ASTA'S | 3

234K 16.6K 1K
                                    

"Cewek ini milik gue." tegasnya. Nary menatap laki-laki di hadapannya ini tak percaya. Bagaimana bisa cowok itu mengklaim bahwa ia adalah miliknya?

"Milik lo?" Radit tersenyum sinis. "Ini lebih seru dari yang gue bayangin." katanya lalu pergi begitu saja, menyisakan Nary bersama laki-laki yang masih memegang lengannya erat itu.

Tersadar, Nary mundur beberapa langkah, membuat genggaman cowok itu terlepas. Cowok itu menatap Nary, membuat Nary merundukkan kepalanya.

"T-terima kasih, Kak," Nary memaksa seluas senyuman manis. "Kalo Kakak gak lewat, mungkin aku ..."

Cowok itu masih mengamati Nary lamat. Nary menggeleng pelan menyadarkan dirinya yang melamun lalu melebarkan senyumannya.

"Oh iya. Nama aku Vaneriana Nary. Cukup panggil Nary. Bukan buah kenari ya. Kelas XI-IPS 2. Sangat berhutang budi sama Kakak!

"Soal yang tadi ... yang tadi Kakak bilang, tenang aja Kak. Aku gak kegeeran kok. Kalo Kakak gak bilang, ehm, aku milik Kakak, mungkin sekarang aku masih terjebak sama kak Radit. Aku tau Kakak hanya bilang gitu biar kak Radit gak gangguin aku lagi. Tapi karena itu akㅡ"

"Soal lo milik gue, itu serius." Kata-kata yang terlontar dari mulut cowok itu memotong perkataan Nary yang panjang lebar.

"E-eh?" Nary terbelalak kaget. Demi apa pun! Nary tak ingin mempunyai masalah baru. Satu masalah selesai, masalah lain kembali datang. Dan apa? Laki-laki itu serius? Apa ini lelucon bagi laki-laki itu?

Tampan? Nary akui soal itu. Cowok di hadapannya ini bahkan di atas rata-rata. Berbadan tinggi dengan dada bidang, hidung yang mancung, rahang tegas, sorot mata dalam dan tajam membuat siapa saja yang menatapnya pasti akan jatuh cinta. Dan Nary tidak memungkiri hal itu karena memang dia terpesona sama hasil karya Tuhan yang satu ini. Tapi ucapan itu tidak bisa dia toleransi. Miliknya? Yang benar saja!

"Gue gak suka bicara double. Dan gue tau lo pasti ngerti. Cepat balik ke kelas lo," Cowok itu berbalik memunggungi Nary yang masih tak menyangka di tempatnya. Mulutnya tanpa sadar sedikit terbuka mendengar datarnya perkataan cowok itu.

Cowok itu berhenti di langkah keduanya. Berdiri beberapa menit di tempatnya tanpa berbalik melihat Nary yang masih berada di belakang.

"Kalo lo belum tau gue, gue Asta."

Setelah mengatakan itu, cowok bernama Asta itu pergi meninggalkan Nary yang masih bergelayut dalam pikirannya.

***

"DEMI APA?!" Pekik Isil menggelegar di dalam kelas. Semua mata menatap Isil aneh yang dibalas cengiran olehnya. Setelah semuanya kembali ke kegiatan mereka, Isil menatap Nary dengan rasa penasaran yang sudah tak bisa dia bendung lagi. Guru yang seharusnya mengajar di kelas mereka berhalangan. Sudah satu jam ini kelas mereka free.

Nary berdecak melihat kehebohan yang dibuat Isil. "Gak usah teriak gitu. Lagian kalian gak percaya amat sama cerita gue." kesal Nary karena sahabat-sahabatnya ini selalu memotong perkataannya saat menceritakan kejadian tadi.

"Gue masih gak percaya! Mana mau Kak Asta sama lo." Ayle menggeleng tak percaya.

Nary memutar bola matanya malas. "Serah dah. Lagian gue juga ogah,"

"Sok cakep lo,"

"Emang gue cakep kok. Kalo enggak mana mau Irzal deketin gue." Wajah Nary berseri-seri mengatakan hal itu. Mengingat orang itu membuat Nary sekarang berkhayal hal yang diimpikannya selama ini.

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now