10

1.9K 287 45
                                    

Catatan Penulis: Aku kemarin bangun siang dan telat publikasi, dan hari ini aku bangun sore HAHAHAH maapyak. Here ya go!

Oh, dan Rin sedang sakit sejak kemarin menjenguk adiknya. Mohon doanya ya ehehe.

Selamat membaca!

***

[DUA HARI SEBELUM KEMATIAN.]


AKU TIDAK BERKOMENTAR apa-apa sementara aku terus mengikuti Markandeya, yang tanpa ragu memanduku berlari keluar dari Indraloka—dia bahkan tidak melihat arah jalan dan lain-lain, padahal dia keluar dari lajur yang ada. Entah bagaimana dia bisa hafal jalan ini.

"Ke mana kita?"

"Pergi," katanya singkat sambil berbelok ke kanan. Aku mengikuti.

"Ke?"

"Mana pun. Kau harus terus bergerak mulai dari sekarang, paham?"

Tidak. Aku tidak paham.

Aku juga tidak menjawab karena benar-benar bingung. Markandeya berbelok lagi. Aku mengikuti.

Itu merangkum seluruh pembicaraan kami sementara Markandeya memanduku terus dengan sangat lancar melewati lorong-lorong Indraloka yang, ajaibnya, sedari tadi tidak dilalui oleh seorang Leluhur pun. Markandeya tidak tampak heran—atau, lebih tepatnya, dia tampak lebih sibuk berlari. Aku terheran, tetapi aku tidak punya pilihan selain mengikuti panduannya, karena entha kenapa, aku merasa seakan kalau aku sampai berhenti, aku bakal mati.

Kau harus terus bergerak mulai dari sekarang, paham?

Markandeya membuat sebuah tikungan kanan cepat ke dua terowongan sekaligus, seperti membuat U-turn, dan aku disambut oleh pintu kecil seukuran Leluhur yang terbuka lebar.

Vishnu menanti di luar.

"Lancar?" tanyanya. Markandeya cuma mengangguk dan langsung berlari ke arah seekor shyena yang menanti sedikit lebih jauh di luar sana. Vishnu seperti paham maksudnya dan langsung melompat ke punggung Garuda.

"Tunggu, apa maksudmu terus bergerak?" tanyaku sambil berlari ke arah Budi—wah, mereka juga membawanya, baik sekali—dan menaikinya. Garuda kembali memandu para shyena terbang, dan tidak lama kemudian, kami sudah di udara.

"Indra akan segera menyusul kita," kata Markandeya. "Atau, tepatnya, pasukannya. Indra sendiri bukan petarung yang hebat-hebat amat, tetapi luas jaringannya memang mengerikan."

"Lalu?"

Markandeya dan Vishnu bertukar tatapan. "Begini," kata Markandeya. "Apa kau menangkap bahwa Indra tadi berusaha menahanmu di Indraloka?"

Aku mengangguk.

"Apa kau juga menangkap bahwa Indra berusaha menangkapku?"

Aku mengangguk lagi.

"Kau sudah tahu kalau Indra mengirim para makara itu padaku, 'kan?"

Aku mengangguk sekali lagi. Markandeya mengangguk balik.

"Sejauh ini, Indra tidak tahu aku di mana, karena pelacak di semua Restu berhubungan langsung hanya dengan Vishnu. Namun, Indra tahu bahwa kauada hubungan denganku. Masih mengikutiku sejauh ini?"

Indra tahu bahwa kauada hubungan denganku. "Sebentar. Maksudmu, Indra akan ... menahanku?"

"Yup. Apa pun yang terjadi di Indraloka adalah hak absolut Indra—termasuk menahan orang-orang di sana. Selama ini, tamu diplomat Leluhur lain tidak masalah karena Indra menghindari perang. Namun, kalau cuma seorang Tangan Kanan dengan masalah pribadi...."

Ragnarökr Cycle: Dark RaidersWhere stories live. Discover now