ASTA'S | 41

100K 6.3K 165
                                    

Hari ini Nary seperti biasa datang ke sekolah. Tetapi bedanya, saat ia datang bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Tak cuma itu, Isil pun datang bersamaan dengan dirinya yang baru saja turun dari motor milik Asta.

Setelah mendapatkan ijin Asta untuk pergi ke kelas bersama Isil, Nary berjalan bersama Isil menuju kelas sembari bercerita ria.

"Ry, kira-kira Kiala bakal maafin gue ga sih? Dia udah seminggu marah sama gue." Kata Isil sambil mengerucutkan bibirnya.

Nary menghela napasnya pelan begitu Isil kembali membahas masalah itu. "Pasti maafin kok."

Sekarang keduanya sudah berada didepan pintu kelas. Tetapi ada yang berbeda. Jika biasanya pintu kelas terbuka lebar, kini pintu kelas tertutup rapat.

"Apa guru udah masuk ya?" Tanya Nary sambil melirik Isil.

Isil dengan cepat melirik jam tangannya lalu menggeleng pelan. "Ga mungkinlah. Bel masuk baru bunyi 3 menit yang lalu."

"Yaudah, kalo gitu coba lo ketuk pintunya deh." Saran Nary membuat Isil mengangguk-ngangguk.

Tok tok tok

Isil mengetuk pintu kelas selama beberapa kali. Tetapi sayangnya tak ada suara yang menyahut sama sekali. Bahkan jika Isil dan Nary memasang telinga mereka dengan saksama, didalam kelas sangat hening. Tak ada sebuah suara pun yang menghiasi kelas seperti biasa.

Nary dan Isil saling bertatapan. Lalu perlahan Isil membuka pintu kelas, dan Nary langsung mendorong pintu kelas hingga terbuka lebar.

Tiba-tiba Isil dan Nary tertegun. Dilihatnya seluruh teman sekelasnya berkumpul dengan topi kerucut warna warni yang berada di atas kepala mereka. Senyuman menghiasi bibir mereka semua. Dan diantara teman-teman sekelasnya itu, terdapat Kiala dan Ayle yang memegang kue tart dengan lilin berbentuk 17 tahun yang menyala diatasnya.

"HAPPY SWEET SEVENTEEN, ISIL!" Teriak semuanya secara bersamaan.

Isil menutup mulutnya menggunakan tangan. Matanya membulat, menatap pemandangan didepannya tak percaya. Disampingnya, Nary pun sama terkejutnya dengan Isil. Bagaimana tidak jika mereka semua mempersiapkan semua ini tanpa memberitahunya.

Kiala dan Ayle berjalan mendekat. Menatap Isil dengan senyuman lebar. "Ayo tiup lilinnya."

"Kiala ..."

"Make a wish dulu dong." Tambah Kiala membuat Isil mengangguk lalu mengatupkan kedua telapak tangannya didepan dada dengan mata yang terpejam. Beberapa detik kemudian Isil membuka matanya lalu meniup lilin tersebut. Teman-temannya yang menyaksikan itu pun langsung menepuk tangannya heboh. Kini kelas nampak bising karena celetukan-celetukan yang menggoda dan ucapkan selamat untuk Isil.

Isil mengambil kue yang sedari tadi dipegang Kiala, menyimpannya diatas meja yang berada didekatnya, lalu dengan cepat memeluk Kiala. Membuat Kiala yang belum siap sedikit terhuyung karenanya.

"Lo kenapa?" Tanya Kiala sambil menepuk punggung Isil pelan.

Isil menggeleng pelan. Beberapa menit kemudian Isil menarik dirinya, memberi sedikit jarak agar bisa menatap Kiala. "Gue kira lo masih marah sama gue."

Mendengar itu, Kiala terbahak. "Gue marah sama lo cuma karena cowok? Plis deh, Sil. Gue ga sebucin itu."

"Jadi lo dari kemaren ga marah?" Tanya Isil bingung.

"Ya enggak lah. Em, emang awalnya kecewa sih. Cuma beberapa jam kok setelah Filo nolak gue. Ya gue emang udah tau gimana hasilnya. Tapi gue ga nyalahin lo kok. Gue gunain masalah itu buat ngerjain lo aja." Jelas Kiala lalu menyengir lebar.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang