2.8 || Menggantikan

85.9K 5.3K 93
                                    

Dirinya lagi, selalu dirinya. Padahal Aletha sendiri tidak tau bagaimana membuat sifat Alfa berubah.

"Kak..." Suara itu berhasil membuyarkan lamunan Aletha, ia langsung mengusap rambut panjang Prita dan langsung menggenggam tangannya menuju ke meja makan.

"Biasanya kalau lagi makan, Abang ngelakuin apa?" tanya Aletha pelan sembari ia membantu Prita untuk duduk di kursi.

"Biasanya, Abang tanya ke Ita mau makan pakai lauk apa terus nanti Abang yang taruh di piringnya, terus kita makannya berdua. Tapi Abang yang suapin," jawab Prita membuat Aletha hanya bisa mengangguk saja walaupun tidak terlihat oleh Prita

"Ita mau makan pakai lauk apa?" tanya Aletha pelan sambil mengambil piring dan menuangkan dua sendok nasi ke piringnya.

"Semua yang ada di meja makan, kak." Aletha membulatkan matanya, tentu saja. Ia tidak biasa makan dengan lauk sebanyak itu.

Di atas meja makan tersaji ikan gurame, ayam saus tiram, jamur goreng, sosis bakar, sate lilit, ayam bumbu rica-rica, pergedel jagung, sambal terasi, tumis kangkung, buah-buahan, sirup, pudding, dan pancake. Dan Prita meminta semua makanan yang ada di atas meja makan itu. Oh Tuhan, rasanya Aletha ingin terjun bebas di lantai sekarang juga.

"Eghh, itu gak kebanyakan ya Ita?" tanya Aletha pelan, takut akan membuat Prita bersedih.

"Enggak kak, Abang juga biasanya gitu. Katanya enggak boleh ada makanan yang disisain," jawab Prita membuat Aletha tersenyum. Dia tidak sempurna seperti yang lainnya tetapi ia tetap menghargai jerih payah para petani.

"Yaudah, kakak panggil Bi Rum dulu ya, tunggu sebentar."

Aletha berjalan menuju ke dapur dan memanggil Bi Rum untuk makan bersama mereka. Tentunya Bi Rum tidak menolak, karena ia ingin melihat bagaimana cara Aletha menghadapi gadis seperti Prita yang banyak maunya.

"Buka mulutnya, pesawat mau dateng..."

Prita terkekeh pelan begitupun dengan Bi Rum, ternyata Aletha berbakat untuk menjadi pengganti Alfa. Prita membuka mulutnya lalu bertepuk tangan kecil ketika Aletha berkata kalau itu adalah suapan terakhir.

Setelah mereka bertiga selesai makan, Bi Rum izin untuk tidur terlebih dahulu karena ia sangat lelah, jadi Bi Rum meninggalkan Aletha berdua bersama dengan Prita. Sekarang sudah jam setengah sembilan malam, dan Prita masih asik mendengarkan Aletha bercerita.

"Terus ya, Abang kamu itu suka banget narik tangan kakak. Dia ga tau ya kalau di tarik itu sakit," kata Aletha sembari mengusap kepala Prita yang berada di pangkuannya.

"Abang jahat ya sama kakak, padahal sama Ita baik banget." Aletha tersenyum simpul mendengar jawaban Prita.

"Mungkin Abang kamu kayak gitu karena ada alasannya."

"Huh...tapi tetep aja, abang jahat," kata Prita.

"Iya deh Abang kamu jahat, tidur yuk, udah malem. Besok Prita enggak bisa bangun pagi," ucap Aletha yang hanya dibalas anggukan oleh Prita lalu Aletha menggendongnya dan membaringkannya di ranjang Prita. Aletha berbaring tepat di sampingnya ia mulai membacakan cerita untuk Prita supaya ia cepat tertidur. Disaat sudah hampir masuk kea lam mimpi. Aletha mendengar Prita berbicara.

"Kakak jangan pernah tinggalin Abang sama Prita ya."

Aletha hanya bisa memejamkan matanya pelan lalu segera mengusap cairan yang keluar dari matanya itu. Entahlah, kata-kata Prita mungkin tidak akan bisa ia turuti.

Aletha masih terus mengusap rambut Prita untuk membuat gadis kecil itu dapat tertidur dengan nyenyak sampai suara ponselnya membuatnya menghentikan kegiatannya itu.

"Halo."

"Di depan."

"Oh iya, Aletha keluar sekarang."

Itu dari Atha, ia sudah menunggu Aletha diluar. Dengan langkah pelan, ia bangkit dari ranjang Prita dan tidak lupa ia membenarkan selimut yang dipakai Prita dan mengecup keningnya sekilas. "Kakak akan selalu ada walaupun kamu dan Abang kamu enggak tau."

