>> 17 | Misi 9

75 14 8
                                    

"Tante, apa Zayn ada di rumah?" tanya Elsa kepada ibu Zayn melalui ponselnya.

"Oh, iya. Maksud Elsa, tadi Zayn pergi keluar tetapi tidak bilang ingin kemana. Baik, tante. Terima kasih." Elsa menutup panggilan pada ponselnya.

"Tidak ada di rumah. Ibunya malah balik bertanya jika seharusnya Zayn ada bersamaku," jelas Elsa. Martin mendengus kesal. Ia tak habis pikir mengapa Zayn membuat orang khawatir.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan anak itu? Mengapa suka sekali menyembunyikan hal," ucap Martin kesal.

"Ia takkan menyembunyikan sesuatu kecuali itu merupakan hal yang membahayakan dirinya atau diri kita, Martin." Mata Elsa menelusuri tiap tepi jalan raya. Siapa tahu ia menemukan Zayn.

"Padahal tadi kita belum lama. Kita langsung mengejarnya. Cepat sekali dia menghilang." Martin terus mengemudi sembari mencari jejak Zayn.

Elsa memutuskan untuk menghubungi Zayn untuk yang kesekian kalinya namun tetap saja panggilannya tidak dijawab.

"Ancam saja," cetus Martin.

"Maksudmu?" tanya Elsa yang masih mencoba untuk menghubungi Zayn.

"Ancam saja. Jika dia tak mengangkat telpon atau membalas pesan, kau akan lompat dari gedung. Sudah cepat kirim pesan ke dia. Zayn 'kan mencintaimu. Pasti apapun juga akan ia lakukan untukmu," perintah Martin. Elsa hanya menatapnya tanpa melakukan perintahnya.

"Kenapa diam? Cepat!" perintah Martin lagi.

"Mengapa kau selalu saja menjadikan itu sebagai alasan, huh?" tanya Elsa dengan kesal.

"Baru kali ini. Lagipula kenapa? Itu 'kan fakta," jawab Martin.

"Belum tentu ia mencintaiku, Martin," balas Elsa sembari mengirimkan pesan kepada Zayn. Dengan segera Martin menepi ke pinggir jalan.

"Mengapa berhenti?" tanya Elsa.

"Apa yang kau katakan tadi?" Martin balik bertanya.

"Apa?" Elsa kini menemukan dua pasang mata sedang melihat ke arahnya. Martin dan Fla hanya terdiam menatapnya.

"Kau ini bodoh atau berpura-pura tidak mengerti? Jangan mentang-mentang kau tidak punya mantan lalu kau bersikap seakan tak mengerti perasaan Zayn." Martin memasang wajah serius.

"Memang kenapa?" Elsa bertanya kembali.

"Sudah, biarkan saja. Itu ponselmu berbunyi. Pasti Zayn." Fla menunjuk ke arah ponsel Elsa. Salah. Bukan Zayn, tetapi ibunya.

"Ada apa, tante?" tanya Elsa.

"Zayn baru saja ke rumah namun ia pergi lagi. Entahlah mengapa ia bertingkah aneh. Ia ke rumah hanya untuk memelukku dan berkata rindu," ucap ibu Zayn dari seberang sana.

"Sekarang masih di rumah?" tanya Elsa.

Ibu Zayn mengatakan bahwa Zayn telah pergi ke rumah temannya namun tidak memberi tahu siapa temannya itu. Elsa pun berterima kasih tentang kabar yang disampaikan oleh ibu Zayn. Ia pun mengakhiri ponselnya.

Setelah menutup panggilan, satu pesan muncul dari Zayn.

Temui aku di danau tempat Gwen ternggelam. Kumohon hanya kau yang datang. Jangan ajak yang lain.

"Aneh," pikir Elsa.

"Ada apa?" tanya Martin yang masih fokus mengemudi.

"Zayn memintaku untuk pergi ke danau tempat Gwen tenggelam namun ia hanya menginginkan aku seorang diri yang datang. Kalian tak boleh ikut katanya," jawab Elsa.

Solve or Die (z.m) [COMPLETED]Where stories live. Discover now