>> 11 | Misi 4C

50 12 2
                                    



"Menurut informasi yang ada di internet, pemakamannya berada di kota kita. Apakah kau ingin melakukannya malam ini, Zayn?" tanya Greg sembari mengemudi.

"Bagaimana jika esok malam? Kita butuh istirahat setelah melewati hari yang panjang ini. Batas waktu misi ini 'kan lusa." Zayn menyarankan hal itu pada kedua temannya. Zayn tidak tega. Hari ini merupakan hari yang cukup melelahkan bagi mereka semua. Setidaknya mereka butuh tidur sejenak untuk melepas lelah dan mengistirahatkan pikiran mereka.

"Baik ayo kita kembali ke rumah Elsa!" seru Greg.

"Biar gantian aku yang mengemudi. Kau istirahat saja, bung!" ucap Zayn lalu dirinya dan Greg bertukar posisi.

Perjalanan kembali ke kota asal mereka cukup sunyi. Pasalnya, Fla dan Greg sudah terlelap. Zayn hanya mengemudi seorang diri ditemani satu bungkus keripik kentang di pangkuannya. Baru saja memasuki kota mereka, hujan deras menyambut hadirnya mereka. Ponsel Fla berbunyi di bangku belakang namun Zayn tidak tega jika membangunkannya. Selang beberapa waktu setelah ponsel Fla berdering, kini giliran ponsel milik Zayn. Namun Zayn tidak berani mengangkat panggilan. Hujan ini terlalu deras. Baginya sangat sulit melihat jalan raya yang ada di hadapannya. Ia tak mau karena ulahnya ia dapat membuat dirinya dan kedua temannya celaka.

Tiga puluh menit setelah mengemudi dengan perlahan dan hati-hati, Zayn dan kedua temannya akhirnya tiba di rumah Elsa. Zayn langsung membangunkan Greg dan Fla. Dengan keadaan masih mengantuk, mereka langsung beranjak memasuki rumah Elsa yang belum terkunci sedangkan Zayn masih tetap di mobil dan mengangkat panggilan dari Martin.

"Greg!" panggil Elsa dari lantai atas. Greg yang sedang bersandar di sofa segera menoleh ke asal suara tersebut.

"Ada apa?" tanya Greg lalu menguap.

"Kenapa kalian berdua saja? Di mana Zayn?" tanya Elsa.

Seketika Fla memeluk Greg dan menangis tersedu-sedu. Greg yang kebingungan hanya terdiam dan menatap Fla.

"Aku tak percaya Zayn mati setelah dikejar oleh warga." Ucapan Fla membuat Greg ingin tertawa.

"Apa?" Elsa segera berlari ke lantai bawah.

"Dia ketahuan mencuri dan warga mengejarnya lalu ia tertabrak bis," jawab Fla sembari pura-pura menangis.

"Kau bercanda, 'kan? Jangan seperti ini! Aku tidak suka!" Elsa menarik tangan Fla untuk melihat wajah Fla dengan jelas.

"Fla! Apakah itu air liurmu yang kau tempelkan di wajahmu?" tanya Fla dengan suara mulai panic.

"Ini air mata! Dasar bodoh!" teriak Fla.

"Benar, Elsa. Ia sudah tiada," tambah Greg. Elsa hanya terdiam. Wajahnya mulai merah dan air mata telah berkumpul seakan sudah siap untuk menetes.

"Bohong!" ucap Elsa. Greg hanya memeluk Fla yang masih tersedu-sedu. Elsa pun mulai terisak namun Greg dan Fla terdiam.

"Ada apa? Kenapa Elsa menangis?" Suara yang tak asing bagi Elsa terdengar dari belakangnya. Elsa menoleh lalu melihat Zayn dengan raut wajah bingung. Seketika Greg dan Fla tertawa terbahak-bahak.

"Tidak lucu! Aku benci kalian!" ucap Elsa lalu mencubit lengan kedua temannya itu.

Elsa menghapus air matanya lalu beranjak untuk pergi tidur di kamarnya.

"Ada apa, Els?" tangan Zayn menahan tangan Elsa.

"Aku juga benci dirimu!" ucapnya lalu menaiki tangga.

Greg dan Fla masih saja tertawa. Mereka tampak puas terhadap kebohongan yang mereka ciptakan tadi. Sementara Zayn yang bingung hanya menunggu penjelasan dari kedua temannya itu.

"Jadi, dikarenakan kau lama sekai masuk ke rumah, kami menipu Elsa bahwa kau mati tertabrak bis," jelas Greg lalu tertawa lagi.

"Kalian memang tega. Mengapa aku turut kena benci olehnya?" Zayn pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.

"Entah. Dia 'kan memang tidak jelas sikapnya," tutur Fla. Zayn hanya menggelengkan kepala lalu meneguk air minumnya.

Greg dan Fla merasa lapar kembali. Mereka memutuskan untuk memesan makanan dari restoran cepat saji yang tak jauh dari rumah Elsa.

