Sembilan Belas

3.3K 172 11
                                    

"Nim, lo dimana?" aku baru saja turun dari mobil dan sudah mendapatkan telepon dari Rara. Aku menaikan tas ranselku dan bergumam kecil.

"Gue udah menuju kelas, kita dapat ruang kelas mana?" tanyaku.

"Sebelas IPA dua. Tau nggak kita satu ruangan sama siapa?" tanya Rara yang seharusnya nggak dia tanyakan. Ya mana aku tau. Oh ya, jadi di sekolahku ini ada pembagian tempat duduk dimana akan dilakukan secara acak. Bisa jadi kelas 10 duduk dengan kelas 11 atau 12.

"Kelas Mas Reza?" tanyaku asal menebak.

"Kok lo tau? Bang Reza bilang ya?"

Aku membelalakan mata. Jika kelasku bareng dengan kelas Mas Reza artinya juga bareng dengan kelas Genta? Aku memutuskan sambungan telepon dan mempercepat langkah kakiku. Aku segera menuju kelas 11 IPA 2dan dari jarak beberapa meter Rara dan Bila sudah melambaikan tangannya. Aku berlari ke arah mereka dan berhenti begitu ada di depan mereka.

"Kita di kelas sebelas IPA satu, Rara di kelas sebelas IPA dua," ucap Bila.

"Gue sekelas sama Bang Reza," kata Rara dengan girang.

Aku menggigit bibirku dan perasaan halus itu kembali muncul ke dalam hatiku. Jika Mas Reza berada satu ruangan dengan Rara, itu artinya aku akan seruangan dengan Genta?

"Ada Genta di ruangan lo, Nim," jantungku berdetak lebih kencang saat Rara mengatakannya. "Jangan kehilangan fokus ya!" tambahnya dengan senyum-senyum.

Aku mendengus dan meraih tangan Bila, kemudian kuajak dia masuk ke ruang kelas kami. Di belakang, Rara masih cekikikan namun aku tak menghiraukannya. Aku dan Bila mencari bangku tempat kami duduk. Aku mencari nama Claudya Nimas Deani dan juga Deviana Nabila. Aku menemukan tempat dudukku di barisan nomor dua, sedangkan bila ada di satu barisanku paling ujung.

"Gue di sini, Bil," kataku dengan menunjukan tempat dudukku. Seorang cowok kelas 12 mendekati samping tempat dudukku.

"Elo bukannya adik Reza ya?" tanyanya. Aku tahu namanya. Dia Kak Bima, teman sekelas Mas Reza.

Aku menganggukan kepala. "Kakak duduk di samping gue?" tanyaku.

"Iya."

Aku meletakan tas di atas meja dan saat itu aku melihat dia masuk. Genta. Dia masuk dengan membawa tasnya yang berwarna hitam. Dia melihatku, namun langsung mengalihkan pandangan. Aku mengatur pernapasan agar tidak terlihat gugup. Dia mencari tempat duduknya dan berakhir di bangku yang ada di belakangku.

"Eh ada Genta," ucap Kak Bima.

Aku tidak melihat ke belakang. Aku lebih memilih mengeluarkan alat tulis untuk mengerjakan soal. Semua berjalan dengan lancar. Aku bisa menyelesaikan soal-soal tepat waktu. Saat bel tanda berakhirnya waktu mengerjakan soal selesai dan guru pengawas UAS keluar dari ruangan, Bila menuju bangkuku untuk mengajak ke kantin.

"Gue titip air mineral aja ya!" balasku menolak ajakan Bila.

Bila sempat melirik ke belakang ke arah Genta namun aku langsung menggelengkan kepala.

"Ya udah, lo cuma titip itu doang?"

"Iya."

Aku mengeluarkan headset begitu Bila keluar dari kelas dan mendengarkan lagu-lagu kesukaanku. Kak Bima yang duduk di sampingku juga keluar, tadi sempat mengajakku ke kantin tapi aku menolak. Genta masih ada di belakangku, tapi aku tidak ada niat untuk menyapanya. Aku lebih memilih membuka Instagram dan melihat postingan-postingan orang-orang yang kuikuti, sampai Mas Reza muncul di pintu dengan senyuman mekar di bibirnya.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanyaku curiga melihat dia senyum-senyum seperti itu.

"Gue duduk sama temen lo, Gea, dia cantik ya..." katanya.

Ketika Hujan Menyatakan CintaWhere stories live. Discover now