9

1.6K 282 51
                                    

Catatan Penulis: Pengumuman pemenang #RCMJReview sudah kukoarkan di seluruh sosmedku, dan jaga-jaga jika kau kelewatan, ini dia!

Juara III, via Facebook, adalah Aulia Gina Permatasari!

Juara II, via Wattpad, adalah apatheisticbastard!

Dan Juara I, via Facebook, adalah Ibrahim Gustav!

Selain itu, Juara Favorit--yang diniliai berdasarkan jumlah likes saat #RCMJReview ditutup--adalah (at)jennykaa_zg via Instagram!

Selamat untuk para pemenang, dan bagi yang belum, jangan berkecil hati hehehe. Bagi yang penasaran, silakan gunakan hashtag #RCMJReview untuk membaca review mereka.

As always: selamat membaca!

***

[DUA HARI SEBELUM KEMATIAN.]


VISHNU TIDAK BERBOHONG saat dia bilang bahwa Indraloka sangat mudah dipahami. Aku bahkan tidak perlu bisa membaca glif bahasa mereka yang ruwet dan penuh lekukan dan garis. Aku segera tahu bahwa jalan untuk tamu adalah jalur besar di tengah yang dibatasi oleh garis-garis keemasan di kanan kirinya, menyisakan jalur yang lebih kecil. Tanda panah berkilau yang tampak seperti dibuat dari mutiara menyindari jalanku, memastikan aku tidak tersesat dan menjaga agar semua orang yang bergerak di lajur yang sama pasti bergerak ke arah yang sama. Tempat ini seperti memiliki aturan lalu-lintas khusus untuk pejalan kaki, dan ajaibnya, aturan itu malah efektif.

Aku segera tahu bahwa jalan ini untuk tamu, karena 1) jalan ini paling besar, 2) jalan ini menuju ke dalam dari pintu masuk utama yang paling besar, dan yang terpenting, 3) jalan ini seperti memang didesain untuk melewati semua atraksi terindah dan paling menakjubkan yang ada di istana ini. Ada beberapa belokan dan percabangan jalan, tetapi dengan terus mengikuti jalan yang paling besar, aku selalu disuguhi pemandangan-pemandangan dan pameran-pameran luar biasa, seperti hutan indoor di balik kaca, sebuah taman dengan pepohonan rindang dengan pria-pria tampan dan wanita-wanita cantik (semuanya Leluhur bertangan empat, omong-omong) yang memunguti buah-buahan yang jatuh dari pohon-pohon itu, sampai sebuah cekungan raksasa yang sepertinya harusnya menjadi tempat pertunjukan seperti panggung atau bahkan pertarungan gladiator, tetapi saat ini sedang kosong.

Dan aku tahu pasti bahwa alasan ketiga tersebut yang memastikan bahwa jalur ini memang khusus tamu, karena aku sempat melihat bahwa jalur-jalur yang lain melewati pintu-pintu ke ruangan yang lebih kecil dan tampak lebih formal, seperti pintu menuju ke ruang kerja. Yang begitu jelas bukan pemandangan bagi tamu.

Vishwakarma, ya?

Tidak lama, setelah takjub dengan pemandangan-pemandangan yang ada, aku akhirnya tiba di sebuah ruangan yang sangat besar, puluhan meter panjang dan lebarnya, dengan langit-langit yang sangat tinggi hingga tidak akan bisa digapai oleh batu kerikil yang kulempar setinggi mungkin. Seperti segala hal lain di istana ini, ruangan ini adalah percampuran manis antara warna emas—yang menjadi garis-garis dekoratif di sepanjang dinding dan pilar—dan berbagai jenis warna keramik yang agak kecokelatan dan mutiara yang putih berkilau. Sebuah meja bundar, atau mungkin lebih tepatnya oval, terbentang di seluruh tengah ruangan, dengan banyak kursi di sekelilingnya.

Di ujung jauh meja sana, sebuah kursi yang lebih besar dan mencolok dengan lapisan lembut beludru berwarna merah magenta diduduki oleh seorang Leluhur Mahameru.

Ragnarökr Cycle: Dark RaidersWhere stories live. Discover now