ASTA'S | 8

196K 13.2K 193
                                    

Asta menyandarkan punggungnya pada dinding di samping pintu kelas Nary. Sudah dua puluh menit berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Tetapi belum ada tanda-tanda akan munculnya sosok Nary dimatanya.

Beberapa siswi yang melintasinya pun melirik-liriknya dengan tatapan beragam. Ada yang melirik-lirik malu, ada yang kagum, dan berbagai macam tatapan yang bagi Asta terlihat sama.

Hingga beberapa menit masih menunggu, Nary keluar dari kelasnya bersama sahabat-sahabatnya ㅡyang tidak Asta ketahui nama-namanyaㅡ sambil tertawa lepas.

"Apaan sih!" Nary masih tergelak oleh lelucon yang dibuat Ayle hingga menyadari seseorang yang sedari tadi menatapnya.

Mata Nary mengerjap pelan. Menatap Asta yang bersandar pada dinding dengan tangan yang dimasukan ke saku celana. Menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Kak Asta?"

Ketiga sahabat Nary yang sedari tadi bercanda ria langsung menoleh ketika Nary menyebutkan nama itu. Reaksi yang sama seperti sebelumnya. Kagum. Walaupun mereka sudah beberapa kali bertemu Asta seperti ini, tapi tak bisa dipungkiri jika pesona cowok itu tidak bisa dielak dengan kata 'udah biasa liat'. Dan tatapan Asta yang selalu berpusat pada Nary ㅡmenganggap mereka tidak adaㅡ tak membuat ketiganya sakit hati. Justru mereka senang bisa melihat pangeran sekolah muncul dihadapan mereka.

"Gak lupa pulang bareng gue kan?"

Reaksi ketiga sahabat Nary pun langsung berubah mendengar Asta yang berbicara dengan nada beratnya, ditambah suaranya yang terdengar lembut. Isil dengan matanya yang melotot, Ayle dengan mulutnya yang menganga, dan Kiala dengan raut wajahnya yang shock.

Nary mengangguk lalu menatap ketiga sahabatnya tersebut, mengabaikan beragam ekspresi sahabatnya, sambil tersenyum lebar. "Gue pulang deluan ya. Bye!"

Setelah itu, Nary berjalan beriringan bersama Asta menuju parkiran sekolah yang sudah sepi.

"Gue masih ga percaya Nary se-lucky ini." Celetuk Isil yang diberi anggukan setuju Ayle dan Kiala.

***

"Mau makan dimana?" Tanya Asta sambil melirik Nary yang berada disebelahnya yang sedang sibuk mengotak-atik handphonenya, membuat cewek itu menoleh menatapnya.

"Kakak mau makan?"

"Gue mau jalan bentar sama lo sebelum nganter lo pulang." Tanpa disadari, kedua sudut bibir Nary terangkat. Wajah Nary berubah sumringah saat mendengarkan kata-kata Asta yang seakan terdengar manis. Walaupun menurut Nary Asta itu kaku, tapi kata-kata yang sering dilontarkan cowok itu mampu membuat hati Nary berdesir.

"Aku pengen bakso." Ujar Nary membuat kerutan halus muncul di kening Asta.

"Bakso?" Tanya Asta ulang yang Nary balas dengan anggukan semangat. Kalau makan bakso, berarti mereka harus makan di warung-warung yang berada dipinggir jalan, jika Asta tak salah ingat.

"Iya. Bakso yang di warung-warung pinggir jalan itu loh. Kakak tau kan?" Cerocos Nary yang diberi anggukan Asta.

"Kakak gak keberatankan kita makan disana?" Tanya Nary tiba-tiba membuat Asta menoleh sekilas ke arahnya.

Asta menggeleng, "Yang penting jangan sakit aja."

Mendengar itu Nary tergelak. "Aku ga akan sakit, Kak. Tubuh aku udah kebal kok makan makanan dipinggir jalan. Dan lagi Kakak ga perlu khawatir tempatnya kotor atau apalah. Aku jamin, tempatnya bersih, ga seperti yang Kakak bayangi."

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang