ASTA'S | 25

138K 8.7K 117
                                    

"Asta, sini."

Asta menoleh. Mendapati Ranti yang menatapnya sambil tersenyum yang posisinya berdiri di dekat meja makan. Tetapi mata pemuda itu kini jatuh pada seorang pria bersetelan jas yang sedang sibuk melahap rotinya tanpa sedikitpun menoleh.

Pemuda itu mengangguk, melangkah mendekat, lalu duduk disalah satu kursi. Ia menatap Andre sekilas lalu menerima roti yang sudah di lapisi selai dari Ranti.

"Jadi kamu bakal tinggal disini lagi, Dre?" Ranti membuka pembicaraan sambil duduk di samping Asta.

Andre menatap Asta sekilas, lalu kembali menunduk menatap layar tabletnya. "Mungkin."

Senyuman Ranti mengembang tatkala mendengar itu. "Bagus deh. Keluarga kita jadi lengkap lagi,"

Ranti menatap Andre bingung saat pria itu tiba-tiba bangun dari duduknya. Andre merapikan jasnya. "Aku berangkat."

Melihat Andre yang sudah keluar sambil menenteng tas kantornya, Ranti menghela napas pelan lalu menoleh menatap Asta sambil tersenyum tipis.

"Maklumin aja ya? Mungkin Kakakmu itu masih butuh waktu." Kata Ranti yang dihiraukan Asta. Pemuda itu hanya menyantap rotinya tanpa berkata sedikitpun.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Asta berdiri sambil memakai tasnya. "Aku ke sekolah dulu."  Katanya lalu menyalim Ranti dan melangkah pergi keluar.

***

"NARY!!!"

Merasa namanya dipanggil, Nary menoleh. Keningnya langsung berkerut tatkala melihat sahabat Asta—Liel mendekatinya sambil tersenyum lebar.

"Kenapa Kak?"

Liel berjalan disamping Nary. "Ya gak pa-pa sih, biar barengan gitu. Asta mana?"

"Kak Asta?" Liel mengangguk. "Tuh dibelakang Kakak."

Mendengar perkataan Nary, sontak membuat Liel menoleh kebelakang. Wajahnya langsung masam dan suara kekehan pun terdengar.

"Ga lucu lho ya." Ujar Liel datar.

"Ya habis. Tumbenan nanya Kak Asta ke aku."

"Kan biasanya Asta dateng bareng lo, dek." Sahut Liel tak ingin kalah.

"Oohh, bilang kek." Nary terkekeh pelan. "Tadi katanya masih ke TU. Jadi aku deluan deh." Jawabnya santai.

"Dih, tumbenan. Mungkin dia lagi ketemu cewek lain, Ry. Masa lo gak curiga sih?" Tukas Liel mengompori.

"Ga ah. Kak Asta mana bisa. Lagian ni ya Kak, cewek lain gak bakal nahan kalo pacaran lama-lama sama dia. Kan orangnya datar." Tapi perhatiannya sih pas lagi berdua. Sambung Nary dalam hati lalu terkekeh.

Liel menggeleng-geleng sambil berdecak. "Asta itu orangnya diem-diem makan dalem. Lo aja yang kagak tau." 

"Oh ya? Coba sebutin mantannya Kak Asta. Biar aku tau siapa mantan terindahnya." Nary melirik Liel yang kini menatapnya sambil menaikkan satu alisnya.

Kelas mana kelas. Berasa lama banget sampenya. Pikir Nary mengamati sekitar.

"CABEE!!"

Liel langsung mendengus mendengar suara cempreng yang membahana tersebut menggema di lorong. Seorang cewek bersurai hitam sepunggung mendekat sambil memasang wajah juteknya.

ASTA'S ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora