ASTA'S | 39

99.5K 5.9K 37
                                    

Pemuda yang menggunakan seragam putih abu-abu itu membuka pintu lalu melangkah masuk dengan senyuman yang lebar.

Ditangan kanannya memegang sebuah piala berukuran sedang yang menjadi alasan mengapa dia terus tersenyum.

"Papa ..." Panggilnya sembari menyimpan tasnya di sofa ruang tamu.

Dia menatap kesegala arah. Lalu pandangannya terkunci pada sosok yang tengah duduk di sebuah kursi dekat kolam renang. Pemuda itu tersenyum jahil. Ia mulai mengendap-ngendap mendekati seseorang yang posisinya tengah memunggunginya. Ketika pemuda itu tepat berdiri dibelakangnya, suara seseorang menghancurkan niatnya.

"Kakak ngapain?"

Pemuda itu menoleh. Tak hanya pemuda itu saja, tetapi seseorang yang tengah duduk dengan macbook di pangkuannya ikut menoleh kearah suara.

"Asta! Kamu hancurin rencana kakak tau!" Ujar pemuda itu kesal.

Seseorang yang duduk itu menoleh kebelakang. "Andre, kamu ngerencanain apa lagi, hm?" Tanyanya membuat Andre menyengir sambil menggaruk tengkuknya.

Andre duduk di sebelah seseorang itu dengan kedua tangan yang berada di belakang punggung. "Pah, coba tebak aku bawa apa?"

Eric mengangkat satu alisnya, "Apa?"

Mendengar reaksi Eric yang sama sekali tak tertarik, Andre merengut lalu mengeluarkan sesuatu yang disembunyikannya. "Aku menang olimpiade sains." Katanya sudah tak bersemangat sambil mengulurkan piala.

Eric tersenyum. "Bagus."

Asta yang sedari tadi melihat interaksi kedua orang itu mendekat sambil mengerjapkan matanya pelan. Ditatapnya piala yang masih berada di tangan Andre dengan tatapan berbinar.

"Ini kakak punya?"

Dengan senyuman bangga, Andre mengangguk mengiyakan. "Kamu mau pegang?" Tanyanya membuat Asta langsung menatapnya kaget.

"Beneran? Asta boleh megang?" Tanya Asta sedikit menggebu.

Andre terkekeh melihat mata Asta yang mengkilat-kilat. Ia mengangguk lalu memberikan pialanya pada Asta. Dengan hati-hati Asta memegangnya sembari bergumam kagum.

"Kamu sudah punya rencana setelah lulus SMA?" Tanya Eric yang sedari tadi hanya memerhatikan interaksi kedua anaknya.

Andre yang tadinya menggeleng-geleng melihat tingkah Asta menoleh menatap sang Ayah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil menatap ke arah kolam dihadapannya.

"Aku mau jadi dokter." Katanya lalu kemudian melirik Eric. "Ga pa-pa, 'kan?"

"Kamu yakin? Kalo kamu mau, kamu bisa ngambil alih perusahaan Papa." Kata Eric membuat Andre tersenyum tipis.

"Aku yakin. Maaf ya, Pah. Aku ga bisa nerusin Papa." Kata Andre sedikit menyesal karena tak bisa mengikuti kemauan Eric.

Eric tersenyum lalu memegang pundak Andre singkat. Hal itu membuat Andre langsung menoleh kearahnya. "Ga pa-pa. Papa punya dua anak. Kalo kamu ga mau, Papa bisa memberikan posisi Papa untuk Asta."

Senyuman Andre merekah tatkala mendengar perkataan Eric. Ia langsung memeluk Papanya dengan semangat. "Makasih Pah! Makasih udah setuju sama pilihan Andre."

Eric mengangguk sambil menepuk-nepuk punggung Andre. Entah kenapa ia sangat senang melihat anaknya tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Andre melepaskan pelukannya. Ia menatap Asta yang sedari terus mengagumi pialanya lalu terkekeh pelan. "Asta. Kamu mau liat piala kakak yang lain?" Tanyanya membuat Asta yang mendengar itu langsung mengangkat piala yang dipegangnya.

ASTA'S ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin