia jelmaan itu di dalam ruangan ini.

Manusia jelmaannya sudah bangun. Jujur, saat Aletha masuk. Aletha sangat terkejut, sangat. Melihat orang yang ia rindukan, sekarang sudah membuka matanya.

Dan sekarang Alfa menatap tajam ke arah Aletha. Jujur, walaupun Aletha takut, tetapi ia senang. Mata hijau itu kembali menatapnya.

Aletha kembali berjalan mendekati ranjang Alfa. Belum saja Aletha sampai di sebelahnya, Alfa sudah mengeluarkan sebuah suara. "Pergi."

Aletha rindu dengan suara itu. Aletha rindu ketika dia memanggil namanya.

Tetapi Aletha minta tolong, Tuhan. Aletha masih ingin di sini dengannya. Aletha masih ingin berada di sampingnya sebentar saja. Aletha masih ingin menganggunya.

Aletha tidak memperdulikannya, ia berjalan menuju sebelah ranjang Alfa dan menaruh bungkus plastik itu di meja sebelah ranjang Alfa.

"Pergi dari sini." Aletha menoleh lalu ia tersenyum manis. Tuhan, Aletha masih ingin berada di sini.

Impressed [Completed]Where stories live. Discover now