Selanjutnya, Aletha melangkah keluar rumah dengan langkah pelan agar tidak membangunkan Bi Rum. Lalu ia menitipkan kunci rumah kepada satpam di kompleks ini. Lalu Aletha langsung memasuki mobil Atha.

"Gimana?" tanya Atha membuat dahi Aletha berkerut.

"Apanya yang gimana?" tanya Aletha balik.

"Adiknya Alfa, she's okay?" tanya Atha lagi membuat Aletha menggeleng kecil.

"Not yet, she's missed Alfa," jawab Aletha. Tidak usah heran kenapa keluarga Aletha menggunakan bahasa inggris. Karena saat di Paris, mereka setiap harinya selalu berbahasa inggris.

"Parah sih, terus gimana?" tanya Atha lagi dan lagi membuat Aletha mendengus. Aletha lelah dan Atha masih bertanya macam-macam.

"Aletha capek, tanyanya besok aja," kata Aletha dan Atha langsung menancapkan gas nya lalu beberapa saat kemudian mereka tiba di rumah sekitar pukul setengah sepuluh malam. Kila dan Andre sudah tertidur pulas, jadi ia tidak perlu repot-repot member kabar. Langsung saja Aletha menaiki tangga dan bergegas mandi lalu mengganti bajunya menjadi piyama bergambar teddy bear. Kartun favoritnya.

Lalu ia membaringkan tubuhnya dan ia langsung terpejam.

------- Impressed -------

"Bang, bener yang ini kan rumahnya?" tanya Aletha ketika mereka berdua sudah sampai di rumah yang bercat putih nan megah itu.

Tiga jam yang cukup melelahkan untuk bisa sampai di rumah ini. Belum lagi, alamat yang dikatakan Bi Rum kurang jelas, jadi semakin sulit untuk menemukannya.

"Mungkin, cuma ini satu-satunya rumah yang pemiliknya ada nama 'Sanjaya' nya," jawab Atha lalu Aletha mengangguk dan ia mengetuk pintu. Dan keluarlah seorang wanita tua yang ia perkirakaan adalah Nenek Alfa.

"Ada yang bisa Nenek bantu?" tanya nenek itu dan Aletha langsung menyalaminya.

"Nenek itu neneknya Alfa kan?" tanya Aletha lagi dan terlihat jelas raut wajah tegang di wajah nenek itu pada saat Aletha menyebut nama Alfa.

"Iya, darimana kamu tau itu?" Aletha hanya tersenyum kecil.

"Nama saya Aletha, Nek. Teman Alfa," kata Aletha lalu ia menjelaskan tentang tujuannya datang kemari.

"Oh tuhan, dia ada dimana sekarang? Ayo antar nenek ke sana," kata nenek Alfa dan ia langsung berlari masuk ke dalam rumah dan beberapa saat kemudian ia berpakaian rapi dengan tas yang ia bawa. Lalu Aletha langsung mengantar nenek Alfa ke dalam mobilnya dan langsung menuju rumah sakit.

------- Impressed -------

Aletha langsung turun dari mobil bersama nenek Alfa dan ia langsung berjalan memasuki lobby lalu masuk ke dalam lift untuk menuju ke ruang rawat Alfa.

Langkah kaki nenek tidak terlihat pelan. Sepertinya ia ingin melihat cucu kesayangannya itu. Tau darimana Aletha kalau Alfa itu cucu kesayangannya? Tentunya dari Bi Rum.

"Ini kamarnya Alfa, Nek."

Nenek Alfa mengangguk lalu membuka pintu berwarna cokelat itu perlahan. Dan ekspresinya berubah seakan ia tengah melihat seorang musuh.

"Ngapain ada anak ini di ruangan di sini!"

****

a.n

Hola, you use to call me on my cell phone.

Eh enggak, kenapa jadi nyanyi? Huft. Oke, part Alfa belum ada, baru muncul itu besok. Niat Kei sebenernya pingin buat Alfa tetep koma aja sih. Tapi karena Kei kasian, jadinya kalian baru bisa membayangkan Alfa itu besok.

Maaf loh...wkwk. Makasih buat kalian semua para pembaca setia Impressed, yang udah mau luangin waktu untuk membaca cerita alay ini. Hehe.

Vote dan komentar kalian sangat teramat ditunggu untuk part ini.

Dan satu lagi, Kei mau tanya, kalian itu lebih suka cerita yang panjang atau yang standar aja? Terus kalau misalnya Kei buat Author Note tiap hari, kalian bosen atau enggak? Tolong di jawab yah...

Salam sayang, Kei.

Impressed [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang