Month (s)

2K 155 30
                                    

FF Traktiran untuk panggilsajakalia
WARNING:

DON'T EXPECT TOO MUCH!

HAPPY READING!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalau diingat-ingat lagi, Jungkook terakhir kali bertemu dengannya adalah saat ia sendiri tengah sibuk mengurus berkas untuk sidang PKL-nya di ruang kemahasiswaan dekat dengan parkiran.

Saat itu Taehyung yang ia ketahui adalah Taehyung yang pendiam diantara gerombolan temannya yang lain yang sedang berbincang. Pemuda itu memang tak banyak bicara, namun yang Jungkook sedikit pahami dari pemuda itu adalah bahwa Taehyung memiliki pemikiran yang kritis, mengingat pertanyaan-pertanyaan Taehyung di kelas selalu berbobot jika dosen di ruangan tengah mempersilahkan untuk mengajukan pertanyaan. Ya, benar. Taehyung memang sesering itu mengangkat tangan dan menanyakan hal-hal yang kadang menakjubkan dan sering kali mahasiswa lain lewatkan sebab bosan di dalam kelas sehingga memilih enggan mendengar ceramah dan pergi tidur.

Mungkin ada beberapa hal yang membuat Taehyung punya sedikit teman, namun sekali pun berteman dengan seseorang, yang bersangkutan adalah mereka-mereka yang punya pamor berkelas. Entah mengapa dengan ada Taehyung di kelas memiliki daya tarik sendiri, seperti ada magnet tak kasat mata yang membuat Taehyung dekat dengan tipe-tipe orang berada, terutama yang memiliki eksistensi diakui oleh yang lain. Seperti Park Jimin yang merupakan mahasiswa teladan di fakultasnya, atau mungkin Kim Namjoon yang merupakan Duta Fakultas yang disegani karena kecerdasan juga aura karismatiknya, dan juga seperti Jung Hoseok yang terkenal dengan aura periangnya juga karya-karya musik yang tembus internasional, dan masih banyak lagi yang Jungkook bahkan kesulitan mengingat kembali.

Taehyung, Kim Taehyung. Nama itu bagai momok bagi sebagian teman-teman Jungkook yang menyegank sekaligus tidak menyukainya. Pasalnya, Taehyung seringkali membuat tulisan-tulisan yang memang menakjubkan karena rapi dan nyaman dibaca, namun cenderung sarkastik dan terkesan menyindir, tapi tetap elegan.

Jika saja Yugyeom tak mengingatkannya, mungkin saja Jungkook sudah lupa dengan terakhir kali tulisan pemuda Kim itu menjurus bagai anak panah yang tepat sasaran, melukai namun juga menyisakan bekas kesan tersendiri padanya.

Ada Kim Taehyung disana, dekat gazebo diantara pepohonan rindang taman kampus, sendirian seperti biasa, namun cukup menarik perhatian Jungkook yang baru saja kembali mengecek motornya dari parkiran.

Ada dua hal yang kini jadi dilema Jungkook; 'haruskah aku sapa dia kemudian pergi saja?' atau seperti 'haruskan aku sapa dia lalu berbincang sedikit, basa-basi kemudian mengikuti arus saja?'.

Namun, sepertinya Jungkook terlalu jauh untuk berpikir, jadi dia diam saja sambil perhatikan Taehyung dari kejauhan sebelum memilih akan bagaimana gerakan dia setelah ini.

Namun, sesungguhnya Jungkook masih bisa memilih, kan, untuk pura-pura tidak lihat lalu putar balik pergi pulang tanpa harus repot-repot berpikir tentang topik apa yang nanti akan dia ajukan sehingga percakapan tetap berjalan dengan baik?

Man, Jungkook memang begini. Dia ingin tampak bagai seorang gentleman bahkan di depan makhluk seperti Taehyung yang mungkin sedikit enggan dengannya.

Tapi, sialnya, diantara perang batin yang kini berkutat dalam diri Jungkook ada sisi yang membuatnya penasaran dengan apa yang dia lihat sekarang. Yang berhubungan dengan Taehyung dan kelenyapannya dalam lima bulan terakhir dari sosial media, yang notabene adalah wadahnya mencurahkan pikiran, perasaan, dan passion-nya?

Jungkook hanya ingin tahu-ini sedikit mengusik pikiran sebenarnya-begitu ia temukan Taehyung di hadapan, ada beberapa pertanyaan yang muncul dan butuh jawaban. Entahlah, Jungkook terlanjur kepo meski tak ada intensi lain yang lebih khusus. Jungkook benar-benar tulus hanya ingin tahu saja.

ANGSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang