ASTA'S | 4

219K 14.8K 280
                                    

"Jadi jangan ragukan gue lagi, Vaneriana Nary."

Entah kenapa saat mendengarkan itu, jantung Nary berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Nary terpaku pada tatapan Asta. Tatapan yang dalam, seolah mengisyaratkan banyak hal. Setelah beberapa detik saling bertatapan, Asta memutuskan kontak mata mereka dengan memandang ke depan. Sedangkan Nary yang baru sadar menoleh menatap ke arah lain. Dia mengumpat dalam hati. Hampir saja dia jatuh dalam pesona cowok itu.

"M-makasih tumpangannya, Kak." Setelah mengatakan itu Nary langsung keluar dari mobil Asta dan segera memasuki rumahnya. Sebetulnya dia tak sungguh memasuki rumahnya, Nary yang sedang memegang handle pintu masuk rumahnya berbalik dan mengintip mobil Asta yang kini melesat begitu saja hingga tak lagi terlihat olehnya. Dia memegang dadanya. Rasanya jantungnya hampir copot ketika mendengar kalimat yang Asta keluarkan tadi.

Di sisi lain, Asta yang sedang mengendarai mobilnya meninggalkan kompleks perumahan Nary mengumpat pelan.

"Jangan ragukan gue?"

Asta menggeleng pelan begitu sadar akan perkataannya tadi. Sekarang lidahnya terasa kelu. Bukannya dia mau mempermainkan cewek itu dengan mengklaim sebagai miliknya, tetapi dia mempunyai alasan lain yang entah kenapa muncul di benaknya saat melihat cewek itu.

Dan lagi, kata-kata yang tadi diucapkannya bukan Asta seperti biasanya. Itu bukan dirinya. Meyakinkan seorang cewek bukan hal yang biasa dilakukannya. Dia hanya tidak suka ketika Nary tidak mempercayainya. Apakah kata-katanya tidak terdengar serius? Berarti besok dia harus terlihat lebih serius agar dia tidak dianggap sedang berbicara ngawur oleh cewek itu.

Entah kenapa ia kesal sendiri mengingatnya. Kurang serius apa dirinya hingga dikatakan seperti itu?

Kening Asta sedikit berkerut. Kenapa ia sangat memikirkan perkataan Nary? Bukannya ia selalu tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain?

Asta mendengus. Mungkin cuaca yang sedang panas telah berhasil membuat otaknya ikut memanas saat ini.

Mobil yang dikendarainya perlahan masuk ke dalam halaman rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Asta masuk ke rumah.

Seperti biasa, wajahnya selalu terlihat datar di mana pun ia berada, tak terkecuali di rumahnya sendiri. Tak heran bagi Asta jika tidak ada yang menyambutnya saat pulang. Rumahnya selalu sepi tanpa penghuni lain. Bisa dikatakan bahwa hanya ia sendiri yang tinggal di rumah itu.

Asta membanting tasnya di atas nakas lalu duduk kasurnya. Ia mengusap kasar wajahnya lalu memerhatikan sekitar kamarnya. Handphone yang berada disaku celananya bergetar. Menampilkan sebuah pesan yang masuk di layar kunci.

Ia mendengus lalu menggeser pesan dari lockscreen tanpa berniat membuka terlebih dahulu untuk membacanya. Lagian ia sudah mengetahui isi dari pesan itu melalui notifikasi yang masuk. Asta membuang handphonenya ke atas kasur. Mengacak rambutnya lalu memutuskan mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang sedikit gerah.

***

Nary menggigit bibir bawahnya melihat spam chat yang masuk. Tanpa membukanya pun ia tahu itu siapa. Handphonenya tidak diam sedari tadi membuatnya berdesis pelan.

Merasa sangat terganggu, Nary yang niatnya ingin mensilent handphonenya malah kembali mendesah gusar dan menekan notifikasi yang masuk, menampilkan 999+ chat disalah satu aplikasi chat yang digunakannya.

Quarter Homo Sapiensis (4)

Ayle Eiqia
Nary mana woyy.........

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now