ASTA'S | 6

200K 14.8K 227
                                    

Nary celengak-celinguk memerhatikan sekitarnya. Ia mengintip halaman parkiran yang sudah sepi sejak tadi. Tak melihat tanda-tanda orang yang dihindarinya berada disana, Nary berlari kecil meninggalkan sekolah yang sudah sepi sejak 30 menit lalu.

Langkah Nary terhenti di halte dekat sekolah. Masih memandang sekitarnya was-was, takut akan keberadaan Asta yang sedang dihindarinya.

Nary seperti ini karena punya alasan. Ya, walaupun alasan yang klise, tapi tetap saja alasan. Nary masih takut bertemu Asta. Dia masih belum siap. Kata sahabat-sahabatnya, cowok itu tidak akan membiarkan orang lain mengatainya seperti itu. Dan dengan beraninya Nary mengatakan 'nyebelin'?

Nary sedikit gusar sekarang. Memikirkan hal itu membuatnya panik seketika. Bahkan dia sempat mendengar kalau cowok itu tak segan-segan memukul orang lain hingga tak berdaya. Satu kata yang melintas di benaknya ketika mendengar itu. Menakutkan.

"Mana sih angkotnya? Kok ga lewat-lewat ya?" Gumam Nary pelan.

Nary menatap jam tangannya lalu kembali menoleh kiri dan kanan. Kenapa tak ada angkutan umum yang lewat? Oh ayolah, Nary sudah lelah sekarang.

Saat masih menunggu, beberapa motor berhenti didepan Nary membuat gadis itu menautkan kedua alisnya. Pengendara motor itu membuka helmnya sambil menatap Nary yang kini menatap mereka dengan kening yang berkerut. Perlahan Nary melihat mereka semua sambil menghitung dalam hati. Mereka berjumlah lima orang. Dan dari seragam yang digunakan, mereka bukanlah siswa SMA Xavier.

"Ver, cewek ini nih maksud lo?" Ujar seorang dari mereka yang dibalas anggukan oleh cowok yang kini turun dari motornya.

Cowok yang memakai jaket denim itu mendekat kearah Nary. "Lo ceweknya Asta kan?" Hardiknya sambil bersedekap.

"Kalian siapa ya?" Tanya Nary hati-hati.

"Jawab! Bukannya nanya balik." Kata cowok itu membuat Nary sedikit berjengit kaget karena mendengar nada bentakan dalam kalimat itu.

"I-iya sih. Tapi belum resmi jadian kok." Nada suara Nary sedikit gemetar. Ia takut terhadap cowok-cowok dihadapannya.

Cowok-cowok lain yang masih anteng diatas motor mereka berceletuk. "Wih, manteb juga info dari Radit."

Nary yang mendengar itu sedikit kaget karena pasalnya cowok itu menyebutkan nama kakak kelasnya yang menakutkan itu. Otak Nary perlahan bekerja. Ia mulai mengambil kesimpulan dari perkataan cowok itu. Jadi, mereka datang mencarinya karena mendapat informasi dari Radit? Tapi kenapa? Apa masalahnya?

"Kalian perlu apa?"

Cowok yang berada dihadapan Nary berjalan mengitari Nary sambil menggosok kedua telapak tangannya. "Gak ada alasan khusus sih kita-kita dateng kesini. Hanya mau sedikit bersenang-senang sama miliknya Asta doang." Cowok itu menghentikan langkahnya di hadapan Nary. Senyuman sarkasnya membuat Nary bergedik ngeri.

"Gue gak punya masalah sama kalian."

"Milik Asta, milik gue juga pastinya." Katanya sambil berjalan mendekati Nary. Sedangkan Nary hanya bisa meringsut mundur melihat hal itu. Teman-teman cowok itu yang sedari tadi menyimak langsung bersorak ria sambil bersiul.

"Jauhin gue." Titah Nary yang tak di indahkan cowok itu.

"Kenapa? Asta bisa miliki lo. Kenapa gue enggak?"

"Karena lo gak berhak."

Langkah cowok itu terhenti. Dia menoleh mencari sumber suara yang mengintrupsi pembicaraan antara dirinya dengan Nary. Mendapati siapa orang itu, cowok itu tersenyum sinis.

"Bro, akhirnya pahlawan kita datang." Cowok itu melirik teman-temannya yang kini turun dari motor mereka.

Nary terbelalak kaget melihat kehadiran orang itu.

ASTA'S ✓Where stories live. Discover now