>> 15 | Misi 7

52 15 6
                                    

Zayn dan teman-temannya tiba di rumah Elsa. Tidak ada yang mau membuka suara mengenai misi baru yang muncul. Fla lebih memilih untuk berbaring di atas sofa sembari memejamkan matanya. Elsa dan Greg hanya duduk terdiam.

Zayn sedari tadi memandangi alat permainan itu.

Misi 7 untuk Greg

Kau punya dua. Tak masalah jika kau rusak yang satu. Toh dengan tongkat, kau pasti bisa bertahan.

"Tidak usah lakukan." Zayn memutuskan untuk berbicara. Tak ada yang menjawab. Mereka semua hanya menatap ke arah Zayn.

"Tidak perlu dilakukan. Kita hanya perlu berdiam di rumah. Takkan ada hal aneh yang terjadi," ucap Zayn kembali.

"Bagaimana bisa kau tahu?" Greg angkat suara. Nada bicaranya memperlihatkan bahwa ia sangat marah. Ia marah karena teman yang lainnya tak pernah mendapat misi untuk menyakiti dirinya sendiri atau menghancurkan mimpi diri sendiri. Jika Fla saat itu hanya diharuskan tergores tangannya, mengapa Greg harus merelakan kakinya?

"Aku tidak tahu tetapi mari kita coba," jawab Zayn dengan datar.

"Bagaimana jika akan terjadi sesuatu atau justru mempersulit misi selanjutnya, Zayn?" tanya Elsa. Kini ia beranjak dari duduknya lalu menghampiri Zayn.

"Bagaimana? Jangan bertingkah layaknya takkan ada konsekuensi setelahnya," ucap Elsa sembari menunjuk Zayn dengan jari telunjuknya.

"Diam, Elsa!" bentak Greg. Elsa melebarkan kedua matanya.

"Kenapa kau membentakku?" tanyanya kesal.

"Kau berbicara seolah aku harus melakukan ini agar tak ada konsekuensi selanjutnya, sementara aku memang tidak mau melakukan ini!" Greg benar-benar marah. Pasalnya, ia adalah pemain basket yang handal di sekolahnya. Ia telah memenangi banyak kejuaraan. Ia pun telah berencana untuk melanjutkan karir sebagai pemain basket kelak. Apa jadinya jika kakinya cidera atau bahkan cacat?

"Aku tidak mengatakan itu! Aku berkata bahwa Zayn telah mengacaukan segalanya!" Nada bicara Elsa meninggi.

"Maksudmu apa, Elsa? Apa yang aku kacaukan? Aku ingin menyelamatkan kalian! Itu saja!" Zayn membela diri.

"Menyelamatkan? Zayn, apa kau sadar mengapa Greg mendapatkan misi yang sulit bagi dirinya? Itu bisa saja karena perbuatanmu tadi!" Elsa menahan air matanya. Perasaannya telah tercampur aduk. Ia tidak ingin menyalahkan Zayn namun ia sangat bingung harus berbuat apa. Ia bingung dan sangat takut. Ia tak dapat berpikir jernih.

"Perbuatan apa?" tanya Greg dengan nada serius. Fla sontak bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk dan menunggu penjelasan dari Zayn.

"Kau tanya saja padanya," jawab Elsa lalu menitikkan air mata. Ia menangis. Ia tahu ia tak seharusnya membeberkan perbuatan Zayn karena Zayn berniat untuk menyelamatkannya. Namun mendengar perkataan Zayn bahwa Greg tak perlu melakukan misinya, itu tak dapat diterima. Ia takut misi selanjutnya bersangkutan dengan nyawa. Ia takut ada yang akan kehilangan nyawa.

"Mengapa diam saja? Perbuatan apa?" Suara Greg meninggi. Zayn masih tetap diam. Ia pun tak berpindah tempat sedikit pun.

"Aku yang memiliki phobia itu namun Zayn yang mengakuinya. Maafkan aku. Ini salahku juga. Aku salah telah membiarkan dirinya melakukan hal itu. Aku pun tak tahu mengapa misi itu dapat berganti padahal bukan aku yang dikurung dalam tempat sempit itu. Aku---" belum sempat Elsa menyelesaikan perkataannya, Greg menatap tajam Zayn.

"Apakah kau hilang akal?" tanya Greg. Ia lalu mendekat ke arah Zayn.

"Kau hilang akal? Kau tak tahu bahwa bisa saja Elsa celaka atau salah satu di antara temanmu akan mendapatkan misi yang lebih sulit? Kau bilang kau tidak akan lagi membiarkan temanmu celaka. Namun sekarang? Oh, aku tahu." Greg tertawa hambar lalu memalingkan padangannya ke arah Elsa.

"Dia mencintaimu. Bukan begitu?" tanya Greg pada Elsa. Elsa hanya mematung. Ia tidak menjawab sepatah kata apapun.

"Kau mencintai Elsa sampai-sampai kau mengorbankan konsekuensi dari misi yang lalai dijalankan?" tanya Greg kepada Zayn yang masih terdiam.

"Egois!" Greg mendorong tubuh Zayn.

"Aku tidak egois! Aku memang berjanji untuk melindungi kalian! Aku melakukannya! Jika kau tidak mau celaka, jangan lakukan saja!" Zayn membuka mulutnya.

"Oh, lalu pada akhirnya kita semua akan mati karena menunda misi kita?" tanya Greg kembali.

"Tidakkah kau sadar bahwa kau sangat egois, Zayn? Bahkan kau berpura-pura! Kau tutupi hal tadi dari kami! Kau pun bersalah, Elsa! Apa sulitnya memasuki tempat itu hanya sebentar saja hingga alat itu berganti misi? Kau pun juga egois!" Greg terlihat marah kepada Zayn dan Elsa.

"Dia tidak bersalah. Aku yang memaksanya untuk diam," jelas Zayn.

"Kau terus saja membela dia! Wajar saja, kau 'kan sangat cinta padanya. Kau akan lakukan apapun bahkan dengan caramu sendiri. Kau bahkan tidak berpikir untuk membicarakan solusi denganku atau Fla.  Kau dan Elsa, kalian berdua sama-sama egois!" ucap Greg lagi. Rahang Zayn mengeras. Ia seperti sedang menahan emosi yang tengah meledak-ledak.

"Baik, aku egois? Katakan saja aku egois! Aku telah menyelamatkan Elsa. Aku egois? Baik. Aku telah mengatakan padamu bahwa kau tak perlu melakukan hal ini dan kita semua harus tetap berada di rumah. Aku egois? Baik. Aku terima perkataanmu itu. Aku egois. Itu menurutmu," balas Zayn. Greg tertawa kecil.

"Menurutku? Memang kenyataannya seperti itu, bung!" Greg menepuk-nepuk bahu Zayn.

"Lucu sekali. Kau terus menghakimiku sebagai seseorang yang egois. Tidakkah kau sadar, huh? Kau sama egoisnya! Jika kau tidak egois, kau tidak akan bergerutu di sini! Kau akan lakukan misi ini, berhenti berbicara denganku, dan berhenti menyalahkanku dan Elsa! Kau pun egois, Greg! Kau tidak mau melakukannya karena kau takut jika dirimu akan cidera parah atau cacat dan tidak bisa bermain basket kembali!" Emosi Zayn meledak, membuat ketiga temannya mematung setelah mendengar perkataan Zayn tadi.

"Baik," Greg menjauhkan diri dari Zayn.

"Jika itu yang kau inginkan, akan kulakukan. Aku tidak seperti dirimu, Zayn, Elsa," ucap Greg sebelum menghilang dari balik pintu.

"Apa yang kau katakan, huh? Dia bisa saja mencelakai dirinya!" Elsa dan Fla berlari keluar mengejar Greg namun tertinggal. Greg telah pergi membawa mobil.

Kepala Zayn terasa seperti akan pecah. Ia harus menyusul Greg. Ia harus mencari di mana Greg berada. Elsa dan Fla ikut mendampingi Zayn. Mereka harus segera menemukan Greg.

Ketika sedang menelusuri jalan menggunakan mobilnya, alat itu berbunyi.

"Tidak mungkin," ucap Fla.

"Greg pasti telah melakukannya." Perkataan Elsa membuat Zayn merasa sangat bersalah.

Tak lama kemudian, perjalanan mereka terhenti karena ada kemacetan yang lumayan panjang. Zayn dapat mendengar suara sirine ambulans. Ia pun segera turun dan berlari mendekati sumber suara. Fla dan Elsa turut serta meninggalkan mobil dan berlari mengejar Zayn.

"Permisi, permisi," ucap Zayn saat berlari mendekati asal suara itu.

"Greg.." ucap Zayn hampir tak bersuara. Ia melihat temannya terluka parah mulai dari kepala hingga kakinya.

"Tuan, saya temannya. Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Zayn kepada salah seorang polisi di sana.

"Saksi mata mengatakan, ia mencoba bunuh diri. Ia berjalan seorang diri ke tengah jalan dan menabrakkan diri ke mobil yang sedang melaju kencang," jelas polisi itu.

Mendengar penjelasan dari polisi itu, Zayn seketika terjatuh. Lututnya terasa lemas. Ia sangat merasa bersalah. Ia pun merasa gagal karena tak dapat melindungi temannya.

"Kau tak apa-apa, Zayn?" tanya Elsa. Ia dan Fla membantu Zayn untuk berdiri.

"Ini salahku." Hanya itu yang keluar dari mulut Zayn sebelum tangisnya pecah.






----------

A/N:
Vote + comment ya! Maaf kalau banyak typo.

—Amadea

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang