28 - "Bipolar"

7.6K 1.4K 33
                                    

Seo Yena tak mampu menahan air mata yang mengalir ketika ia baru saja bertemu dengan dokter pribadinya.

Beberapa menit yang lalu, dokter wanita tersebut mengatakan bahwa Yejin, kakak kandungnya sendiri mengidap gangguan bipolar I. Sungguh, fakta ini begitu mengejutkan, sekaligus tidak mengherankan.

Yena terkejut karena baru kali ini ada anggota keluarganya yang mengidap gangguan seperti itu. Namun di sisi lain, Yena sudah menduga bahwa Yejin bisa saja mengidap bipolar karena kebiasaan aneh yang ia lakukan.

Penjelasan dokter soal bipolar cukup panjang. Namun yang jelas, ada beberapa poin yang bisa Yena tangkap dari apa yang ia dengar. Pertama, gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti. Kedua, Yejin dinyatakan mengidap bipolar I karena wanita itu lebih sering dalam 'episode' atau 'fase' mania. Terbukti dari tindakan Yejin yang kerap kali bahagia berlebihan, menghamburkan uang, sulit tidur, dan mudah tersinggung. Selain itu, Yejin punya kebiasaan bahwa jika ia sedang dalam kondisi hati yang buruk, maka wanita aku akan mengkonsumsi wine, soju, vodka, apa pun yang berbau alkohol dalam jumlah banyak. Namun, selang beberapa saat kemudian, sifat Yejin bisa tiba-tiba berubah menjadi murung, pendiam, dan tidak percaya diri. Poin yang terakhir adalah fakta bahwa Yena sendiri tidak akan pernah membiarkan Yejin mengetahui bahwa kakaknya tersebut mengidap bipolar.

Yejin keluar dari dalam kamarnya dengan langkah congkak. Jika Yena memperhatikan, bisa saja Yejin sedang dalam 'episode' mania.

"Kenapa kau menyuruh orang berjas putih itu menemuiku, hm?" tanya Yejin, lalu wanita tersebut duduk dengan anggun di atas sofa.

Yena mencibir, "Jangan menggunakan bahasa yang sulit, dia adalah dokter."

Yejin memutar bola matanya dengan malas. "Oke, oke. Anggap saja dia dokter. Tapi kenapa dia bertanya banyak hal padaku? Aku lelah menjawabnya."

"Yejin, ikuti saja apa yang dikatakan olehnya."

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Yena menghembuskan napas dengan pasrah. Yejin itu cukup keras kepala.

"Tidak, kau harus menurut padanya."

Yejin bangkit dari posisi duduk, lalu menatap Yena dengan tajam. "Mengapa harus?! Bagaimana jika aku tidak mau? Kau membuatku merasa bahwa aku ini seperti orang depresi!"

"Apa? Aku tidak bilang begitu. Aku hanya ingin kau menurut saja." sergah Yena. Namun sepertinya, sudah terlambat. Yejin meraih vas bunga yang tak jauh dari tempat ia berdiri, kemudian memposisikan vas bunga tersebut seolah hendak melemparnya ke arah Yena.

Yena merasa napasnya tercekat. Ia tahu pasti bahwa Yejin sedang dalam 'episode' mania, sehingga akan sulit untuk mengontrol suasana hati Yejin agar wanita tersebut tidak melakukan hal-hal gila di luar jangkauannya.

"Ye ... Yejin, kau tidak akan melempar vas itu, kan?" tanya Yena hati-hati. Gadis itu berjalan mundur beberapa langkah, kemudian mencoba menjulurkan tangannya dengan hati-hati agar Yejin tidak melempar vas kaca tersebut secara tiba-tiba.

Yejin menatap Yena dengan tatapan benci. Terlihat sekali dari matanya yang berubah menjadi kemerahan bak menahan amarah.

"Aku kecewa kau membuat diriku merasa seperti orang gila." ucap Yejin dengan lirih. Selanjutnya, wanita itu malah menangis tersedu-sedu, kemudian ia meletakkan kembali vas kaca pada tempatnya.

Yena menjadi iba, kemudian ia mendekat ke arah Yejin.

"Yejin, maafkan aku." ujar Yena pelan. Namun, Yejin secara spontan mengambil kembali vas tersebut, lalu melemparnya dengan kencang ke arah kaki Yena.

"AKU BUKAN ORANG GILA!!!" teriak Yejin kencang, suaranya menggelegar hingga membuat kuping siapa pun yang mendengarnya terasa pengang.

"Argh!!!" Yena meringis pelan begitu menyadari punggung kakinya telah berlumuran darah.

Yejin yang melihat darah mengalir seperti itu, langsung terbelalak, kemudian ia menghampiri Yena, lalu memeluk adiknya dan menangis tersedu-sedu.

"Yena, aku tidak gila kan?"

Yena menatap Yejin sebentar, namun ia tidak mau menjawab. Memberi sebuah jawaban pada Yejin yang gangguan bipolarnya tengah kambuh, justru malah akan memperparah segalanya.

Yena memang tidak berkata, Yena memang tidak menangis di hadapan Yejin karena ia menahan tangisannya. Namun, percayalah, tak ada seorang pun yang tahu bahwa di lubuk hati yang terdalam, Yena merasa amat terpukul dengan apa yang sudah terjadi. Yena tidak begitu menyukai Yejin, begitu pula Yejin, bisa dikategorikan bahwa ia membenci adiknya sendiri. Tapi sebenarnya, Yena sangat menyayangi Yejin. Terbukti dari kepeduliannya terhadap kakaknya yang mengidap gangguan bipolar tersebut.

***

Yena sampai di rumahnya dengan cara berjalan yang tertatih-tatih. Kini seluruh kaki gadis itu telah rapi tertutup oleh perban, sebab Yena menyempatkan diri untuk ke rumah sakit tadi selepas menemui Yejin.

Kini, ada masalah baru yang sepertinya akan di hadapi oleh Yena, yaitu suaminya, Sehun. Yena yakin seratus persen bahwa Sehun akan menanyainya banyak hal soal kakinya yang diperban, bahkan bisa jadi pertanyaan Sehun akan menjalar kemana-mana hingga titik terujungnya.

Dan ... benar saja ketika Yejin mendorong pintu rumah, mata Sehun langsung tertuju pada kaki gadis Seo yang diperban tersebut.

"Astaga, Yena! Kau kenapa?" tanya Sehun, lalu ia menghampiri Yena dan membantu istrinya tersebut berjalan menuju ruang keluarga. Bahkan setelah Yena duduk dengan tenang, Sehun masih menatap Yena seolah meminta penjelasan lebih tentang apa yang telah terjadi.

"Kau pasti mau aku menceritakannya, kan?" tebak Yena seraya mencoba tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

"Kau tidak pandai berbohong padaku, Yena. Kau tahu itu, kan?"

Yena menghelai napas panjang, "Yejin melempar vas bunga ke arah kakiku, jadi ... seperti ini."

Sehun terbelalak tidak percaya. "Kau bilang Yejin? Seo Yejin kakakmu? Apa kalian bertengkar?"

"Sebenarnya tidak, hanya saja ..,"

"Hanya saja?" Sehun kembali menyerobot berbicara saking penasarannya.

"Yejin mengidap bipolar, jadi mood-nya bisa berubah dalam jangka waktu yang tidak tentu." jawab Yena dengan jujur.

"Ya Tuhan, kau serius?"

"Untuk apa aku berbohong, Hun? Kau sendiri yang bilang kalau aku tak pandai berbohong. Jadi sekarang, tolong rahasiakan ini dari siapa pun."

Sehun mengangguk paham, kemudian pria tersebut membantu Yena untuk berjalan menuju kamar.

***
Tbc:)

Silahkan aktifkan data seluler untuk vote, supaya vote kalian masuk ^^

Dan tinggalkan komentar jika ada yg masih belum pahami.

Ex-Idol & Me [PCY]✔Where stories live. Discover now