Taehyung's one and only wishes

7.3K 573 66
                                    

Jungkook menatapnya dingin. Seolah apa yang Taehyung lakukan merupakan dosa besar di matanya. Menelan Taehyung hidup-hidup dengan kilat amuknya, dan membunuh perlahan ditiap hembus nafasnya yang berat.

Maka sebelum Jungkook mendekat hendak mengamukinya, Taehyung bersuara.

"Kupikir kau tidak punya kepentingan mendesak sehingga harus menemuiku, Prof." ucap Taehyung dengan tenang. Asap putih yang terhembus dari saluran nafasnya mengepul dan menyisakan aroma tembakau yang kuat.

"Kim Taehyung!" Geram Jungkook, ia segera merebut batang rokok yang terselip di bibir Taehyung dengan kasar sebelum melemparnya ke tanah dan menginjak bengis hingga apinya mati. "Kau sudah kuperingati, hentikan kebiasan burukmu itu!"

Taehyung menyeringai. Senyum remehnya membuat Jungkook makin sesak karena emosi. "Oh," Taehyung merogoh sakunya, dan menyalakan pemantik setelah sebatang rokok lain diambilnya dari kotak putih penuh gulungan tembakau yang selalu dibawanya kemana-mana. "Kalau sedang khawatir, khawatirkan saja Park Jimin kesayanganmu itu." Taehyung menyesap rokoknya, lalu kembali berbicara setelah rasa manis dan mint memenuhi saluran nafasnya, "Bukan dengan mengomeliku seperti ini."

Ada jeda yang mengisi. Jungkook tidak habis pikir pada Taehyung yang dengan santainya duduk di kursi taman universitas, malam-malam, merokok sepuas jidatnya. Bocah ini sudah merusak mimpi indahnya setelah Profesor Jung mengabari bahwa satu cecunguk ini masih bertahan di kampus.

"Pulang, Kim!" Jungkook kembali memperingatinya, namun nadanya kini turun beberapa oktaf. Dingin sekali. "Tidak ada hubungannya kau dan Jimin. Segeralah pulang, besok aku akan berikan kuis di kelasmu. Aku yakin kau tak akan bisa  menj--"

"Prof saja yang pulang." Taehyung kali ini memasang earphone. "Kasihan istri di rumah sedang menunggu pelukan hangat sebelum tidur. Bahaya nanti kalau Anda ketahuan sedang menemui salah seorang mahasiswa, bedebah pula, tapi sialan cantiknya malam-malam begini."

Jungkook menghembuskan nafas kasar. Taehyung mendengarnya dengan jelas walau kupingnya disumpal earphone yang mati. Seperti ada keputusan final yang membuat nafas Jungkook jadi sesak. Dan Taehyung yakin Jungkook luar biasa marah padanya.

Dan saat Jungkook berbalik meninggalkan seorang Kim Taehyung yang suka membuat seluruh dosen naik pitam, ia tidak tahu akan satu hal yang terselip tak kasat mata dari yang Taehyung tunjukkan.

Alasan utama Kim Taehyung ada disini, repot-repot diamuki profesor Jung yang hampir melakukan kekerasan padanya, dan dicaci maki oleh beberapa pengurus universitas, semua itu, ia lakukan hanya untuk satu hal:

Taehyung butuh mengucapkan salam perpisahan pada Jeon Jungkook yang dirindukannya teramat dalam.

Kenapa?

Karena luka sayat panjang di perutnya begitu perih ia rasakan, sedikit membuatnya meringis walau pada akhirnya ia menangis juga, dan tragisnya pelaku tindak kekerasan sesungguhnya adalah istri tercinta Profesor Jeon.

Ya.

Park Jimin.

Satu-satunya manusia yang berambisi untuk membunuh Kim Taehyung yang sesungguhnya tak berdosa.

.
.
.
.
.
Flashback
.
.
.
.
.

Taehyung berlari, tergesa dengan serangkaian umpatan saat melihat sosok pria cantik tengah dikerubungi pria-pria bertubuh besar dengan pakaian hitam di sekelilingnya. Sial, pikir Taehyung. Masih ada saja yang suka merusuh untuk memeras orang malam-malam begini. Tidakkah mereka bekerja saja agar dapat mencari penghasilan yang lebih baik?

ANGSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang