34 - "If You Can't Let Her Go"

6.6K 1.3K 121
                                    

***

Malam berikutnya terasa sunyi. Hujan deras membasahi taman dan seluruh pekarangan di kediaman Park Chanyeol. Tak hanya huja deras, petir juga menyambar bersahut-sahutan, hingga membuat Son Jihye tidak bisa tidur.

Sudah dua hari tempat ini terasa sepi dan suram. Rumah yang luasnya bak istana hanya ditempati oleh tiga orang saja, sebab sang pemilik rumah ini tak kunjung pulang selepas bertemu dengan mantan istrinya.

Malam ini terasa dingin. Sebuah penghangat ruangan berukuran besar di ruang keluarga tak kunjung membuat Son Jihye merasa hangat. Bukan, ia tidak sedang memikirkan bagaimana dinginnya suhu di luar, namun ada suatu yang lebih dingin di dalam dirinya.

Jihye beranjak keluar kamar untuk mengambil segelas air putih. Sungguh, ini sangat menganggangu pikirannya sendiri sampai-sampai ia tak bisa tidur. Padahal, satu jam yang lalu ketika ia menidurkan Jackson seperti biasanya, gadis itu mulai merasa mengantuk. Namun begitu mendengar suara hujan yang berisik, justru membuat dirinya terjaga di tengah malam.

Jihye menuangkan air putih ke dalam gelas kosong di pantry, kemudian meminumnya hingga tandas. Namun tiba-tiba, Jihye merasa ada orang yang tengah memperhatikannya dari arah belakang. Sontak, gadis muda itu langsung menoleh dan mendapati Park Chanyeol yang datang dengan kondisi basah kuyup.

Jika saja Jihye mencoba untuk sedikit tidak egois saja, maka ia pasti langsung mendekap tubuh pria itu, tak peduli jika bajunya akan ikut basah terkena tetesan air. Namun sayangnya, Jihye masih mengingat bagaimana menyakitkannya terakhir kali ia bertemu dengan pria Park itu, gadis Son akhirnya memilih untuk menghindar seolah tidak melihat keberadaan Chanyeol di sana.

Chanyeol sendiri tahu ia salah karena meninggalkan Jihye tanpa bertanya apa pun, ia sendiri paham bagaimana perasaan Jihye. Sungguh, di sini bukan sekedar Jihye atau pun Yejin yang merasa sakit, Park Chanyeol juga merasakan hal tersebut.

Seolah tak ingin membiarkan gadis itu menghilang dari hadapannya, Chanyeol langsung menarik tangan Jihye dan menghimpit tubuh gadis itu pada ujung pantry.

"Dengarkan penjelasanku dulu. Jangan membuat kesimpulan sesuka hatimu." ucap Chanyeol dengan dingin. Ia yakin bahwa akan terjadi pertengkaran seperti ini antara dirinya dan Jihye.

Jihye memutar bola matanya dengan malas, "Apa lagi yang kau ingin jelaskan? Kau tidak bisa melupakan Seo Yejin, hm?" balas Jihye dengan sarkastik.

Chanyeol semakin menghimpit tubuh Jihye, kemudian ia menghalangi pergerakan gadis tersebut dengan mengunci tubuh Jihye menggunakan kedua lengannya yang kekar.

Jihye berdecih, "Aku benar, kan?" gadis itu memberi jeda, "Tolong jangan jadikan aku mainanmu. Aku juga punya hati."

"Mainan? Jadi kau anggap selama ini aku hanya menjadikanmu mainan?!"

"Kau sendiri yang meninggalkanku dan memilih untuk bermalam dengan Yejin. Menurutmu, bagaimana perasaanku ketika kau menciumnya di depan mataku?!" kata Jihye dengan suara parau. Jika saja tidak hujan, mungkin suara pertengkaran mereka bisa terdengar hingga lantai dua.

Chanyeol tertunduk lesu. "Itu tidak seperti yang kau bayangkan..."

Jihye mendorong sedikit tubuh Chanyeol guna memberi ruang untuk dirinya sendiri. Berada dekat pria bermarga Park itu justru membuat hatinya kian perih.

"Tapi, mataku melihat sendiri semuanya." Jihye menghela napas. Air matanya bak siap meluncur sesegera mungkin. "Kau masih mencintai..."

"Aku selalu mencintaimu, Jihye. Mau sampai berapa kali kau mendengar pernyataanku? Haruskah aku membuktikannya padamu?" potong Chanyeol, menatap mata Jihye dengan penuh harap.

Drttt!

Ponsel Chanyeol bergetar, kemudian pria itu menghentikan ucapannya. Selanjutnya, ia meraih ponsel dan menatap layar untuk melihat siapa yang menghubunginya di larut malam seperti ini.

Tanpa sengaja, Jihye juga turut melihat siapa sosok yang menghubungi Chanyeol, dan pada layar ponsel itu terpampang dengan jelas nama "Yejin" di sana.

Jihye turun dari pantry, kemudian menatap Chanyeol dengan dingin. "Jika kau masih belum bisa melupakannya, tolong jangan memberi harapan."

Gadis itu langsung melangkah menuju kamar dan membanting pintu kamarnya sebelum ia menguncinya.

Sementara Chanyeol mengerang, lalu berdecak sebal. Mengapa Yejin selalu hadir di saat waktu yang tidak tepat? Chanyeol pun menjauh dari arah dapur, kemudian mengangkat panggilan dari Yejin.

"Apa lagi, hah?!" ucap Chanyeol dengan kasar.

"Kenapa kau marah padaku, Yeol? Aku hanya mau memastikan kau baik-baik saja." jawab Yejin dengan nada tidak bersalah sama sekali.

"Kau tidak perlu memastikan keadaanku. Berhentilah menghubungiku, Yejin."

"Mengapa harus demikian? Aku ingin mendengar suaramu sebelum tertidur,"

"Berhentilah bergurau! Kau membuatku semakin jengah dengan sikapmu! Aku akan segera menutup teleponnya."

"Tidak! Jika kau menutupnya, maka aku akan bunuh diri di sini!" teriak Yejin, hingga membuat Chanyeol semakin frustasi.

"Baiklah! Kau sungguh konyol! Apa lagi yang kau inginkan dariku?!"

"Kembalilah malam ini lagi ke rumahku."

"Kau gila, ya?! Aku sudah menemanimu selama dua malam, apa tak cukup?!"

"Tidak. Cepatlah, atau kau akan menyesal, Yeol."

Pip!

Chanyeol menendang kaki meja dengan penuh amarah. Yejin si wanita polos itu berubah total menjadi sosok yang teramat mengerikan. Dengan langkah penuh sejuta amarah yang meletup-letup, Chanyeol keluar dari rumah, kemudian membanting pintu dengan kasar. Saking kasarnya, Jihye sampai bisa mendengar suara pintu memenuhi seluruh isi ruangan.

Chanyeol memacu mobilnya dengan kecepatan penuh seperti orang gila. Yang ia ingin lakukan hanyalah menyelesaikan urusannya dengan Yejin, setelah itu ia memastikan bahwa tak akan pernah bertemu dengan wanita yang pernah meninggalkan dirinya tersebut dalam keterpurukan.

"Sungguh, kau gila, Yejin. Kau menghancurkanku perlahan-lahan." desis Chanyeol seraya membanting stir mobilnya.

***

Tbc

Votement-nya ya ^^

Ex-Idol & Me [PCY]✔Where stories live. Discover now