19

2.3K 207 148
                                    

Catatan Penulis: Aku berusaha mencoba pace baru untuk menulis sambil bekerja, tetapi sayangnya sepertinya pace ini tidak akan bisa tahan lama heuheuheuheuheu. Aku juga harus mulai banyak membaca lagi, karena beberapa tulisanku baru-baru ini terasa agak ... voiceless. Ini masalah pribadi, sih. Aku akan tetap berusaha sebisaku untuk menangani ini.

Also, beruntunglah bagi yang kemarin minta Descendance dikerjakan beneran, soalnya aku sudah selesai menulis skenario untuk episode prolog dan part pertama arc pertamanya. Menulis skenario untuk episode ketiganya agak menantang karena aku enggak terbiasa menulis skenario komik di bagian action, tetapi sepertinya aku harus mulai membiasakan diri, berhubung aku juga dulu menulis skenario untuk komik fanfic Assassin's Creed, hehehe.

Sampel komikku juga belum banyak, sih, dan aku lebih terbiasa menulis skenario untuk komik di medium tradisional dan dengan cerita yang lebih internal daripada yang banyak aksinya (ironis berhubung novelku biasanya justru banyak yang ada aksinya HAHAHA), tetapi aku sedang belajar. Huh. Hah. Banyak yang harus dipelajari. Kalau ada yang penasaran komik yang pernah kubuat bentuknya seperti apa, silakan cek Facebookku, di sana ada album yang judulnya This is to Children Without Childhood, yang merupakan fanfic Fate/Grand Order.

Iyadong aku promosi lagi kan udah lama gak promosi diri ni yegak yegak

(Aku lupa cara nutup Catatan Penulis, jadi selamat lanjut baca hehehe)

***

[SETAHUN SEBELUM KEMATIAN.]


KONON KATANYA, KEMATIAN datang dengan perlahan-lahan, bahkan bagi mereka yang katanya mati cepat. Selama kematian terjadi, rekaman di otak akan hidup kita memutar diri, memberi kita kesempatan terakhir mengingat segalanya sebelum kita akhirnya tewas. Meninggal. Mati. Mampus. Modar. Koit.

Sekitar setengah tahun yang lalu, aku sempat mendapatkan tugas bersama dengan Putra untuk pergi ke Wales. Iya, yang di Eropa sana. Katanya, aku dan Putra perlu bertemu dengan para Leluhur yang sering disebut The Wild Hunt: mereka Leluhur yang masih aktif turun ke Bumi untuk satu tujuan atau yang lain. Walaupun namanya keren begitu, mereka praktis cuma jadi pembasmi hama, soalnya ternyata banyak makhluk dari planet mereka yang dulu tidak sengaja mereka bawa ke Bumi, dan sampai sekarang masih suka berkembang biak. Biarpun teknologi para Leluhur jauh lebih canggih daripada manusia, ternyata mereka masih suka kesulitan mencari sekawanan hewan spesifik yang berkembang biak dengan lancar di alam liar. Misalnya, yang sering sekali mereka perlu kendalikan adalah makhluk mirip anjing yang sering disebut freybug. Makhluk ini dikenal dengan banyak nama lain, tergantung di mana mereka muncul: Padfoot, Black Shuck, Gytrash, Yeth-hound, gwyllgi, dan lain sebagainya adalah termasuk yang sering disebutkan. Buku ketiga Harry Potter juga menyebut mereka grim, kependekan dari church grim, makhluk serupa yang menurut tradisi adalah anjing penjaga gereja. Makhluk-makhluk ini suka tahu-tahu muncul di tempat gelap, mengganggu orang yang lewat—biasanya karena mencari makan—dan menghilang lagi. Suara mereka boleh saja sangat keras bagai petir, tetapi gerakan mereka bisa nyaris sunyi sempurna, seperti kucing. Sangat tidak membantu bahwa mereka sangat jago berkamuflase, karena mereka bahkan lebih adaptif lagi daripada bunglon.

Masalahnya, karena freybugs sudah cukup lama ada di ekosistem sana, mereka tidak bisa begitu saja dihabisi sampai punah. Ini belum mempertimbangkan kesulitan memburu mereka secara umum, lho. Jadi, para Leluhur Wildhunt ini akan turun dan memburu para freybugs sampai populasinya dirasa cukup normal dan seimbang. Jika populasi mereka naik lagi secara eksponensial, para Wildhunt turun lagi sebelum terjadi insiden apa-apa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ragnarökr Cycle: Dark RaidersWhere stories live. Discover now