>>5

83 18 1
                                    

Suasana ramai menghiasi kediaman Roy Gallagher. Pesta yang digelar sejak pukul 8 malam tadi masih berlangsung hingga larut. Di sudut ruangan terlihat Zayn yang sedang memandangi gelas minumannya. Ia masih memikirkan alat yang ia temukan kemarin. Melihat Zayn seorang diri di sudut ruangan, Elsa menghampirinya.

"Tidak menikmati pestanya?" tanya Elsa lalu menyerahkan sepotong kue cokelat untuk Zayn. Zayn pun mengambilnya.

"Oh, aku menikmatinya. Hey, ini sudah larut. Ingin pulang? Biar aku mengantarmu," ucap Zayn. Elsa mengangguk perlahan.

"Oh ya. Orang tuaku sedang tidak ada di rumah. Bolehkah aku menginap di rumahmu? Biarkan aku tidur bersama Safaa" katanya seraya mengambil segelas minuman lagi.

"Tentu saja boleh. Memang kenapa kalau di rumah sendirian? Apakah kamu takut penjahat akan menghadangmu? Siapa juga yang mau menghadang gadis berwajah jutek sepertimu?" ucap Zayn ditambah tawa pada akhir kalimatnya.

"Aku bukan penakut, dasar bodoh!" jawab Elsa kesal.

"Dan satu lagi. Jangan sampai mabuk. Aku tidak ingin menggendongmu ke dalam mobilku. Kau berat." perkataan Zayn membuat Elsa menatap tajam ke arahnya.

"Hahahaha. Aku hanya bercanda," ucap Zayn lalu berjalan menuju pintu keluar. Elsa mengikutinya dari belakang. Mereka berdua menuju mobil Zayn yang terparkir tepat di depan rumah Gallagher.

"Dude!" Suara familiar terdengar dari kejauhan. Mereka berdua menoleh dan melihat Greg bersama Martin berjalan menghampiri mereka.

"Ku rasa aku telah berubah pikiran" ucap Greg. Elsa menaikkan salah satu alisnya.

"Jangan bilang kalau kau ingin---" ucapan Elsa terpotong oleh Greg.

"Ayo kita coba memainkannya. Lagipula aku suka tantangan. Jika dikerjakan bersama pasti tak akan terasa sulit" ujar Greg. Elsa menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran ketiga temannya ini.

"Aku tetap berada pada pendirianku. Aku tidak ikut" ucap Elsa dengan penekanan pada setiap katanya.

"Baiklah ayo kita bertemu di rumah Zayn setelah ini" kata Martin lalu menarik Greg menuju mobilnya yang terparkir.

"Sekarang?" tanya Zayn. Martin mengangguk. "Bukan kah lebih seru jika dimulai malam hari begini?" tanya Martin kembali lalu masuk ke dalam mobilnya. Sebelum Greg bergabung dengan Martin, ia masuk ke dalam rumah Gallagher untuk memanggil Fla. Ia tak bisa meninggalkan Fla sendiri di rumah itu.

Elsa mendengus kesal. Ia lalu masuk ke dalam mobil Zayn dan terdiam. Zayn pun mengikutinya lalu menyalakan mesin mobilnya.

"Tidak apa-apa, El. Kalau kau tidak ingin ikut, tidak apa-apa. Aku kan tidak memaksamu" ujar Zayn. Elsa hanya terdiam tidak membalas sepatah kata apapun.

Perjalanan menuju rumah Zayn terbilang sepi. Bukan. Bukan jalanan yang sepi tetapi tidak ada perbincangan diantara Zayn dan Elsa.

"Kau mengantuk?" tanya Zayn.

"Tidak" jawab Elsa dengan singkat. Zayn tersenyum.

"Kenapa? Apa kau kesal? Aku sangat mengenali sifatmu. Kalau kau kesal, marah, atau ada hal yang tak kau sukai pasti kau akan diam saja" Zayn berkata lalu menyalakan lampu sen mobilnya. Ia berbelok dan memasuki halaman rumahnya.

"Tuh. Lihat wajahmu. Kusut sekali" ucap Zayn lalu tersenyum kecil. Elsa tak menjawab apapun.

"Ayolah Elsa. Aku tak memaksamu untuk ikut. Lalu untuk apa kau kesal, huh?" tanya Zayn. Elsa menghela napas lalu menatapnya.

