>> 12 | Misi 4D

69 12 7
                                    


Keesokan harinya, Zayn bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Ia telah berjanji akan menjemput Martin. Setelah menjemputnya, ia mengantarkan Martin ke rumah Elsa. Ia berpikir jika Martin dibiarkan seorang diri di rumahnya, ia khawatir sakit kepala akibat benturan di kepala Martin kambuh dan tidak ada yang bisa menolongnya.

Setelah tiba di rumah Elsa, teman-teman yang lain telah berkumpul di ruang makan. Mereka senang karena Martin sudah mulai pulih dan bisa berada diantara mereka lagi. Fla yang sedang mengoles selai kacang pada rotinya seketika meninggalkan tempat duduknya lalu berlari memeluk Martin.

"Selamat bergabung kembali, Martin!" seru Fla dengan riang. Martin hanya tertawa hambar. Ia senang karena kondisinya membaik namun ia belum siap untuk melaksanakan misi selanjutnya.

"Kau menyambutku karena aku akan tersiksa dengan misi selanjutnya, bukan?" jawab Martin seraya mengambil satu buah pisang.

"Tenang saja, bung. Aku takkan membiarkan kalian celaka," ucap Zayn lalu mengunyah roti isinya.

"Benar! Ada Zayn. Kau akan aman, Martin. Aman seperti Elsa yang dilindungi Zayn saat tidur semalam. Kau ini benar-benar ya Zayn! Seharusnya aku yang tidur bersama Elsa!" gerutu Fla. Zayn hanya menggelengkan kepalanya.

"Oh.. jadi aku melewatkan sesuatu yang penting? Kapan kalian resmi berpacaran?" Pertanyaan Martin membuat Elsa tersedak.

"Benturan itu benar-benar membuat rusak otakmu, Martin. Pertanyaan yang aneh," balas Elsa. Martin, Fla dan Greg hanya tertawa mendengarnya sedangkan Zayn dengan tenang melahap sarapannya.

Setelah selesai sarapan, mereka semua berkumpul untuk merencanakan misi nanti malam. Seperti kesepakatan awal, Martin dan Elsa tidak diikutsertakan dalam melakukan misi ini secara langsung.

"Kebetulan sekali. Ayahku akan tiba esok. Sepertinya aku belum bisa menemani misi selanjutnya. Setidaknya aku harus di rumah bersama Ayah selama semalaman. Setelah itu mungkin aku bisa izin pergi keluar," jelas Martin. Semua mengerti keadaannya. Orang tua mana yang membiarkan anaknya yang baru saja mengalami kecelakaan pergi bersama teman-temannya.

"Santai saja, bung! Tidak apa-apa. Pulihkan saja dulu kepalamu itu dan yakinkan ayahmu bahwa kau sudah sehat," kata Greg. Martin mengangguk.

"Elsa, bicara tentang kemarin, bagaimana dengan wawancara kasusnya? Polisi tidak curiga padamu, 'kan?" Pertanyaan Zayn membuat yang lainnya tersadar bahwa Elsa telah dimintai keterangan oleh polisi atas kasus tenggelamnya Gwen di danau.

"Sepertinya tidak curiga. Aku harap mereka tidak akan curiga," jawab Elsa.

"Baiklah, sekarang aku akan pergi untuk mencari letak makam Tuan William." Zayn beranjak dari duduknya lalu mengambil kunci mobilnya di atas meja ruang tengah.

"Aku ikut." Greg menyusul Zayn dari belakang.

Mereka segera menuju lokasi pemakaman di mana Tuan William dimakamkan. Sebenarnya tidak terlau jauh. Setelah mereka tiba, mereka mencari petugas makam yang ada di sana. Mereka memutuskan untuk bertanya kepada petugas makam karena mereka tidak mungkin mencari satu persatu nama yang tertera pada batu nisan. Jumlahnya begitu banyak.

Zayn dan Greg akhirnya mendapatkan letak di mana Tuan William dimakamkan. Makamnya agak jauh dari pintu pemakaman. Mereka segera menuju makam tersebut.

"Ini dia, Zayn. Benar. Ia meninggal dua tahun yang lalu. Namun jika pemakaman ini dijaga, bagaimana bisa kita melakukannya?" tanya Greg. Benar juga. Pasti akan sulit agar tidak ada orang yang tahu.

"Tidak apa-apa. Aku bisa lewat tembok belakang pembatas pemakaman ini. Kau nanti alihkan perhatian jika petugas itu hendak keliling," jawab Zayn. Mereka berdua lalu memutuskan untuk meninggalkan pemakaman ini dan menyiapkan segala barang yang dibutuhkan untuk nanti malam.

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Where stories live. Discover now