"Zayn kau mau apa? Biar kupesankan," tanya Fla.

"Tidak. Aku tidak lapar. Kalian saja. Aku mengantuk," jawab Zayn lalu menuju ke lantai atas.

Ia melewati kamar Elsa lalu dengansengaja membuka kamar Elsa untuk mengetahui keadaannya. Ia melihat Elsa sedang tidur membelakangi arah pintu. Zayn hendak menutupnya namun ia mendengar suara isak tangis Elsa.

"Elsa?" panggil Zayn pelan. Suara tangis itu berhenti. Zayn memutuskan untuk melangkahkan kaki ke arah Elsa dan menanyakan kabarnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Zayn yang saat ini sedang berjongkok di hadapan Elsa.

"Ya," jawabnya singkat.

"Tidak, Elsa. Kau tidak sedang baik-baik saja," sanggah Zayn dengan serius.

"Aku tidak tahu apakah aku merasa baik-baik saja. Akankah aku, kita, baik-baik saja?" tanyanya sebelum tangisnya mulai pecah kembali.

"Ada apa, Elsa?" Kini Zayn duduk di atas kasur Elsa. Elsa menatapnya lalu memukul Zayn dengan bonekanya.

"Apa salahku?" tanya Zayn yang heran dengan kelakuan Elsa.

"Tidakkah kau mengerti, Zayn? Aku merasa bersalah karena sudah membunuh Gwen. Aku merasa sangat takut pada misiku selanjutnya. Aku merasa cemas dengan nasib kita semua. Aku takut jika hal buruk terjadi pada kita. Aku.." Tangisannya membuat ia sulit untuk menyelesaikan perkataannya.

"Aku sangat takut tadi! Aku menelponmu berulang kali namun kau tidak mengangkatnya! Fla pun tidak mengangkatnya. Bagaimana jika kalian celaka? Aku takut.." Perkataannya terjeda oleh tangisnya lagi.

"Aku takut jika kau mati. Aku benci kalian! Kenapa harus melontarkan lelucon seperti tadi? Lelucon itu tidaklah lucu, Zayn! Kau suka jika membuatku takut seperti ini, huh?" Ia menghentikan ucapannya. Kini giliran Zayn yang membalas perkataanya.

"Pertama, maafkan aku. Permainan sial ini dimulai karena aku. Kau terseret ke dalamnya karena aku. Aku bersumpah, aku tak ingin membuat kita semua seperti ini. Untuk masalah Gwen, aku meminta maaf. Kau terpaksa dan kita tidak ada cara lain. Aku pun tidak ingin ada yang terluka termasuk dirimu, Elsa. Kedua, soal lelucon itu, aku bersumpah tidak tahu mengenai itu. Greg dan Fla yang membuatnya. Yang penting kami selamat dan aku di sini, Elsa. Aku di hadapanmu saat ini, duduk dan bernapas. Aku hidup. Ketiga, telepon tadi. Hujan terlalu lebat. Aku tidak bisa mengangkat telepon. Fla dan Greg tertidur. Maafkan aku. Tolong berhenti menangis." Penjelasan Zayn cukup membuat hati Elsa tenang terlebih Zayn langsung memeluk tubuh Elsa.

"Tenanglah. Aku tidak akan membiarkan apapun mencelakai dirimu dan teman-teman lainnya lagi. Aku akan membantumu dan terus ada bersamamu, Elsa. Jangan khawatir," ucap Zayn lagi.

"Jangan merasa takut. Aku menjagamu. Aku bersumpah. Jangan takut, Elsa. Jangan takut." Zayn tidak akan melepaskan pelukannya karena ia tahu saat ini masalah kecemasan sedang menyerang diri Elsa. Ia harus menenangkannya.

"Sudah?" Zayn menghapus air mata Elsa. Elsa mengangguk.

"Ini sudah terlalu malam. Kau ingin tidur? Aku akan keluar," ucap Zayn. Elsa menggeleng.

"Temani aku. Kumohon," pinta Elsa. Air matanya mengalir kembali karena ia benar-benar takut pada apa yang akan terjadi dengan mereka semua.

"Baiklah sini. Tidur dengan tenang. Aku akan menjagamu sebisaku." Zayn berbaring di sebelah Elsa dan menempatkan kepala Elsa di atas lengannya. Ia mengusap rambut Elsa dan memeluknya. Dalam sekejap pun Elsa berhasil tertidur. Ia pasti merasa sangat lelah dengan semua ini.

"Tenang, Elsa. Aku tidak akan membiarkan dirimu celaka. Tidak akan. Meskipun harus aku yang menerima segala konsekuensinya," ucap Zayn dalam hati. Pada saat itu ia sadar bahwa ia menyayangi Elsa namun lebih dari sebatas teman.


- - - - -


A/N : Vote and comment, please! Thanks!

-Amadea

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora