ASTA'S | 10

188K 11.9K 71
                                    

Jika ditanya, apa yang paling membuat seorang Asta tenang, itu adalah sesuatu yang sangat sederhana. Tinggal memperlihatkannya pada sang bintang yang bertaburan dilangit germelap dimalam hari.

Suara jangkrik, hembusan angin malam yang terasa dingin dikulit, ditambah bintang yang bertaburan dilangit cukup menemani Asta malam ini di balkon kamarnya. Walaupun bintang-bintang tidak begitu terang seperti dulu karena polusi yang semakin meningkat, dan awan yang menutupi membuatnya semakin susah untuk dilihat. Tapi walaupun seperti itu tak menyulutkan keinginan cowok itu untuk melihatnya. Bagaikan dirinya sedang merindukkan seseorang. Dan mungkin seperti itu.

Asta bergeming. Mendengar suara rintikan hujan yang jatuh mengenai atap rumah. Cowok itu menghela napas pelan. Entah kenapa ia selalu menghela napas. Tapi itu tak begitu penting. Setelah tak bergerak beberapa menit ditempatnya, Asta memutuskan masuk kedalam. Masuk kedalam rumahnya yang sangat sunyi dan sepi.

***

"WOAAAAAA! KECOAKKK!" Teriakan nyaring tersebut sukses membuat seisi rumah menjadi gaduh.

Nary lari terbirit-birit dan naik keatas sofa diruang tamu, sedangkan Cita ㅡMamanya yang tadinya sibuk memasak keluar dari dapur sambil memegang spatula.

"Kecoak?! Dimana Ry?"

"Dikamar mandi Mah! Ihhhhh! Menggelikan. Nary ga mau mandi lagi ..." rengek Nary yang masih setia diatas sofa sambil memeluk handuk putih miliknya, yang rencananya akan digunakannya untuk mengeringkan badan setelah mandi.

Tiba-tiba seseorang muncul dari arah kamar mandi sambil menjulurkan tangannya kedepan. "Kecoak peliharaan lo ni Kak."

Nary membulatkan matanya. "ENAK AJA! JAUH-JAUH SANA!!!" cewek itu semakin mundur kebelakang ketika orang itu semakin mendekat ke arahnya. "MAMA!!! LIAT KEIREL COBA! IIIHH MAKHLUK NISTA! JAUH SANA!"

"Hush. Ga baik teriak pagi-pagi Kak." Keirel terkikik kecil. "Lagian Mama udah liat gue kok tadi. Buat apa lo nyuruh Mama liatin gue? Gue tambah ganteng ye kan."

"Jauh atau komik-komik dilemari kamar lo gue bakar?" Ancam Nary membuat langkah Keirel terhenti. Sekarang malah cowok itu yang membulatkan matanya.

"Awas aja ya lo beneran bakar. Gue taro induk-induk kecoak beserta anak-anaknya dikamar lo nanti."

"Huss sana lo." Nary mengibas-ngibaskan handuknya, menyuruh Keirel yang masih memegang kecoak ditangannya untuk segera menjauh.

Setelah Keirel pergi dari sana, Nary turun dari sofa lalu mencari Cita yang ternyata sudah kembali ke dapur.

"Ma! Keirel kapan pulangnya? Kok Nary ga tau?" Cerocos Nary ketika mendapatkan Mamanya itu.

Masih sibuk memasak, Cita menoleh sekilas kearah Nary. "Barusan kok pulangnya. Sekitar jam lima pagi."

Nary mengangguk-anggukkan kepalanya lalu melangkah menuju kamar mandi. Ia menyembulkan kepalanya kedalam, setelah memastikan tidak ada lagi kecoak yang tersisa, Nary masuk untuk menyegarkan tubuhnya pagi ini.

***

Nary menarik satu kursi disamping Keirel. Melirik adiknya itu sinis.

"Pasti gara-gara lo pulang makanya kecoak-kecoak pada muncul."

Keirel melirik Nary sambil mendengus. "Aelah kak. Adiknya baru pulang bukannya disabut meriah, malah diomelin. Kan tadi gue yang buang kecoaknya, malah disalahin. Hahhh, kakak selalu benar."

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now