3 - "Cockroaches"

12.1K 2.1K 64
                                    

Jihye bangun pagi-pagi sekali ketika mencium aroma roti panggang dari arah dapur. Langsung saja ia menuju ke sumber bau sedap tersebut dan menemukan ahjumma sedang memasak di sana.

"Selamat pagi, ahjumma." sapa Jihye dengan riang.

"Selamat pagi, Nona Son. Bagaimana malam pertamamu di sini?" tanya ahjumma tanpa menoleh, sepertinya ia tengah sibuk melakukan rutinitas memasaknya di pagi hari.

Jihye bergidik ngeri ketika mendengar kata "malam pertama". Sungguh, bukan pemilihan kata yang bagus menurutnya.

"Cukup doakan aku agar aku betah di sini." ucap Jihye sembari tersenyum. "Baiklah, aku akan membangunkan Si Bocah Nakal itu." lanjutnya dengan gumaman kecil.

"Tunggu! Maksudmu, kau akan membangunkan Jackson?" tanya ahjumma, terlihat sekali wajahnya berubah menjadi panik.

"Ya ... memang siapa lagi yang nakal kalau bukan dia?"

"Tidak, kau tidak boleh membangunkan anak itu." cegah ahjumma.

"Hah?"

"Nona Son, Tuan Park tidak akan suka jika Jackson bangun tidur sebelum ia berangkat."

Jihye menatap ahjumma dengan wajah kepercayaan. Sungguh, adakah ayah yang seperti itu?

"Ah, itu karena Tuan Park ingin agar anaknya punya lebih banyak waktu tidur. Kau tahu, kan, kegiatan Jackson padat sekali di hari libur?" sambung ahjumma dengan buru-buru. Jihye yang enggan bertanya, hanya mampu memanggut-manggutkan kepala pertanda setuju.

Sementara itu, ahjumma pergi meninggalkan dapur untuk beberapa saat dan Jihye bertugas untuk melanjutkan sedikit pekerjaan wanita paruh baya yang belum selesai itu.

Jihye berdendang kecil ketika mengiris potongan daging merah yang masih mentah, kemudian ia melumurinya dengan minyak sayur. Setelah itu, barulah Jihye memasukkan daging tersebut ke dalam wajan yang sudah berisi kuah berwarna cokelat muda.

"Nona Son," panggil ahjumma.

Jihye langsung menoleh. "Ya?"

"Sepertinya Tuan Park sudah berangkat ke luar kota jam tiga pagi tadi." kata ahjumma.

Jihye membukatkan mata hazel miliknya. "Sungguh? Lalu ... apa yang harus kita lakukan?"

"Hm ... tidak ada. Kau hanya perlu menjalankan tugasmu dengan baik. Kalau begitu sekarang kau bisa membangunkan Jackson, biar aku yang melanjutkan memasak."

Jihye menangguk setuju, kemudian ia melangkah ke lantai dua untuk membangunkan Jackson. Sesampainya ia di lantai dua, ia mengetuk dengan perlahan pintu kamar tersebut.

"Jackson, bangunlah!" teriaknya dari luar kamar. Sayangnya, tak ada jawaban dari dalam.

Tok! Tok! Tok!

Jihye mengetuk kembali. "Hei, bangunlah! Kurasa hari ini jadwalmu padat, jadi ayo bangun!"

Namun, tak kunjung ada jawaban dari Jackson.

"Ya (hei), Bocah! Bangunlah sebelum aku mendobrak pintumu!" ucap Jihye dengan ketus. Ia paling tidak suka membangunkan orang yang tukang molor, tak peduli meskipun anak itu masih kecil atau tidak. Jihye memang gadis yang aneh. Dan ... lagi-lagi tak ada jawaban dari dalam.

Jihye pun menghentakkan kakinya dengan keras seraya mendengus, gadis itu mengatakan sumpah serapah dalam hati karena saking sebalnya. Lama-lama, ia tidak yakin bahwa ia menyukai pekerjaan barunya.

Tiba-tiba, Jihye merasa seperti ada sesuatu yang menggelitik kakinya, ia pun menoleh ke arah bawah dan mendapati seekor kecoa tengah hinggap ke sana kemari di punggung kakinya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!" jerit Jihye dengan kencang, ia tidak dapat mengerem mulutnya sedikit pun. Gadis itu jatuh terduduk saking takutnya bahkan ia sampai menangis.

"Hahahahahaha."

Akan tetapi, sayup-sayup terdengar suara tawa lepas dari dalam kamar Jackson. Dan selanjutnya, kepala Jackson muncul dari balik pintu kamarnya.

"Selamat pagi, Noona!" sapa bocah itu dengan riang, wajahnya terlihat bak malaikat tak berdosa.

Jihye menatap wajah Jackson dengan penuh kebencian. "Beraninya kau!"

Jackson duduk di atas lantai untuk mengikuti Jihye yang masih terduduk karena jatuh tadi. "Kau kenapa, Noona? Aku kan hanya menunjukkan mainan kecoa milikku saja."

Jihye lagi-lagi mendengus. Ia sudah siap untuk mengeluarkan kata-kata kasar dari dalam mulutnya, akan tetapi, ahjumma keburu datang menghampiri mereka.

"Nona Son, ada apa? Kudengar kau berteriak kencang sekali." kata ahjumma dengan panik, bahkan napasnya terdengar tersengkal-sengkal.

Jihye bangkit, lalu ia menghapus air matanya, kemudian ia merapikan bajunya. "Aku tidak apa-apa, ahjumma. Tapi untuk hari ini, tolong, biarkan aku yang melakukan pekerjaan rumah, jadi ahjumma saja yang memandikan Jackson."

Ahjumma ingin bertanya sebenarnya apa yang telah terjadi, namun melihat wajah Jihye yang merah padam, membuat dirinya lebih memilih untuk bungkam. Bertanya pada situasi seperti ini justru akan memperburuk suasana. Akhirnya, ahjumma mengangguk setuju, lalu membiarkan Jihye untuk turun ke lantai bawah.

Setelah Jihye benar-benar pergi, barulah ahjumma menatap wajah Jackson. "Apa yang telah kau lakukan, Tuan Muda?" tanyanya dengan sopan.

Jackson turut menatap wajah ahjumma dengan tampang polosnya. "Aku tidak melakukan apa-apa. Aku cuma mau menunjukkan mainan baruku, tapi ia malah menangis. Cengeng sekali,"

Ahjumma menghelai napas panjang. Rupanya, tingkah nakal Jackson dari hari ke hari kian parah.

"Tuan, kau tidak boleh seperti itu." ucap ahjumma dengan lembut.

"Sudahlah. Aku mau mandi. Tolong mandikan aku, ahjumma!" kata Jackson dengan cuek, ia segera berlalu dari sana, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Ahjumma hanya mampu menggeleng-geleng lemah.

Sementara itu, Jihye mendudukkan dirinya di kursi yang berada dalam dapur seraya menenggelamkan wajahnya pada telapak tangan. Oh, ayolah, Jihye juga seorang wanita dan yang ia hapal betul adalah fakta bahwa sebagian besar wanita takut pada kecoa, begitupula dirinya. Meskipun hanya berhadapan dengan kecoa mainan, tetap saja gadis Son itu terkejut bukan kepalang melihat replika hewan tersebut menari-nari di atas punggung kakinya. Sungguh menggelikan!

Namun, Jihye tidak mau berlama-lama dengan rasa terkejutnya. Bagaimana pun juga, ia sendiri yang meminta pada ahjumma bahwa dirinyalah yang akan melanjutkan pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Jihye langsung meraih kemoceng dan penyedot debu untuk membersihkan rumah.

Ruangan pertama yang gadis itu tuju adalah ruang keluarga. Dengan telaten, Jihye membersihkan lantai dan sofa, tak lupa meja serta bingkai-bingkai kecil yang bertengger dengan rapi pada sebuah meja panjang yang terletak di salah satu sudut ruangan.

Ketika Jihye mengelap salah satu kaca bingkai, tanpa sengaja ia melihat foto Jackson bersama Tuan Park. Wajah keduanya tampak bahagia dan mereka terlihat begitu serasi. Tuan Park nampak lebih tampan berkali-kali lipat dengan senyuman lebar itu. Sementara Jackson, bocah tersebut terlihat begitu menggemaskan. Jihye mengedarkan pandangannya pada foto-foto yang lain. Sayangnya, ia tidak menemukan foto mantan istri dari Tuan Park. Sebenarnya, Jihye penasaran, seperti apa sosok wanita yang bersedia menikah dengan Tuan Park.

"Jihye, ayo sarapan dulu." suara ahjumma mengangetkan Jihye, sehingga gadis itu meletakkan kembali bingkai foto tersebut, lalu meninggalkannya di atas meja.

"Ya, ahjumma." jawab Jihye.

***

Tbc

Votement nya dong bebs

Ex-Idol & Me [PCY]✔Where stories live. Discover now