>>8 | Misi 3

70 16 3
                                    


Elsa tak bisa berhenti menangis di rumah sakit terlebih saat kedua orang tua Gwen memeluk jasad Gwen dan tangis mereka pecah. Zayn tak bisa menenangkan Elsa. Bagaimana mungkin seseorang bisa tenang setelah tahu bahwa dirinya telah membunuh sesama manusia? Itu tidak mungkin bisa terjadi. Greg dan Fla akhirnya tiba di rumah sakit. Mereka memandang Elsa dengan tatapan penuh kesedihan. Fla memeluk Elsa, berharap agar ia bisa menenangkan Elsa sedikit saja. Akan tetapi, tangis Elsa semakin keras. Zayn pun kehilangan kata-kata karena dia tahu bahwa Elsa sangat terpukul oleh kenyataan ini. Elsa pasti merasa sangat bersalah akan hal ini.

Zayn meminta Greg untuk tetap bersama Elsa dan Fla. Lalu Zayn kembali ke mobilnya. Tangisannya pun pecah. Ia menumpahkan amarah dan air matanya di dalam mobilnya.

"Aku telah menjerumuskan teman-temanku ke dalam masalah yang besar!" ucapnya frustasi. Matanya kini teralihkan pada alat permainan itu.

"Misi baru? Apa lagi misinya? Apa lagi?" teriak Zayn pada alat itu. Ia menghapus air matanya lalu membaca misi itu.

Misi 3 untuk Greg.

Ia membaca misinya lalu menghembuskan napasnya. Ia kembali memasukkan alat itu ke dalam tasnya lalu beranjak menemui teman-temannya.

"Elsa, ayo pulang. Nanti kita akan berkunjung ke rumah Gwen lalu menemaninya hingga pemakaman." kata Zayn sambil menggenggam tangan Elsa. Elsa mendorong tubuh Zayn dengan kuat.

"Tinggalkan aku sendiri!" pintanya. Ia masih saja menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Elsa, ayolah. Jangan seperti ini." ucap Greg. Elsa melemparkan tatapan murka kepada Greg.

"Jangan seperti ini? Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu padaku? Bagaimana bisa kau memintaku untuk jangan seperti ini? Di mana---" belum selesai Elsa berbicara, Greg menarik Elsa keluar dari rumah sakit. Zayn dan Fla mengikuti mereka dari belakang.

"Ikuti perintahku dan Zayn! Kalau disuruh pulang ya pulang!" kata Greg lalu berhenti di depan mobil Zayn.

"Apa? Aku mengikutimu? Kaukira siapa dirimu? Beraninya dirimu memerintahkan aku untuk mengikutimu!" bentak Elsa. Zayn membuka mobilnya lalu mendorong Elsa perlahan agar memasuki mobilnya. Greg dan Fla pun ikut masuk ke dalam.

"Kalau di dalam mobil kan tidak ada yang mendengar." ujar Zayn.

"Kalian berdua memang sudah kehilangan akal! Dan kau, Greg! Kau mau aku mengikuti perintahmu dan Zayn? Demi Tuhan, aku saja telah menyesal berada di sekitar kalian karena kalian telah menjerumuskan aku ke dalam permainan bodoh ini!" ucap Elsa mengeluarkan amarahnya.

"Kenapa kau salahkan aku dan Zayn? Kami memulai permainan bertiga. Kami tak tahu kenapa kau bisa ikut! Lalu kau marah dengan kejadian ini? Kau marah jika Gwen telah mati? Elsa, buka matamu! Jika bukan dia yang mati, kau yang mati! Kau yang terancam mati! Kami tidak ingin kau mengalami masalah apalagi terkena celaka seperti Martin," jelas Greg padanya. Mendengar semua itu Elsa pun tertawa seakan tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Greg.

"Egois sekali dirimu, Greg! Dan kau juga, Zayn!" teriak Elsa. Fla yang mendengar semuanya tak mampu berkata apa-apa.

"Ya! Memang aku egois! Aku egois karena kita tidak punya jalan lain. Aku egois karena aku ingin menyelamatkan diriku dan teman-temanku. Ya, katakan saja aku egois! Aku egois untuk kebaikan dirimu juga!" jawab Greg. Seketika suara tangan Zayn yang memukul dashboard mobil terdengar keras dan membuat mereka semua terhenti dari segala perdebatan.

"Apa gunanya berdebat? Apakah dengan berdebat kita dapat mengembalikan nyawa Gwen? Apakah dengan perdebatan ini kita dapat menyembuhkan Martin dalam hitungan detik? Apakah kita juga dapat menghentikan segalanya? Tidak! Untuk apa berdebat? Kita tidak punya pilihan lain. Jalani atau kita akan celaka. Lakukan atau kemungkinan terburuk kita bisa saja mati." Perkataan Zayn membuat Elsa kembali terisak. Fla hanya bisa memeluknya dengan erat.

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Where stories live. Discover now