Chapter 14

364 54 176
                                    

Amanda

"HEI." Aku melihat Griffin mendekat, terpincang-pincang. Dia tampak berusaha keras supaya mampu berjalan dengan baik. Bibirnya yang setipis khas Amerika mengerut dan mengulum menahan rasa nyeri yang luar biasa di pahanya.

Sekali lagi, ini merupakan hal tidak wajar menyaksikan jantannya pria koboi berjalan di mana sesekali tersandung sesuatu di bawahnya, lalu aku menangkap lengan Griff nyaris jatuh ke tanah.

"Aku tidak mengizinkanmu keluar di malam hari."

"Kau bahkan bukan pengasuhku," kuberitahu Griff.

"Memang," katanya. "Setidaknya kau mengerti ini sangat berbahaya untukmu."

Alisku terangkat, "Apa yang kau mengerti?"

Tangan Griff yang lemas melingkar di sekitar bahuku selagi kubawa dia duduk di undakan tangga di depan rumah. Ini Jumat malam. Alexis dan aku selalu mampir ke bar cuma sekadar minum-minum atau adik perempuan sialanku berdansa bersama pria muda yang kuketahui mereka sudah tidak perjaka lagi. Amerika tetap Amerika. Semua cewek tak memedulikan soal keperawanan atau keperjakaan—maksudku, tidak semuanya.

Kami dibesarkan dari keluarga bermoral. Jadi, siapa saja yang berani mempertaruhkan mahkota berharga wanita, bersiaplah. Orang itu bakal ditendang karena telah menodai nama keluarga.

Griff, entah sadar atau tidak, menceritakan tentang kisah cintanya yang tandas dan rumit. Aku tidak tahu siapa wanita disebutnya. Yang jelas, wanita itu sangat berarti baginya.

Alasan membuatnya kesepian adalah dia. "Jadi, saat kau melihatku, itu mengingatkanmu akan dia?" Griffin Redford mengangguk. "Aku tak percaya. Kita berbeda secara jauh, Griff. Kau dilarang menghubungkanku dengannya." Mungkin secara harfiah, dipikirnya aku terhubung dengan mantan tunangannya. Tapi, melalui emosional tentu tidak bisa, karena aku sangat benci dibanding-bandingkan.

Aku baru ingat. Saudara lelakinya pernah bercerita padaku tentang mantan tunangan Griffin yang sudah membuatnya patah hati berkepanjangan. Untuk sesaat aku mengerti, Griff belum terlalu mampu melupakan wanita itu. Di lain sisi, aku sangat benci dia menghubungkanku dengan Anitta yang secara jelas kami jauh berbeda.

Oke, hanya karena kami sama-sama dari timur bukan berarti karakterku persis seperti Anitta Lowe.

"Kedengarannya mengerikan," Griff melihatku, "Maafkan aku."

Dia pasti berpikir aku akan mengejeknya. Kemungkinan besar, ya. Karena inilah pertama kalinya sang pria koboi jantan meminta maaf padaku karena banding-membandingkan. Pupil matanya mengerut sayu saat berpaling. Aku tidak tahu apa keistimewaan wanita itu, yang jelas aku sangat kasihan melihatnya menderita sepanjang hari bahkan berhari-hari.

"Aku sangat terkejut ketika kau bilang begitu padaku," aku tersenyum kepada Griffin Redford. Setidaknya, tidak ada pikiran negatif tentangku, "dan aku memaafkanmu."

Apa yang membuatnya membelalak? "Sangat mustahil! Kau mudah sekali memaafkan orang."

"Justru aku yang berpikir kaulah satu-satunya pria aneh yang kutemui di Selatan." Kudorong pelan lengan atasnya. Griff sedikit meringis, jadi dengan cepat kuraih bahunya. Tapi, dia malah mengejekku.

Oke. Skor satu untuk pria idiot koboi itu.

"Curang," gerutuku. "Tapi, bukan masalah. Setidaknya kau tak lagi congkak padaku."

Griff menurunkan Stetson Hitam sedikit lebih rendah. "Nah, aku tidak janji."

"Ya, ya, terserah," kataku seraya memutar bola mata.

Lima detik berikutnya, Charlie datang dengan truk. Aku membantu Griff berdiri untuk memeluk adik laki-lakinya di bawahnya. Pelukan mereka kembali mengingatkanku kepada Alexis yang kini di Santa Clara. Mereka membuat rencana perjalanan selanjutnya ke Carolina Utara lalu ke Carolina Selatan.

Bicara mengenai Carolina Selatan, aku rindu Laurens dan alamnya.

Charlie menyiapkan Hunter's Staw panas dan makanan vegan di meja. Kakaknya meraih semangkuk Hunter's Staw di bawahnya sementara aku diberikan makanan vegan dari Meksiko. Charlie mengambil kelas memasak baru-baru ini. Ketika aku hendak mengambil sesendok makanan itu yang siap bertempur di dalam mulut, Charlie melihatku takut dan tanpa harapan.

Aku masih memandanginya. Dia lucu melalui wajah jeleknya. Kulit dua laki-laki di sekitarku berbeda; Griff dengan kulit terbakar oleh sinar matahari sedangkan milik Charlie masih tampak pucat—jenis utama milik Amerika.

"Apa yang kau lihat," kataku.

Di sampingku, Griff, membersihkan tenggorokannya, "Dia khawatir kalau makanan vegan buatannya tersimpan ribuan bakteri di dalamnya."

Charlie menggumam.

Melirik Charlie ke Griff. Dua saudara ini sungguh sangat aneh. Mengabaikan mereka menggerutu, aku mencuri sedikit-lebih-banyak Hunter's Staw milik Griffin Redford.

"Berapa lama kalian akan bertengkar? Semenit? Dua belas menit? Dua puluh empat jam?"

Baik. Aku senang melihat keduanya berperang pergerutuan. Tidak perlu repot menonton TV, cukup menyaksikannya secara langsung.

Senang rasanya bisa menghabiskan makanan berkuah agak pedas itu. Tapi, pergerutuan masih berlanjut.

Keduanya bersikap layaknya anak kecil berebut balon gratis di hari Rabu. Griff yang mengomel lalu dibalas Charlie yang tak kalah saing.

Membiarkan mereka berseteru, aku tetap melanjutkan kegiatan menggelikan lainnya, yaitu menghabiskan tacos milik Charlie Redford hingga setengahnya kuberikan lagi untuknya. Yang membuatku bertanya-tanya adalah apakah Griff semacam berkepribadian ganda atau memiliki infeksi atau virus menjangkit tubuhnya, yang mana dia jadi bersikap baik padaku. Padahal, seingatku, lelaki itu tak pernah baik kepadaku—atau wanita kota lain, setidaknya.

Mendadak aku ngeri.

Aku tidak paham pembicaraan mereka. "Jangan tersinggung, apa rencana selanjutnya untuk memenangkan kontes ketahanan atau pelelangan?"

Colorado DesireWhere stories live. Discover now