Autumn Leave : 14

11.1K 1.5K 108
                                    

Bagian tersulit dari menerima fakta tentang kelahirannya adalah, dia tidak bisa menatap Yoongi dengan cara yang sama lagi. Tidak dengan tatapan bersalah dari mata Jimin, tidak dengan air mata yang mengumpul di pelupuk bahkan saat Jimin memikirkan Yoongi dan ibunya.

"Jimin, kau tidak latihan pagi?" Taehyung menepuk - nepuk bahu Jimin yang masih bergelung di sudut kasurnya menghadap tembok.

"Bilang, aku sedang tidak enak badan." Suara Jimin terdengar serak.

"Perlu ku panggilkan Yoongi hyung untuk memeriksamu?"

"Tidak usah. Aku hanya perlu tidur. Kau pergilah."

Justru Yoongi lah yang sedang dihindari oleh Jimin. Setelahnya Jimin mendengar suara langkah Taehyung menjauh, dan pintu tertutup. Jimin menaikan kembali selimutnya. Berusaha menutup matanya, berusaha tidur, mungkin di dalam mimpi dia tidak akan merasa sakit.

***

Sudah beberapa hari ini Yoongi tidak melihat Jimin, meskipun perasaan Yoongi masih campur aduk, meskipun Yoongi juga tidak tahu apa yang akan dikatakannya pada Jimin saat mereka bertemu lagi. Apakah dia harus bersikap biasa? Ataukah dia harus memberitahukan semuanya pada Jimin. Ditambah permintaan ibunya tempo hari.

"Kalau kau menyayangi ibu, lupakan Jimin."

Bagaimana bisa Yoongi melakukan itu? Seumur hidupnya, dia hanya tahu Jimin adalah adiknya. Nyatanya, Jimin memang benar adiknya. Darah ibunya mengalir pada darah Jimin. Tapi kenyataan lain kalau Jimin..........

Bahkan Yoongi tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Kenapa Jimin? Kenapa harus dia yang mengalami penderitaan itu? Kenapa kedua orang yang sangat disayanginya harus menderita? Keduanya memiliki lukanya masing - masing. Dan Yoongi, berada di tengah - tengah.

Bagaimana dengan Yoongi sendiri? Apakah setelah tahu kebenarannya dia membenci Jimin? Apakah setelah tahu kebenarannya dia memilih untuk meninggalkan pemuda malang itu? Yoongi tidak tahu, dia tidak tahu apa yang dirasakan hatinya. Apa yang harus dilakukannya.

Yoongi benci pilihan, terlebih memilih antara ibunya, atau Jimin.

"hyung, apa kau bertengkar dengan ibu ?" tiba - tiba Jungkook bertanya. Bahkan Yoongi lupa kalau mereka berdua sekarang tengah makan siang bersama di ruangan Yoongi.

"Kenapa kau bertanya itu?" Yoongi balik bertanya.

"Aku lihat ibu tidak seceria biasanya. Ibu selalu begitu kalau sedang bertengkar dengan hyung." Jungkook menyumpit kimchinya.

"Kau belum meminta maaf pada Jimin?"

Jungkook berhenti mengunyah, entah kenapa dia jadi tidak berselera makan saat kakaknya menyebut nama itu.

"Jungkook, aku bertanya padamu."

Jungkook membanting sumpitnya. Bukan menjawab. Justru Jungkook langsung pergi keluar, meninggalkan makan siangnya,

meninggalkan Yoongi di sana.

***

"Aku tidak mau, Tae!" Jimin mengelak dari tarikan Taehyung yang menariknya dari kelas menuju ruang kesehatan.

"Tapi lukamu harus di obati Jimin!" Taehyung tidak kalah kuat menarik Jimin. Saat di kelas tadi telapak tangan Jimin tidak sengaja terluka karena sebuah paku yang mencuat di jendela saat Jimin akan menutupnya.

"Aku bisa mengobatinya sendiri." Jimin hanya tidak ingin dibawa ke ruang kesehatan. Dia akan bertemu Yoongi, dan dia belum siap.

Autumn Leave ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang