ASTA'S | 1

611K 22.8K 496
                                    

Cowok itu menyisir rambutnya menggunakan jemarinya, lalu memasukkan tangannya ke saku celana. Ia menatap dua orang dihadapannya yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing sambil menaikkan satu alisnya.

"Lo pada ngapain ke sini?" Kening cowok itu tampak berkerut, memandang bingung dua orang dihadapannya.

“Cuma mau infoin kalo Axel tantangin lo lagi. Gimana?” Seseorang yang sedang memainkan handphonenya berceletuk.

Decihan terdengar dari cowok itu. Selang beberapa detik seringaian tercetak jelas di bibirnya. “Kapan?”

“Hari ini jam empat sore. Dekat lapangan tenis outdoor.”

Salah satu cowok yang sedari tadi diam mulai mengangkat suaranya. “Cuma pancingan kecil, Ta. Gak usah diladenin.”

“Asta mana mau diem kalo udah ditantang gitu.” sahut cowok yang memainkan handphonenya lagi. Sekilas dia menatap sahabatnya, lalu terkekeh pelan. “Udah, terima aja, Ta. Lagian kapan lagi bisa liat si pengecut Axel.” tambahnya.

“Kok gue kayak lagi dibisikin iblis sama malaikat, ya?” tanya Asta. Dia terkekeh lalu mulai merenggangkan badannya yang terasa kaku.

Dia adalah Asta Luciano Arcano, sang pemilik rumah tersebut. Memiliki rupa yang dapat menarik setiap hati para kaum hawa. Tak seorang pun yang dapat menebak jalan pikirnya. Bahkan kedua orang yang selalu mengatakan bahwa mereka sahabatnya yang tak lain adalah dua tamu tak diundangnya itu. Liel dan Willi namanya.

“Lapangan tenis dekat mini market, tempat  lo pada nongkrong itu?”

Liel mengangguk tak acuh setelah melirik Asta. “Jangan lupa, hari ini.”

“Lo mau ke sana, Ta?” timpal Willi menanggapi. Merasa heran dengan makhluk yang satu ini.

Asta mengangkat satu alisnya. “Kayak yang Liel bilang, kapan lagi gue bisa ketemu dia.”

“Besok sekolah, Ta. Lo mau dateng ke sekolah di hari pertama dengan muka bonyok?” Willi kembali berceletuk dengan raut wajah tak suka.

“Nah. Ide yang bagus. Kadar ketampanan gue makin nambah kalo gitu.” Asta berjalan menuju sofa lalu berbaring di sana. Dia menghela napas sebelum kembali melirik sahabatnya.

“Ngapain lo pada ke sini?” hardik Asta kembali ketika teringat pertanyaan awal yang dilontarkannya saat melihat dua orang itu datang berkunjung.

“Rumah lo tuh enak, Ta. Sepi, banyak makanan, dan semua yang dibutuhkan ada di sini. Emang rumahable, dah.” Liel menyimpan handphonenya lalu menyengir.

Asta menipiskan bibirnya. “Rumah gue tertutup rapat buat orang nista kayak kalian berdua. Enak bat ya lo pada dateng gak diundang, pulang gak diantar.”

“Dikira jelangkung,” sambung Willi sambil menyemil makanan yang sempat dia ambil di kulkas.

“Gue bawa motor, buat apa diantar segala.” Liel langsung mengaduh kesakitan ketika sebuah bantal menabrak wajahnya.

“Libur kali ini berapa bulan? Lama banget perasaan.” tanya Asta yang disambut decakan kedua sahabatnya.

“Ya kali libur sekolah sampe bulanan.” gerutu Liel yang masih mengusap wajahnya.

ASTA'S ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora