Chapter 11

365 64 301
                                    

Griffin

CHARLIE menyelinap keluar dari jendela peternakan, melempar beberapa jerami ke Rider yang sedang mandi. Moncongnya masuk ke ember penuh air. Sementara aku melepas tali dari kepala.

Gambino mengantar Amanda. Ketika mereka mendekat, aku menegak diri. Air muka Amanda tampak sedikit kacau sampai akhirnya Gambino berkata, "Dia sudah bertemu Wayne Woods."

"Untuk yang kedua kalinya," imbuh Amanda Phoenix. "Dia sedikit berbahaya, tapi aku suka tantangan."

Aku mengabaikan, "Apa yang terjadi?" tanyaku kepada Gambino.

Dijelaskannya bahwa wanita itu berdansa bersama Wayne yang dia sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Paul menceritakan kepadanya tentang permusuhan selama berabad-abad antara Redford dan Woods membuat Amanda semakin penasaran. Amanda mendekatinya. Lalu, mendadak mengajak berdansa yang sejujurnya amat sangat muak. Tak tahu kenapa. Melihat dia dengan bajingan itu, sungguh, aku tak ingin dia terlibat dalam kerumitan keluargaku.

Menatap tajam kepada Amanda, dia alih-alih membantah, "Sudah kubilang: aku oke," katanya.

"Bukan masalah itu," kataku, menyikat tubuh Rider. Lalu, menggosok moncongnya yang akhirnya kembali masuk ke wadah air itu lagi.

"Lalu, apa?"

Aku memberi pandangan ke arah Gambino. Begitu menyadari, dia melangkah mundur dan menghilang ke dalam peternakan—membantu Charlie. Mengambil beberapa langkah untuk sampai kepadaku, Amanda membungkuk dan mengangkat wadah air yang kemudian dipindahkan ke belakang peternakan. Mendengar bahwa wanita itu telah membuang air bekas Rider.

Kembali menaruh wadah air di dalam di balik pintu peternakan, kuserahkan peralatan mandi kepadanya. Amanda tersenyum. Kemudian berbalik menghampiri Charlie dan Gambino di dalam sana, sementara aku kembali memasang tali dan pelana ke Rider.

Sebelum memulai uji coba kecepatan, aku menepuk pelan sisi tubuhnya. Mengelus pelan, Rider meringkik sambil mengibaskan rambut belakangnya yang hampir masuk ke mataku. Menariknya, kami berangkat ke padang rumput.

Aku tidak bisa membiarkan Woods mengambil kesempatan terakhirku. Dia sudah sering kali merusak kesempatanku. Semua orang di bagian Lakewood terlalu pengecut kepadanya, dan hanya karena Woods merupakan orang tersohor sementara aku dari kalangan bawah mereka hanya belum tahu. Woods telah membuat kesepakatan di setiap kontes; menyogok atau membuat janji-janji manis sialan apabila juri kontes itu wanita.

Lagi pula, aku juga tidak bisa membiarkan Amanda Phoenix dekat dengannya. Dia belum tahu Wayne Woods sesungguhnya. Mereka baru saja bertemu dan amat mengejutkan saat dia memukul Woods yang membuatku jadi sedikit bangga. Aku tahu aku keras kepala dan selalu gegabah. Bukan berarti penakut menghadapi rodeo dengan bajingan itu.

Ketika sampai di puncak, kembali aku membanting tali. Rider meringkik keras, mengangkat tubuh ke atas sambil kedua kakinya bergerak-gerak sebelum akhirnya melanjutkan lari beberapa kilometer lagi. Pikiranku seperti akar yang menjalar dengan rumit. Ya, aku tidak akan membiarkan Larry mengubrak-abrik segala kerja keras Dad selama dia hidup. Mengingat bajingan itu hidup bahagia di timur saja sudah cukup. Tak ada suara berisik wanita yang selalu mengeluh seperti akan punya gigi baru.

Ini bukan apa-apa. Aku sudah melihat cara Amanda menangani kuda-kudaku meskipun sedikit menjengkelkan, akan tetapi tindak-tanduknya tak meragukanku. Bicara soal tindak-tanduk, mantan istri sialanku tak punya apa-apa. Dia memang cantik. Tapi, tidak cukup.

Setelah kira-kira sejauh 178 kilometer akhirnya kami mendarat di peternakanku. Gambino mengangkat kardus-kardus ke truknya, sementara Amanda Phoenix menyambut tangan Charlie dengan gembira. Tidak tahu apa yang sudah dikerjakannya. Spontan kudekati mereka.

Colorado DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang