ASTA'S | 16

178K 10.4K 31
                                    

Suara yang gaduh terdengar dari jauh. Sebuah kelas yang mendapat kabar jika guru yang akan mengajar pada jam tersebut sedang berhalangan langsung bersorak sorai dan melakukan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang membaca buku, tidur, hingga membuat kelompok untuk bercerita.

Semua siswa yang ada di kelas itu berwajah cerah. Karena setidaknya dua jam untuk hari ini mereka free class. Ketua kelas yang sedari tadi berteriak agar tidak gaduh diabaikan oleh penduduk kelas itu. Membuat ketua kelas hanya menghela napas lalu duduk di tempatnya dan meratapi kelas yang ramai layaknya pasar.

Disudut kelas, ke-empat gadis itu saling bertatapan. Beberapa diantaranya mengernyit dan beberapa diantara memekik gembira.

Salah satu gadis itu mengambil pensil lalu menggaris huruf-huruf untuk menyambungkan yang membentuk sebuah kata secara horizontal dan vertikal. SOS.

"Kan! Elo sih mau nantang gue. Skor gue berapa, Ki?" Gadis itu tersenyum miring lalu menoleh ke seseorang berada disebelahnya. "Skor lo sepuluh. Kalo Isil, tujuh." Kata Kiala sambil membaca sebuah kertas yang gunakan untuk menulis skor permainan.

Nary menyandarkan punggungnya disandaran kursi sambil melipat kedua tangannya. Ia mengangkat tangan kanannya, melihat jari-jarinya yang ia tekuk, lalu meniupnya. Gadis itu melirik Isil didepannya yang kini mendengus kesal.

"Asal lo tau ya, gue tuh sengaja naroh O-nya dideket situ." Ucap Isil sambil memutar bola matanya. "Gue kira lo gak sepintar itu main ginian."

Kedua sudut bibir Nary tertarik, "Jadi? Masih ingetkan janjinya?"

Isil lagi-lagi mendengus sambil membuang muka. "Iya, iya."

Ayle menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis melihat sahabat-sahabatnya itu. Tetapi beberapa detik kemudian menepuk tangannya heboh ketika mengingat sesuatu. "Gue punya info nih."

Kiala melirik Ayle sambil menaikan satu alisnya. "Apaan?"

Senyuman terbit dibibir Ayle. Ia mencondongkan tubuhnya mendekat. "Tadi 'kan gue lewat mading kan yah. Nah disana ada info. Katanya akan diadakan pensi sebentar lagi. Dan lo pada tau gak yang lebih menarik dari itu?"

Mendapati gelengan dari sahabat-sahabatnya, Ayle kembali berceletuk. "Ada pertunjukan modern dance!"

Hening sejenak ditempat itu. Seketika Nary, Isil dan Kiala langsung terbelalak. "Hee? Beneran?!"

Ayle mengangguk semangat. "Tahun lalu 'kan gak ada modern dance-nya tuh. Gimana kalo kali ini kita ikut? Soalnya kelas sebelah ada nanya mau gabung sama mereka buat kolab atau enggak."

"Jarang-jarang nih. Yok lah ikut." Seru Isil semangat.

"Emang lo pada bisa dance?" Pertanyaan Nary membuat semuanya terdiam. "Bukannya mau jatuhin keinginan kalian. Tapikan kita gak ikut ekskul modern dance, masa kita langsung masuk-masuk aja?"

"Gue udah duga kalo lo bakal ngomong gitu. Tenang Ry, yang ajakin kita itu ketua klub modern dance kok. Katanya mereka kurang empat orang lagi. Pas kan kalo kita berempat masuk? Cuman buat pensi doang kok." Jelas Ayle membuat Nary mengangguk-angguk.

"Kalo kalian semua mau ikut, gue mah bisa apa." Nary mengidikkan bahunya. Tiba-tiba Ayle langsung merangkulnya senang. "Lo emang the best lah Ry!"

Dehaman terdengar beberapa kali membuat Ayle dan Nary menatap Isil dan Kiara yang kini berdeham. "Seenggaknya jangan lupakan kami-lah."

Ayle menyengir. "Kita semua the best!"

***

Langkah Asta terhenti ketika seseorang berdiri didepannya. Seorang gadis dengan kulit putih, berambut cokelat sebahu, dengan mata berwarna hitam pekat yang menatapnya dengan seluas senyuman manis.

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now