Chapter 4

741 123 650
                                    

Amanda

SETIBA di depan kamar, Charlie banyak bercerita tentang Griffin. Melihat kemampuan bicara Griffin kepadaku sedikit menyebalkan. Pria jantan itu tampak pendiam, dan Charlie membenarkannya. Sebenarnya, dia pria baik. Sejak pernikahan singkat--maksudku, nyaris dua bulan bersama--Anitta tidak pernah menjadi seorang istri yang baik walau secara lembaga hukum mereka dinyatakan belum menikah secara legal. Kehidupannya sebagai cewek kota, ketika menghidupi hari-hari baru bersama Griffin, dia tak pernah serius. Kemarahan meledak mengetahui mantan istri koboi pendiam aneh luar biasa itu pergi bersama pria lain yang ternyata adalah musuh bebuyutan Redford--Wayne Woods. Peternakan Redford hampir disita bank. Aku bisa merasakan penderitaan menyakitkan itu. Seakan jiwaku masuk ke dalam jiwanya.

"Aku menyesal tentang itu," kataku. Ini bukan tentang mencuri simpati supaya mereka lebih baik. Dan, aku juga bingung apa respons tepat terhadap kisah memilukan itu.

Charlie tertawa pendek. "Kau mau ikut bersamaku sore ini? Aku akan sangat senang kau mau bergabung."

Ya. Sungguh. Akan sangat menarik ikut dengannya. Tapi, tenagaku terkuras banyak oleh perjalanan panjang dari Alabama sebelum kecelakaan membawaku ke daerah ini. "Aku merasa sangat dihargai. Sayangnya, aku perlu istirahat. Kau tahu, perjalanan dari Alabama sangat melelahkan. Kuharap kau mengerti."

"Rileks, Phoenix," kata Charlie. "Kau sudah banyak bicara tentang perjalanan mengerikanmu kepadaku."

Malam itu aku terbangun oleh diriku di ranjang bermuatan satu orang. Ruangan ini memiliki arsitektur sederhana dan bergaya Kawasan Selatan. Kepala rusa berada di dinding di atas kabinet. Sempat kaget melihat benda konyol itu ketika masuk ke kamar. Keluarga Redford sangat menghargai tradisi Kawasan Selatan, maka tak heran mereka dilahirkan sebagai koboi sejati.

Melihat Charlie melambaikan tangan di kursi meja makan, aku turun dari tangga untuk menghampiri. Cowok itu mengenakan kaus dan celana jins begitu berdiri menyambutku.

Tersenyum, aku bergabung, seketika berkata, "Kursi ini sudah dipesan?"

"Sayangnya, ya," kekehnya. "Tak ingin dijadikan daging panggang Griffin, kan?"

Membayangkan tubuhku jadi santapan Griffin membuatku mual. Lebih baik jadi pelacur pinggiran kota daripada harus mengorbankan seluruh tubuh berhargaku kepadanya.

Dia sungguh sangat berbeda dari Griffin. Charlie lebih menyenangkan dan juga humornya yang lumayan ketimbang si koboi berwatak rumit itu. "Aku akan memastikan Griffin kesulitan bernapas melihatku."

Dia tertawa. "Kau punya selera humor yang apik," komentar Charlie Redford, mengulaskan senyum. Terpikir olehku dia dari gen mengagumkan ibunya.

Menatapku dari bawah ke atas. Seketika, senyum pemuda itu melebar sementara aku merinding. "Apa?"

"Kau tomboy?"

Menarik kursi kayu cemara, mendorong satu kaki ke dalam meja lalu diikuti kaki lainnya, dan menempatkan diri di seberang Charlie. Dia duduk menyamping untuk memandangku. "Semua orang berkata begitu," jawabku, mengambil pandang ke adik Griffin paling lucu.

"Kalau memang begitu," katanya, "artinya keren. Selain kesukaanku pada gadis-gadis Jackson, melihatmu mungkin sangat jauh fantastis dari mereka."

"Berusaha mengejekku, ya?"

Dia membelalak. Astaga, bahkan ketika air muka Charlie begitu aku jadi bersemangat menggodanya lebih. "Tidak! Maksudku, pakaianmu sederhana, tapi ada sentuhan khas kelaki-lakian. Dengan kaus dibaluti kemeja flanel dan hotpants dan sepatu Converse Putih itu kau tampak sangat sangat luar biasa!"

Colorado DesireOù les histoires vivent. Découvrez maintenant