ASTA'S | 12

169K 12.3K 147
                                    

Pintu dibuka sedikit kasar membuat orang-orang yang berada didalam UKS refleks menoleh.

Dengan napas yang sedikit terengah, orang itu berjalan masuk. Menetralkan wajahnya yang tadinya panik saat mengetahui gadisnya berada disini.

Besar UKS sekolah seperti kelasnya. Ada sekitar enam kasur yang masing-masing ditutupi dan dibatasi dengan tirai putih.

Mata Asta melihat sekeliling. Keningnya sedikit berkerut, hingga pandangannya terhenti pada seorang wanita yang juga menatapnya.

"Oh? Pendatang baru ya?"

Wanita yang umurnya berkisar 25 tahun itu mendekat disertai senyuman yang menghiasi bibirnya.

"Nyari siapa?"

"Vaneriana Nary."

"Yang lagi demam itu ya. Dia di pojok."

Asta mengangguk pelan lalu berjalan menuju tempat yang di tunjuk penjaga UKS tadi, berdiri didepan tirai itu lalu membukanya perlahan. Matanya langsung tertuju pada cewek yang tengah terbaring disana dengan mata yang terpejam.

Cowok itu perlahan berjalan mendekat, lalu duduk dikursi yang ada disebelah kasur. Menatap wajah Nary yang nampak sangat pucat. Bibir merah alaminya sedikit pucat, dan ada beberapa bulir keringat yang berada di pelipis dan keningnya.

Asta menarik tisu dari tempatnya yang berada di atas nakas lalu melap keringat Nary. Masih memandang lekat wajah Nary hingga kelopak mata indah itu perlahan terbuka.

"Lho? Kakak?" Celetuk Nary dengan suara yang serak, sedikit terserentak ketika matanya secara jelas menangkap sosok yang sedang duduk disampingnya.

Nary perlahan bangun dari baringnya dan memilih duduk. Sedangkan Asta hanya terdiam menatap gadis itu.

"Kenapa sakit?"

Nary mengulum bibirnya alih-alih menjawab. Lebih tepatnya, enggan menjawab.

"Tadi pagi sarapan?" Nary menggeleng kaku setelah beberapa saat mendiami pertanyaan tersebut.

Terdiam cukup lama, perlahan Nary menatap Asta yang ternyata masih menatapnya. Hal itu membuat gadis itu gelagapan menatap ke arah lain.

"Mmm.... Kakak mau disini terus?" Nary melirik Asta, "....udah bel masuk." Ujarnya dengan volume suara yang sedikit mengecil diakhir kalimat.

Didengarnya cowok itu menghela napas kecil, membuat Nary segera menatapnya. Asta bersandar pada sandaran kursi dengan tangan yang dilipat didada.

"Kenapa gak bilang kalo lagi sakit?"

"Hn?" Alis Nary terangkat satu, "..ohh, pusingnya baru kerasa." Cewek itu memilih menunduk. Memainkan ujung selimut, mencari kerjaan karena Asta sedari tadi terus menatapnya intens.

"Pulang."

"Eh?"

Asta mencondongkan punggungnya kedepan, menumpukan kedua siku tangannya di atas pahanya. "Gue udah ijinin lo di kelas dan kepala sekolah." Cowok itu bangkit, mengambil tas Nary yang tergeletak di bawah.

Sedikit kaget mendengar perkataan Asta, Nary membeo, "Sampe ijin ke kepsek?"

Nary menyibak selimut yang digunakannya lalu perlahan menurunkan kedua kakinya. Saat hendak mengambil sepatunya, Asta terlebih dahulu mengambilnya lalu berjongkok. Perlahan memakaikan sepatu ke kaki Nary yang sedari tadi duduk dipinggir tempat tidur yang hanya menggunakan kaus kaki. Setelahnya, Nary dibantu Asta turun dari kasur kecil itu dan pergi dari sana setelah merapikan selimut dan menegur Mbak Winda dan siswi petugas PMR saat keluarㅡwalau hanya Nary yang menegur.

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now