"Karena kau adalah orang terbodoh yang pernah ku temui" jawabnya lalu keluar dari mobil Zayn.

"Dasar gadis yang jutek. Aku tak mengerti kenapa dia masih kesal seperti itu. Mungkin dia lagi masa menstruasi" ujar Zayn lalu keluar dan menghampirinya. Di depan pintu sudah ada Fla, Martin dan Greg yang sedari tadi telah menunggu mereka berdua.

Zayn membukakan pintu rumahnya lalu mereka bergegas menuju kamar Zayn. Terkecuali Elsa.

"Masuklah ke kamar Safaa. Selamat malam, El." ucap Zayn. Tanpa menjawab, Elsa segera masuk ke dalam kamar Safaa.

Zayn pergi menuju kamarnya. Ia segera mengambil alat yang ia temukan kemarin dan menaruhnya di atas kasur. Ia mengeluarkan alat tersebut dari box yang membungkusnya. Ia juga menaruh buku peraturannya pada samping alat tersebut.

"Apakah semua peraturan telah kau bacakan kemarin di hadapan kami?" tanya Greg. Zayn membolak balikkan halaman buku di depan mereka.

"Lihat. Aku membaca sampai sini. Dan halaman selanjutnya hilang. Ada bekas sobekan di sini. Lalu halaman seterusnya berisikan tulisan dengan bahasa yang tak ku pahami. Terdapat pula gambar-gambar alat ini. Seperti tulisan yang muncul pada layar yang dinyalakan, tombol, dan gambar orang-orang kuno yang sedang bermain permainan ini. Kurasa ada gambar-gambar kehidupan orang-orang Irlandia Utara pada masa itu. Mungkin tulisan-tulisan itu sama saja dengan aturan yang telah kubacakan tadi" jelas Zayn. Martin dan Greg mengangguk.

"Apakah Fla akan ikut?" tanya Zayn. Fla tertawa mendengarnya.

"Tentu saja, bung! Aku suka petualangan!" jawab Fla lalu menelungkupkan tubuhnya di atas kasur Zayn.

"Apakah dia mabuk?" tanya Martin.

"Sepertinya iya. Biarkan saja dia tak usah ikut. 3 orang juga cukup" jawab Zayn.

"Baiklah apakah kalian yakin benar-benar ingin ikut? Kita selesaikan misi kita bersama." kata Zayn dengan raut wajah serius.

"Ya. Bersama. Kita selesaikan bersama" jawab Martin dengan penuh keyakinan. Perbincangan mereka terhenti ketika mereka mendengar suara pintu terbuka. Elsa yang sedari tadi mengintip akhirnya masuk ke dalam kamar Zayn.

"Ada apa? Kau belum tidur?" tanya Zayn. Elsa menggelengkan kepalanya lalu duduk di atas tempat tidur Zayn.

"Zayn, apakah kau benar-benar ingin melakukannya? Kau benar-benar kehilangan akal" ucap Elsa dengan mimik wajah kecewa.

"Elsa, aku kan tidak memaksamu untuk ikut. Aku hanya penasaran. Begitu juga dengan mereka berdua. Sekarang kau tidur saja di tempat tidurku bersama Fla." jawab Zayn. Elsa terdiam. Masih memandangi Zayn dengan tatapan kesal. Ia menarik selimut lalu berbaring memejamkan kedua matanya.

"Baiklah. Kita mulai?" jari telunjuk Zayn siap menekan tombol pada alat tersebut. Setelah Martin dan Greg mengangguk, Zayn melakukan apa yang harus dilakukan.

Zayn menekan tombolnya. Kedua layar pada alat itu pun menyala, membuat jantung mereka bertiga berdetak lebih cepat.

"Namaku Zayn. Aku, Martin, dan Greg akan bermain dalam permainan ini"

Seketika pada layar utama muncul tulisan kecil,

Misi 1 untuk Martin.

Lalu di bawahnya muncul kata demi kata sebagai misi yang harus diselesaikan oleh Martin.

Zayn, Martin dan Greg saling menatap satu sama lain setelah membaca misi pertama tersebut.

"Dude, are you kidding me?" ucap Martin pelan.



* * * * *

A/N :

Vote and comment, please! Thank you!

-Amadea

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu