Nyaman

2.4K 213 19
                                    

Ada masa ketika Taehyung butuh sekali pengertian dari orang terdekatnya. Ada masa ketika Taehyung lelah untuk melakukan segalanya sendirian, dan lebih memilih untuk memasrahkan apapun pada orang lain. Taehyung hari ini terlalu lelah dengan segala hal yang ada dalam pikirannya, dirinya ingin istirahatkan seluruh tubuh berikut dengan jiwanya yang terasa kosong.

"Hei,"

Taehyung tidak bisa menolak meskipun sebetulnya ia harus lakukan itu. Rengkuhan Jimin yang lembut melingkari tubuhnya seolah membuat Taehyung tak dapat menolak apapun yang pria itu berikan. Hangat tubuh Jimin terlampau membuatnya ingin tidur detik itu juga. Jimin dengan ssgala kelembutannya membuat Taehyung bagaikan bayi yang ditimang-timang oleh orang tuanya.

Satu gerakan halus masih belum membuat Taehyung buka suara, Jimin menyentuh kepalanya dengan gerakan seringan bulu untuk disandarkan pada bahu. Taehyung dapat merasakan dahinya dikecup dalam, seolah ada kekhawatiran juga yang ingin Jimin sampaikan padanya. Taehyung hanya bisa membalasnya dengan pelukan erat, kemudian semakin merangsek masuk dalam hangat tubuh Jimin ketika pria itu berbisik lirih padanya.

"Telingaku sudah siap, hatiku sudah lapang untukmu. Jadi, kamu tunggu apa lagi?" Ucap Jimin tepat pada telinga Taehyung yang memerah. Dirasakan dari getaran tubuhnya, sepertinya anak itu menangis. "Tae?" Jimin sedikit melonggarkan pelukannya, sekedar melihat wajah Taehyung yang mungkin sedang menggigit bibir menahan sesenggukan, tapi sayangnya Taehyung semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jimin. Enggan menunjukkan kerapuhannya pada pria Park itu.

"Hanya," Jimin mengangkat alis ketika Taehyung berkata lemah. Kemudian kembali menyiapkan telinga dan mendekatkannya pada wajah Taehyung yang masih bersembunyi malu-malu. "Jangan banyak tanya. Hanyak peluk aku saja, jangan banyak tanya."

Jimin tersenyum maklum, mungkin ini belum saatnya Taehyung siap bercerita apapun. Jimin kemudian semakin memeluk Taehyung dan menepuk kecil-kecil punggungnya. Ia bersenandung kecil, sesekali tangannya yang bebas mengusap helai-helai rambut Taehyung yang sehalus sutra. Kecupan sayang Jimin berikan di dahi dan puncak kepalanya, Jimin terlampau paham bahwa yang Taehyung butuhkan hanyalah sebuah peneman.

"Jangan menangis, sayang. Ini hanyalah cobaan Tuhan. Hadapi semua dengan senyuman. Dengan senyuman... Dengan senyuman..."

Hembus nafas Taehyung yang tenang membuat Jimin meletakkan kedua tangannya di bawah lutut Taehyung dan punggunya. Kemudian mengangkat pemuda itu dengan sigap untuk ia pindahkan ke ranjang di belakang.

Wajah teduh Taehyung yang terlelap sungguh membuat Jimin tak tahan untuk memberinya dengan sekedar kecupan. Jimin selalu menahan diri, apalagi dengan kondisi Taehyung yang sedang murung begini.

Maka Jimin memilih untuk menyelimuti Taehyung yang tidur dengan tenang, mengusap surainya lembut, lalu mengecup dahinya dengan kecupan yang panjang.

"Selamat tidur," Jimin turun mengecup hidung Taehyung. "Jangan sedih lagi," lalu bergeser menekankan bibirnya pada pipi Taehyung. "Kau punya aku untuk kau bagi ceritamu," lalu bergerak sambil menatapi belah ranum Taehyung yang terkuak kecil.

Namun, Jimin berhenti. Ia tidak ingin jadi lelaki licik. Mencium seseorang yang tidak dalam kondisi sadar. Jimin mengepalkan tangannya, menahan gejolak hati yang meraung karena belum saatnya ia menyentuh dan merusak Taehyung lebih dari ini.

"Aku sayang kamu, Taehyung." Lirih Jimin, lalu menjauhkan wajahnya, dan memilih menggenggam erat jemari Taehyung.

"Selamanya."

ANGSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang