00.12

6.1K 546 27
                                    

"Bayinya sehat"

Jungkook tersenyum lebar, wajahnya memerah karena haru. Bersama air mata yang berlinang, ia tiada putusnya berucap syukur dari bibirnya yang bergetar. Ia ingin sekali memeluk bayinya yang masih berkulit merah itu, namun suster melarangnya. Jungkook kesal, tentu saja.

"Bayi yang baru lahir harus lebih dahulu bersentuhan dengan kulit ibunya, Tuan Jeon." jungkook mengiyakan namun ia masih kesal. "Biarkan Nyonya Taehyung yang memeluknya dulu."

Jungkook mengikuti langkah suster yang tengah menggendong putranya itu menuju Taehyung yang terbaring di ranjang. Ia telah mempersiapkan berbagai ucapan selamat dan pujian hanya untuk sang istri yang begitu kuat telah melahirkan anak mereka.

Jungkook merasa bahagia, sungguh. Kini keluarganya dilengkapi dengan satu anggota baru yang mungil, menggemaskan, dan sangat polos.

"Tae...,"

Tit Tit Tit

"Nyonya Jeon, ini bayi Anda."

Jungkook dapat menyaksikan pergerakan dada Taehyung yang melemah.

Tidak, tidak.

"Ya Tuhan!" seru suster itu, kemudian segera menekan tombol darurat di tepi ranjang. "Tuan Jeon, bantu saya cari dokter Kang! Nyonya kritis!"

Jungkook tergagap. Namun kakinya bergerak cepat mengikuti instingnya yang sedikit kacau.

Tidak, Tae. Tidak. Jangan tinggalkan aku.

Jungkook melangkah mundur, masih menatap Taehyung yang seperti tak bernafas. Dan tepat saat Jungkook menggenggam gagang pintu, dan membukabya perlahan, suara menyebalkan itu terdengar kurang ajar nyaringnya, dan seakan mencekik Jungkook saat itu juga.

TIIIIIIITTT

Dan satu garis horizontal di layar elektrokardiogram memperjelas semuanya.

Suara gemuruh kaki yang berlarian terdengar di belakang Jungkook, dan saat itu pula kakinya terasa lumpuh. Ia jatuh, dalam artian, jatuh ke titik terbawah dalam hidupnya.

Ia melihat sendiri, dokter Kang yang memeriksa Taehyung; denyut di leher, denyut di pergelangannya, lalu detak di dadanya, dan berakhir gelengan tiga kali yang diikuti wajah menunduk penuh duka memperjelas semua yang terjadi. Tepat di mata Jungkook, dan tepat menusuk jantungnya.

"Catat waktu kematian, dan bawa bayi ini menuju--"

"TIDAK!" Jungkook berteriak lantang, lalu bangkit berlari, mencegah suster yang tengah menutup tubuh dingin Taehyung dengan selimut putihnya. Suster itu meringis sakit, sebab cengkraman Jungkook terlampau kuat.

"Tuan Jeon, maaf. Nyonya sudah pergi." ucap dokter Kang begitu tenang, namun sorot matanya menyiratkan penyesalan. "Maaf, kami tidak bisa membantu lebih, Tuan. Sebaiknya Anda segera hubungi keluarga."

Jungkook mematung. Terlampau sakit ia rasakan begitu tubuh yang dulu penuh kehangatan akan pelukannya itu tertutup kain putih dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Lelucon apa ini?

"Taehyung," Jungkook terkekeh sembari menggasak rambutnya sendiri dengan frustasi. "Leluconmu tidak lucu." ia tertawa pilu, matanya berair, dan dadanya terasa sesak. "Tae..., jangan berpura-pura tidur seperti ini..."

Hanya deru mesin pendingin ruangan yang menjawab. Ia mendekat menuju tubuh tertutup itu, perlahan, dan begitu sampai di sisi ranjangnya, Jungkook mendesah frustasi. Melepaskan sesak yang ditahannya sedari tadi, yang menggerogoti parunya hingga terasa seperti mau meledak.

Jungkook membuka pelan kain itu, dan tangisnya pecah begitu wajah damai Taehyung yang pucat tertangkap pada pandangannya.

Jungkook lantas memeluk Taehyung, meraung putus asa. Menciumi bibir Taehyung yang dingin, lalu berucap maaf ribuan kali. Ia guncang tubuh tak bernyawa itu, lalu menangis lagi. Ia merintih, pedih, sebab Jungkook merasa seutuh dirinya hancur, merobek jiwanya begitu menyakitkan. Jungkook mendekap kepala Taehyung ke dadanya, berharap Taehyung balas memeluknya sebagaimana mestinya. Tapi kali ini berbeda.

Tidak pergerakan berarti.

Tidak ada balas peluk lagi.

Namun, Jungkook masih tak ingin menerina kenyataan bahwa Taehyung telah pergi.

Ya, pergi.

Untuk selamanya.

Jeon Taehyung, umur 24 tahun, jam kematian: 00.12 dini hari.
.
.
.
.
Fin.

ANGSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang